"Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa nilai Rupiah kadang meluncur tajam terhadap Dolar Amerika tanpa peringatan? Di balik angka-angka yang berubah setiap hari itu, tersembunyi dinamika besar antara ekonomi global, sentimen pasar, dan kebijakan domestik. Fluktuasi kurs bukan sekadar permainan pasar—ia adalah cerminan dari kepercayaan dunia terhadap kekuatan ekonomi sebuah negara. Mari kita telusuri bersama apa yang sebenarnya menggerakkan naik turunnya Rupiah di hadapan Dolar."
Fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat bukanlah sebuah peristiwa yang terjadi tanpa sebab.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah merupakan hal penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Ini dikarenakan situasi tersebut akan memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap perekonomian sebuah negara.
Kurs merupakan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain, yang digunakan untuk melakukan perdagangan internasional, kurs ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valuta asing, pengaruhnya bagi neraca transaksi berjalan dan bagi makro ekonomi yang lainnya. Besarnya dampak akibat dari fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian, maka diperlukan suatu kebijakan untuk mengendalikan nilai tukar mata uang, sehingga pergerakan atau fluktuasi nilai tukar dapat diprediksi dan perekonomian dapat berjalan dengan stabil.
Nilai tukar mata uang sangat sensitif terhadap berbagai faktor ekonomi, politik, hingga sentimen pasar global. Secara sederhana, kurs dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Jika permintaan terhadap Dolar lebih tinggi dibandingkan Rupiah, maka Rupiah akan melemah, dan sebaliknya. Namun di balik hukum dasar itu, ada faktor-faktor lebih kompleks yang bekerja. Salah satunya adalah perbedaan tingkat inflasi dan suku bunga antara Amerika Serikat dan Indonesia. Ketika inflasi di Indonesia tinggi, daya beli Rupiah turun, membuat investor cenderung mencari mata uang yang lebih stabil seperti Dolar.
Secara umum, sebuah negara dengan tingkat inflasi yang konsisten lebih rendah menunjukkan peningkatan nilai mata uang, sebagaimana daya belinya relatif meningkat terhadap mata uang lainnya. Selama paruh terakhir abad kedua puluh ini, negara-negara yang inflasinya rendah adalah termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika Serikat dan Kanada mencapai inflasi yang rendah kemudian. Negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya akan mengalami depresiasi pada mata uang mereka jika dibandingkan dengan mata uang mitra dagang mereka. Hal ini juga biasanya disertai dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Selain itu, suku bunga di negara maju seperti Amerika Serikat yang lebih menarik juga membuat arus modal asing keluar dari Indonesia, meningkatkan tekanan terhadap Rupiah.
Faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global, perang dagang, atau perubahan kebijakan moneter The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) juga bisa mengguncang pasar mata uang. Misalnya, ketika The Fed menaikkan suku bunga, investor global lebih memilih menyimpan dananya di aset berbasis Dolar, yang dinilai lebih aman, sehingga permintaan terhadap Dolar melonjak dan Rupiah tertekan. Kondisi domestik juga memainkan peran besar. Stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, defisit neraca perdagangan, serta utang luar negeri semuanya ikut membentuk kepercayaan pasar terhadap Rupiah. Ketika ada ketidakpastian politik atau ekonomi dalam negeri, investor bisa kehilangan kepercayaan, menjual Rupiah, dan membeli Dolar, yang pada akhirnya memperlemah posisi Rupiah.
Tidak kalah penting, psikologi pasar dan spekulasi juga mempercepat fluktuasi. Terkadang, sentimen negatif atau berita tertentu bisa mendorong aksi jual besar-besaran terhadap Rupiah, walaupun fundamental ekonominya tidak terlalu buruk. Di sinilah peran Bank Indonesia menjadi vital. Melalui intervensi di pasar valas, pengaturan suku bunga, dan kebijakan makro prudensial, Bank Indonesia berusaha menjaga stabilitas kurs agar tidak bergerak liar.
Dalam jangka panjang tingkat suku bunga Bank Indonesia memberikan pengaruh yang signifikan dan searah terhadap nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika, artinya apabila terdapat peningkatan suku bunga, maka dalam jangka panjang akan terjadi pelemahan rupiah terhadap Dolar Amerika.
Lebih lanjut, ekspektasi pasar akan kebijakan suku bunga tinggi Amerika Serikat juga menjadi pemicu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kemungkinan bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah mempertahankan suku bunga stabil, seiring dengan tetap memperketat sikap kebijakan moneter yang hawkish.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan menstabilkan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. Langkah ini diharapkan dapat meredakan volatilitas mata uang domestik serta memberikan sinyal positif kepada para pelaku pasar mengenai komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Pelemahan rupiah juga memberi keuntungan bagi segelintir pihak. Mereka yang bergaji dolar akan menikmati kurs yang lebih tinggi. Produk ekspor Indonesia juga makin kompetitif di pasar global, meski tak semua eksportir merasakan manfaat karena tergantung bahan baku impor.
Walaupun fluktuasi tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah gejolak yang berlebihan, yang bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan memahami berbagai faktor ini, kita bisa melihat bahwa pergerakan kurs Rupiah terhadap Dolar bukan sekadar angka acak, melainkan hasil interaksi dinamis antara faktor ekonomi, kebijakan, dan psikologi pasar global.
Fluktuasi nilai tukar antara dolar Amerika Serikat dan rupiah Indonesia memiliki dampak yang kompleks dan luas pada berbagai sektor ekonomi. Untuk menghadapi tantangan ini, koordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan sektor swasta diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi kepentingan ekonomi domestik
Sumber :
https://www.tempo.co/ekonomi/tembus-rp-16-000-ini-penyebab-fluktuasi-nilai-tukar-rupiah-atas-dolar-as-pada-libur-lebaran-68462
https://policy.paramadina.ac.id/inilah-6-faktor-yang-pengaruhi-perubahan-nilai-tukar-mata-uang/
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/ekonom-soroti-kebijakan-intervensi-bi-stabilkan-rupiah-sebagai-langkah-strategis
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/5773
https://www.tempo.co/ekonomi/apa-yang-terjadi-jika-kurs-rupiah-terus-melemah--1231763
https://www.detik.com/jateng/bisnis/d-7858694/update-nilai-1-dollar-berapa-rupiah-cek-kurs-usd-hari-ini.
https://unair.ac.id/nilai-rupiah-melemah-terhadap-dolar-ini-dampaknya-menurut-ekonom-unair/
No comments:
Post a Comment