Wednesday, April 30, 2014

Generasi Muda Masa Kini Rajin Menabung


Salah besar kalau Anda berpikir generasi muda zaman sekarang memiliki gaya hidup boros dan hedonis. Kenyataannya, generasi milenium (rentang usia 18-33 tahun di 2014) justru lebih disiplin dalam mengatur arus keuangan mereka.

GE Capital Direct, penyedia tabungan online melakukan sebuah penelitian baru, yang membuktikan bahwa generasi milenium ternyata lebih disiplin menabung dibandingkan generasi X dan generasi baby boomer.

Penelitian yang melibatkan 2000 penabung di Inggris, menemukan bahwa generasi muda di rentang usia 18-24 tahun menyimpan hampir sepertiga dari pendapatan per bulan mereka. Kemudian, generasi muda di rentang usia 25-34 tahun, setidaknya menyimpan seperlima gaji bulanan mereka. Sedangkan generasi X, generasi senior di rentang usia 45-54 tahun, t

Kondisi tersebut bisa terjadi karena anak-anak generasi milenium lebih memegang teguh prinsip You Only Live Once. Artinya, mereka merasa sangat lapar dengan pengetahuan, pengalaman dan petualangan dalam hidup yang hanya bisa mereka nikmati sekali seumur hidup. Dengan demikian, tak heran jika 13 persen dari mereka, menabung untuk mendapatkan pengalaman hidup yang berharga.

Penelitian juga menyoroti kelompok generasi di usia 25-34 tahun, ternyata merasa khawatir tentang masa depan. Mereka bahkan berpikir kalau mereka tidak cukup menabung dibandingkan dengan seperempat kelompok silver savers (kelompok berusia 65 tahun ke atas). Alhasil, 42 persen dari kelompok usia 25-34 selalu menabung uangnya secara rutin.

"Anak muda jaman sekarang bekerja sangat keras dan suka menabung rutin. Mereka menuai hasil dari kebiasaan menabung sejak dini," kata Sheragh Beirne, CMO dan MD Retail Banking di GE Capital Inggris.

Berbeda dengan generasi lainnya, penelitian menunjukkan hampir sepertiga dari generasi baby boomers (berusia 55-64 tahun), mengaku tidak menabung sama sekali!

Sumber :
http://female.kompas.com

Saturday, April 12, 2014

Keranjang Investasi


“Don’t put all your eggs in one basket!” 

Peribahasa ini sering kita dengar dalam aturan berinvestasi. Artinya, jangan menempatkan semua uang kita pada satu jenis investasi saja, atau apa yang dikenal dengan diversifikasi investasi.

Banyak perencana keuangan yang menyarankan diversifikasi dalam portofolio investasi hanya pada investasi kertas. Sesungguhnya ini belum menjadi diversifikasi yang ideal menyangkut investasi. Saya sangat menyukai konsep diversifikasi portofolio seperti apa yang disampaikan Robert Kiyosaki, investor dan motivator asal Amerika Serikat.

Kiyosaki membagi investasi ke dalam empat jenis. Akan sangat ideal apabila seorang individu memiliki diversifikasi pada keempat jenis investasi ini:

Aset Kertas
Paper assets atau aset kertas adalah jenis aset yang ada di pasar uang dan pasar modal. Contoh instrumen pasar uang adalah valuta asing, surat utang negara atau obligasi. Sedangkan investasi di pasar modal berupa saham atau reksa dana. Kecuali kupon pada obligasi, jenis investasi kertas ini akan memberikan keuntungan pada saat kita menjual kembali aset tersebut dengan harga pasar yang lebih tinggi (margin on capital gain).

Risiko pada investasi di aset kertas ini berbeda. Surat utang negara cenderung lebih aman dibandingkan saham, mengingat pergerakannya yang relatif stabil dan kemungkinan gagal bayarnya sangat kecil. Sementara saham, kendati dalam jangka pendek lebih berfluktuasi dibandingkan surat utang, tapi bisa memberikan keuntungan yang jauh lebih tinggi dalam jangka panjang. Tentu saja pilihannya harus tepat, terutama terkait dengan fundamental perusahaan yang sahamnya dijadikan instrumen investasi.

Reksa dana juga merupakan bagian dari investasi aset kertas, yang di dalamnya juga menempatkan instrumen investasi di pasar modal. Mengenai reksa dana, akan kami tulis di artikel selanjutnya.

Properti
Sudah menjadi rahasia umum bahwa membeli properti adalah salah satu strategi berinvestasi yang jitu. Properti bisa memberikan pendapatan pasif apabila kita maksimalkan fungsinya menjadi properti sewa, misalnya untuk kos-kosan atau kontrak petakan, disewakan tahunan, atau properti komersial semacam ruko, hotel, perkantoran.

Membeli properti atau tanah dengan berharap harga akan naik terus, berarti kita harus cermat dalam membeli properti dengan lokasi yang strategis.

Komoditas
Yang dimaksud dengan komoditas dalam berinvestasi adalah barang yang diperjualbelikan di masyarakat. Kebutuhan terhadap barang tersebut semakin tinggi, sementara ketersediaan barangnya semakin terbatas. Instrumen komoditas yang paling umum dibeli untuk investasi adalah logam emas dan perak.

Bisnis
Di antara jenis investasi yang ada, bisnis merupakan investasi yang bisa memberikan keuntungan sangat tinggi. Tentu saja membangun bisnis bukan perkara mudah. Dibutuhkan kemauan, keahlian, serta konsistensi untuk menjadikan bisnis sebagai investasi yang bisa memberikan keuntungan dan penghasilan rutin yang konsisten.

Memulai investasi memerlukan niat yang sungguh-sungguh untuk bisa memperoleh hasil sesuai harapan. Tidak ada rumus yang tetap dalam memiliki portofolio investasi, semuanya sangat tergantung dari minat Anda terhadap instrumen investasi. Ada orang yang lebih besar porsi investasi di properti, karena instrumen itulah yang paling ia pahami dan menarik minatnya. Ada juga yang sangat menyukai bisnis, sehingga sulit untuk memiliki investasi saham dan lain-lain.

Saat Anda sudah memiliki keempat investasi tersebut, inilah yang disebut sebagai diversifikasi investasi sejati. Investasi membutuhkan ilmu pengetahuan yang cukup untuk memulai. Anda bisa memulai dengan membaca berbagai buku dan berbagai bacaan lainnya, mengikuti seminar keuangan dan lain-lain. Naikkan level kecerdasan finansial Anda untuk bisa berinvestasi dengan cerdas!

To Serenity,


Dwita Ariani, MM, RFA, RIFATwitter: @BundaWita
Financial educator dari Zelts Consulting

Sumber :
https://id.berita.yahoo.com

Related Posts