Friday, May 17, 2024

Tips Investasi dari Warren Buffett bagi Pemula



Tips Investasi : Nasihat Bijak dari Warren Buffett dan Strategi Praktis untuk Pemula.

Beberapa perekonomian besar dunia kini berada di jurang resesi. Meskipun pasar saham masih belum sepenuhnya terpengaruh, banyak investor merasa cemas untuk masuk ke bursa saat ini. Berinvestasi di masa sulit memang membutuhkan pertimbangan matang. Namun, guru investasi Warren Buffett memberikan beberapa nasihat bijak yang dapat membantu Anda.


Fokus pada Peluang daripada Risiko.

Berinvestasi dalam saham selalu berisiko, dan selama resesi, prospek bisa menjadi lebih menakutkan. Alih-alih terpaku pada risiko, Warren Buffett menyarankan untuk fokus pada peluang yang ada. Saat nilai saham menurun, Anda memiliki kesempatan untuk membeli saham dengan harga lebih murah. Ini adalah waktu yang tepat untuk membangun portofolio yang solid dengan saham-saham berkualitas yang sebelumnya mungkin di luar jangkauan.

Buffett mengatakan, "Meskipun saham yang Anda miliki mungkin kehilangan nilai selama resesi, jangan menjual investasi dengan kerugian. Fokuslah pada peluang untuk menambah saham berkualitas ke portofolio Anda."


Ambil Peluang di Tengah Ketidakpastian.

Menurut Buffett, sangat mudah untuk berinvestasi ketika pasar terus naik. Namun, peluang terbaik sering kali muncul saat pasar bergejolak. Dengan mengambil pendekatan jangka panjang, Anda kemungkinan besar akan mendapatkan hasil yang baik. Jika Anda berani membeli saham selama resesi dan menahan saham tersebut dalam jangka panjang, ada peluang besar untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan.

Co-founder Motley Fool, David Gardner dan Tom Gardner, juga memberikan saran berharga. Mereka telah mengungkapkan dua rekomendasi saham baru yang diyakini memiliki potensi besar. Mereka menekankan pentingnya mengambil peluang di tengah ketidakpastian pasar untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang.


Manfaat dari Dana Indeks.

Bagi investor yang tidak yakin bagaimana berinvestasi saat ini, Buffett merekomendasikan dana indeks. Dana indeks, seperti S&P 500, memberi Anda eksposur ke 500 perusahaan publik terbesar saat ini. Ini adalah pilihan yang baik bagi mereka yang tidak ingin mengambil risiko memuat saham individu. Dengan berinvestasi di pasar yang lebih luas, Anda mengurangi risiko memilih perusahaan yang berkinerja buruk dalam waktu dekat.


Nasihat untuk Investor Pemula.

Pakar investasi Wall Street memberikan saran penting bagi investor pemula: abaikan emosi Anda. Warren Buffett mengatakan, "Jangan pernah berinvestasi dengan emosi." Mengubah investasi berdasarkan emosi bertentangan dengan prinsip investasi jangka panjang. Sebaliknya, temukan perusahaan yang layak untuk diinvestasikan dan tetaplah dengan mereka.

Sangat penting belajar sebanyak mungkin sebelum berinvestasi. "Luangkan waktu untuk berinvestasi. Anda tidak akan melewatkan peluang besar jika tidak berinvestasi hari ini," katanya. Ia sendiri membutuhkan waktu dua tahun untuk menemukan gaya investasinya sendiri.


Tips Praktis untuk Berinvestasi.

Berikut beberapa tips praktis berinvestasi, yaitu sebagai berikut: 

1. Pahami Risiko dan Peluang.

Jangan biarkan ketakutan menghentikan Anda dari berinvestasi. Evaluasi peluang yang ada dan ambil keputusan yang didasarkan pada data dan analisis.

2. Diversifikasi Portofolio. 

Jangan menaruh semua telur Anda dalam satu keranjang. Diversifikasikan investasi Anda untuk mengurangi risiko.

3. Gunakan Data Indeks.

Jika Anda tidak yakin dalam memilih saham individu, pertimbangkan untuk berinvestasi dalam dana indeks yang mencakup banyak perusahaan besar.

4. Belajar dan Edukasi Diri. 

Luangkan waktu untuk mempelajari investasi dan pasar saham. Baca buku, ikuti kursus online, dan dengarkan nasihat dari ahli seperti Warren Buffett.

5. Tetap Tenang dan Fokus pada Jangka Panjang. 

Pasar saham bisa bergejolak, tetapi tetaplah fokus pada tujuan jangka panjang Anda. Jangan panik dan jual saham saat pasar turun.


Kesimpulan.

Berinvestasi di masa resesi memang menantang, tetapi dengan strategi yang tepat dan nasihat bijak dari para ahli, Anda dapat mengatasi ketidakpastian dan membangun portofolio yang kuat. Fokus pada peluang, manfaatkan dana indeks, dan terus belajar untuk menjadi investor yang lebih baik. Dengan pendekatan jangka panjang, Anda akan siap menghadapi berbagai tantangan pasar dan meraih kesuksesan dalam investasi Anda.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200805092551-33-177489/takut-investasi-saat-resesi-simak-saran-jitu-warren-buffett

https://internasional.kontan.co.id/news/cobalah-saran-warren-buffett-ini-jika-masih-takut-berinvestasi

Tuesday, May 14, 2024

The Latte Factor



Faktor Latte: 7 Pelajaran Penting dari Secangkir Kopi.

Konsep Faktor Latte dipopulerkan oleh penulis David Bach. Intinya sederhana: jumlah uang kecil yang kita habiskan secara teratur bisa menelan biaya jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.

Meskipun konsep ini sederhana, Faktor Latte telah menimbulkan kontroversi. Seperti yang dilaporkan oleh Mandi Woodruff dari Business Insider, Helaine Olen dalam bukunya, Pound Foolish: Exposing the Dark Side of the Personal Finance Industry, mengkritik Faktor Latte. Beberapa kritikannya antara lain:


Asumsi Bach bahwa harga latte adalah $5 terlalu tinggi. Harga latte sebenarnya lebih murah.

Bach berasumsi bahwa kita bisa mendapatkan keuntungan 10% atau 11% jika menginvestasikan uang tersebut. Olen berpendapat bahwa angka tersebut tidak realistis.

Namun, kritik tersebut kurang memahami inti dari Faktor Latte. Pertama, Faktor Latte bukan hanya tentang latte. Ini tentang pengeluaran kecil lain yang kita keluarkan. Kedua, berdebat tentang tingkat pengembalian investasi hanya mengubah angka, tetapi tidak mengubah pelajaran penting yang bisa kita ambil.


Konsep sederhana ini bisa mengajarkan segala hal yang perlu kita ketahui untuk mencapai kebebasan finansial. Berikut adalah tujuh pelajaran penting yang bisa kita ambil dari Faktor Latte:


1. Bunga Majemuk.

Jumlah uang kecil yang diinvestasikan secara konsisten akan tumbuh menjadi jumlah yang besar. Kita tidak perlu berasumsi $5 sehari dengan pengembalian 11%. Mari kita asumsikan $3,50 sehari dengan pengembalian 6%. Seperti yang ditunjukkan oleh Vanguard dalam sebuah artikel, hasilnya dalam 30 tahun adalah $106.000. Kalkulator ini akan menunjukkan hasilnya berdasarkan asumsi jumlah dan pengembalian yang Anda masukkan sendiri.


2. Waktu.

Dalam artikel tersebut, Vanguard berasumsi kita menginvestasikan $3,50 sehari selama 30 tahun. Apa yang terjadi jika kita memperpanjang waktu tersebut menjadi 40 tahun, atau mempersingkatnya menjadi 20 tahun? Jika kita berhenti menabung dan berinvestasi setelah 20 tahun, kita akan memiliki sekitar $48.000, berbeda sekitar $60.000. Jika kita terus berinvestasi selama 40 tahun, saldo kita akan tumbuh menjadi $209.000, perbedaan lebih dari $100.000. Waktu sangat penting. Pikirkan hal ini ketika Anda mempertimbangkan apakah harus menunggu sampai semua utang terbayar sebelum mulai berinvestasi.


3. Pengembalian.

Olen mengkritik asumsi pengembalian 10%. Ini adalah poin penting karena perubahan 1% saja, dengan cukup waktu, berdampak besar pada kekayaan kita. Vanguard berasumsi pengembalian 6%. Jika kita mengubah asumsi tersebut menjadi 7%, $106.000 berubah menjadi lebih dari $128.000. Pertimbangkan ini saat penasihat keuangan mencoba meyakinkan Anda bahwa biaya 1% itu wajar.


4. Lebih dari Sekedar Latte.

Fokus hanya pada secangkir kopi adalah pemahaman yang salah. Faktor Latte berlaku untuk segala hal, mulai dari biaya kabel hingga kepemilikan mobil. Banyak keluarga bisa menghemat ratusan dolar setiap bulan dengan meninjau tagihan bulanan mereka. Saya menyebutnya metode "One-N-Done" untuk menghemat uang. Jika sebuah keluarga bisa menghemat $250 sebulan, itu bisa menjadi lebih dari $250.000 setelah 30 tahun dengan pengembalian 6%.


5. Kebiasaan.

Beberapa orang mengabaikan Faktor Latte karena mereka ingin "menikmati" hidup. Saya sering mendengar bahwa "hidup itu singkat" dan kita harus "hidup untuk hari ini." Cliché ini memang memiliki kebenarannya. Namun jarang saya mendengar orang berkata, "Hidup itu singkat, saya akan membaca buku bagus" atau "Hidup itu singkat, saya akan menghabiskan waktu bersama keluarga." Untuk beberapa alasan, cliché ini selalu digunakan untuk membenarkan pengeluaran uang. Poinnya adalah kita menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak membuat kita bahagia. Jika kita menjalankan eksperimen dan tidak minum "latte" kita selama 21 hari, saya pikir kita akan menemukan bahwa kita tidak merindukannya sama sekali. Ini berlaku baik untuk secangkir kopi, 500 saluran kabel, atau mobil ketiga.


6. Kontrol.

Saya memperhatikan bahwa banyak orang menolak gagasan bahwa mereka memiliki kontrol atas keuangan mereka. Beberapa merasa nyaman dengan keyakinan bahwa mereka adalah korban dari "sistem" atau "satu persen" atau kelompok lain yang tidak jelas. Hal ini membantu kita menghindari tanggung jawab. Ini bukan berarti bahwa tidak ada hal-hal di luar kendali kita. Terkadang hal baik terjadi, terkadang hal buruk terjadi. Tapi Faktor Latte menunjukkan bahwa kita memiliki lebih banyak kontrol atas nasib keuangan kita daripada yang kita kira.


7. Jumlah Kecil Berarti.

Akhirnya, Faktor Latte menunjukkan kekuatan dari jumlah uang kecil. Setiap dolar yang kita dapatkan mewakili peluang. Tentu saja, kita menghabiskan uang untuk kebutuhan dan keinginan. Tetapi setiap dolar yang bisa kita tabung dan investasikan akan tumbuh jika diberikan cukup waktu. Ini memungkinkan kita membangun kekayaan dengan hampir semua tingkat pendapatan.


Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dari Faktor Latte, kita dapat membuat keputusan keuangan yang lebih bijak dan membangun masa depan finansial yang lebih kuat.


Sumber :

https://www.forbes.com/sites/robertberger/2017/05/27/the-latte-factor-7-key-lessons-we-can-learn-from-a-cup-of-coffee/?sh=58896c2a774b

Metode Penganggaran dengan Amplop


Metode Penganggaran dengan Amplop.
Solusi Sederhana untuk Mengelola Keuangan.

Mengelola keuangan bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama jika Anda sering kesulitan mengendalikan pengeluaran atau membeli barang secara impulsif. Salah satu metode yang dapat membantu Anda adalah penganggaran dengan amplop. Metode ini sederhana namun efektif, memungkinkan Anda menyisihkan uang secara terorganisir dan terencana. 

Berikut ini adalah beberapa langkah untuk mengatur keuangan menggunakan metode amplop:

1. Tetapkan Kategori dan Batasan Pengeluaran.

Langkah pertama adalah menetapkan kategori pengeluaran untuk anggaran Anda. Pastikan jumlah total untuk setiap kategori pengeluaran tidak melebihi pendapatan bulanan Anda. Cobalah untuk membuat kategori yang umum namun spesifik, seperti tagihan, belanja, transportasi, hiburan, dan sebagainya. Sesuaikan kategori dengan kebutuhan dan situasi spesifik Anda.

Jangan lupa untuk memasukkan pengeluaran yang tidak teratur seperti asuransi, hadiah, dan pajak. Untuk menentukan batasan bulanan yang wajar untuk setiap kategori, periksa kuitansi atau catatan pengeluaran terbaru Anda. Hal ini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang biaya yang akan dikeluarkan setiap bulan.

2. Beri Label pada Setiap Amplop.

Setelah menetapkan kategori pengeluaran, langkah berikutnya adalah memberi label pada setiap amplop. Tuliskan nama kategori dan jumlah anggaran bulanan pada setiap amplop. Misalnya, tuliskan "Belanja - Rp 2.000.000" pada amplop untuk belanja rutin bulanan. Hal ini akan membantu Anda mengalokasikan jumlah uang yang tepat dari setiap gaji ke dalam amplop yang sesuai setiap bulannya.

3. Pisahkan Dana Setiap Bulan.

Setiap kali menerima gaji, pisahkan uang tunai ke dalam amplop sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Pastikan untuk mengecek setiap amplop setelah membayar sesuatu untuk memastikan pengeluaran sesuai dengan anggaran. Anda bisa menggunakan kalkulator penganggaran dan mengikuti aturan 50/30/20 sebagai pedoman, yaitu 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan dan investasi.

4. Habiskan Uang dari Amplop yang Sesuai.

Ketika Anda pergi berbelanja atau membayar sesuatu, ambil uang dari amplop yang sesuai. Cobalah untuk tidak menghabiskan uang terlalu cepat. Jika uang di salah satu amplop habis sebelum akhir bulan, jangan menarik uang tunai dari amplop lain atau menggunakan kartu debit atau kredit untuk menutup kekurangan. Ini akan membantu Anda disiplin dalam mengelola pengeluaran.

5. Simpan Sisa Uang Tunai.

Jika Anda berhasil membatasi pengeluaran dan masih memiliki uang sisa di akhir bulan, simpan uang tersebut ke dalam tabungan. Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan bunga dan menyisihkan uang untuk pengeluaran yang tidak terduga. Ini juga akan membantu Anda membangun dana darurat dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang.


Metode penganggaran dengan amplop adalah cara sederhana namun efektif untuk mengelola keuangan dan mengendalikan pengeluaran. Dengan menetapkan kategori dan batasan pengeluaran, memberi label pada setiap amplop, memisahkan dana setiap bulan, menghabiskan uang dari amplop yang sesuai, dan menyimpan sisa uang tunai, Anda dapat mengatur keuangan dengan lebih baik dan mencapai stabilitas finansial. Cobalah metode ini dan lihat perubahan positif dalam kebiasaan pengeluaran Anda.

Sumber :
https://www.beautynesia.id/life/5-cara-mengatur-keuangan-menggunakan-amplop-jadi-lebih-hemat/b-288522/6

Saturday, May 11, 2024

Kapan Harus Memiliki Tabungan Rp 100 Juta?



Usia 30 Tahun: Kapan Harus Memiliki Tabungan Rp 100 Juta?.

Usia 30 tahun sering kali dianggap sebagai tonggak penting dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, banyak yang mengharapkan dirinya sudah mapan secara finansial, bahkan memiliki sejumlah tabungan yang cukup untuk berbagai keperluan di masa depan. 

Tapi berapa sebenarnya nominal tabungan yang harus dimiliki saat memasuki usia 30 tahun?.

Seseorang di usia 30 tahun sebaiknya memiliki tabungan minimal sekitar Rp 50-100 juta. Namun, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai, asalkan ada disiplin dalam menahan pengeluaran.

Sebagai contoh, bagi seorang karyawan dengan gaji Rp 5 juta per bulan, alokasi tabungan sebesar 10% dari penghasilan atau sekitar Rp 500 ribu per bulan bisa menghasilkan tabungan sebesar Rp 54 juta dalam satu tahun, belum termasuk bunga tabungan. 

Begitu juga bagi yang berpenghasilan lebih tinggi, seperti Rp 15 juta per bulan, dengan menabung Rp 10 juta per bulan, dalam waktu 10 bulan saja sudah bisa mencapai tabungan sebesar Rp 100 juta.

Di usia 30 tahun, biasanya seseorang sudah memiliki keinginan untuk berinvestasi. Pilihan investasi bisa bermacam-macam, mulai dari properti, logam mulia, hingga investasi reksadana, saham, atau kripto. Hal ini kembali lagi kepada tujuan keuangan masing-masing individu.

Konsistensi menabung per bulan tanpa digunakan untuk keperluan lain, sebelum usia 30 tahun seorang individu bisa memiliki tabungan mencapai Rp 100 juta. Sebagai contoh, dengan menabung sebesar 30% dari penghasilan seorang karyawan berusia 21 tahun dengan gaji Rp 6 juta per bulan, dalam waktu 10 tahun sudah bisa mengumpulkan tabungan sebesar Rp 240 juta.

Banyak dari mereka lebih memilih untuk bergulat dengan utang-piutang, termasuk pinjaman online. Meskipun memungkinkan, mencapai target tabungan tersebut membutuhkan disiplin dan perjuangan keras, tanpa mengalihkan fokus pada pembelian mobil atau rumah.

Tentu, penting bagi setiap individu untuk memiliki perencanaan keuangan yang matang, sesuai dengan tujuan dan preferensi masing-masing. Dengan langkah-langkah yang tepat, seseorang bisa meraih stabilitas finansial yang diinginkan, bahkan sebelum memasuki usia 30 tahun.



Ketika memasuki usia 30 tahun, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, terutama terkait dengan finansial. Mengapa? Karena semakin banyaknya kebutuhan finansial yang perlu dipenuhi, seperti cicilan rumah, cicilan kendaraan, hingga tabungan pernikahan. Berikut adalah beberapa tips finansial yang penting untuk diterapkan ketika memasuki usia 30 tahun:


1. Menentukan Antara Membeli atau Menyewa.

Ketika memasuki usia 30 tahun, terutama jika sudah berkeluarga, penting untuk mempertimbangkan apakah akan membeli atau menyewa tempat tinggal. Baik membeli maupun menyewa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan keputusan ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pribadi.


2. Lunasi Utang.

Usia 30 tahun adalah saat yang tepat untuk mulai melunasi utang, terutama utang yang memiliki bunga tinggi seperti kartu kredit. Metode snowball, di mana utang dengan jumlah terendah dilunasi terlebih dahulu, dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengatasi utang.


3. Mulai Tinggalkan Gaya Hidup Paycheck-to-Paycheck.

Tinggalkan kebiasaan hidup dari gaji ke gaji dan mulailah menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung atau diinvestasikan setiap bulannya. Mencatat aliran dana yang masuk dan keluar, serta memotong biaya-biaya yang tidak penting, adalah langkah awal yang bisa dilakukan.


4. Miliki Dana Darurat.

Dana darurat adalah hal yang penting untuk dimiliki pada usia berapapun, termasuk 30 tahun. Dana darurat dapat digunakan untuk keadaan darurat yang tidak terduga, seperti biaya perbaikan kendaraan atau kebutuhan medis mendesak.


5. Diversifikasi Penghasilan.

Mulailah mempertimbangkan untuk memiliki lebih dari satu sumber pendapatan. Dengan memiliki diversifikasi penghasilan, tidak hanya pendapatan akan bertambah, tetapi juga pengalaman dalam berbagai bidang.


6. Pilih Pasangan Hidup dengan Bijak.

Terakhir, penting untuk memilih pasangan hidup yang dapat bekerja sama dalam mengelola keuangan keluarga. Komunikasi yang baik dan kesepakatan tentang tujuan keuangan bersama akan membantu mencegah konflik di masa depan.


Dengan menerapkan tips-tips finansial di atas, diharapkan seseorang dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik dan mempersiapkan masa depan yang lebih stabil ketika memasuki usia 30 tahun. Ingatlah bahwa perencanaan keuangan yang matang merupakan kunci untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.


Sumber :

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7325088/usia-30-tahun-sudah-harus-punya-tabungan-berapa

https://koinworks.com/blog/tips-finansial-30-tahun/

Tuesday, May 7, 2024

Seni Mengelola Keuangan dengan Bijak ala Jepang



Teknik Kakeibo: Rahasia Menabung dan Hidup Hemat ala Masyarakat Jepang.

Mungkin kita seringkali terjebak dalam kebiasaan belanja impulsif atau tidak pernah mempertimbangkan kembali sebelum membeli sesuatu. Jika kamu merasa kesulitan menabung dan sering merasa boros, mungkin saatnya untuk mencoba teknik Kakeibo, metode jitu menabung dan mengelola keuangan ala masyarakat Jepang. 

Metode kakeibo dari Jepang menawarkan cara yang sederhana namun efektif untuk mengelola keuangan rumah tangga tanpa perlu aplikasi atau perangkat lunak khusus.

Kakeibo, yang berarti "buku besar keuangan rumah tangga," diciptakan pada tahun 1904 oleh Hani Motoko, seorang jurnalis perempuan terkenal Jepang. Ini melibatkan penggunaan buku catatan dan pena untuk mencatat dan mengamati kebiasaan belanja sehari-hari.

Kakeibo, yang secara harfiah berarti 'seni penganggaran manual', telah menjadi bagian dari budaya keuangan Jepang selama berabad-abad.


Filosofi Kakeibo bertujuan untuk membantu individu dalam mengelola keuangan dengan bijaksana, terutama dalam situasi pandemi seperti Covid-19 yang memaksa segala transaksi dilakukan secara daring.

Kakeibo mendorong untuk fokus pada masa depan, memperhatikan saat ini, dan merenungkan masa lalu dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran. Metode ini sangat sederhana dan dapat dilakukan tanpa perangkat lunak khusus, bahkan lebih mudah daripada menggunakan Microsoft Excel.

Ada empat pertanyaan penting yang harus diajukan saat menerapkan konsep Kakeibo: berapa banyak uang yang tersedia, berapa banyak yang dibelanjakan, berapa banyak yang harus disimpan, dan bagaimana cara meningkatkan proses penganggaran.

Salah satu hal terbaik dari Kakeibo adalah membuat seseorang melakukan introspeksi terhadap kebiasaan belanja mereka. Dengan mencatat pengeluaran harian menggunakan pena dan kertas, seseorang dapat mencapai tujuan keuangan jangka pendek dan panjang.

Selain manfaat finansial, Kakeibo juga memberikan keamanan emosional. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, mengendalikan keuangan dapat memberikan kedamaian pikiran.

Mengapa Kakeibo menekankan pencatatan pengeluaran dengan tulisan tangan? Karena menulis dengan tangan memperlambat proses berpikir dan meningkatkan kesadaran. Hal ini juga melibatkan gerakan tangan yang memperkuat otak dalam hal memori, bahasa, dan kognisi.

Dengan penjurnalan manual Kakeibo, setiap orang dapat lebih memperhatikan kebiasaan pengeluaran mereka, sehingga dapat menghargai diri mereka sendiri dengan melakukan penghematan yang lebih baik. Dengan begitu, Kakeibo bukan hanya sekadar metode menabung, tetapi juga merupakan gaya hidup yang mengajarkan kesadaran finansial dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Sebelum membeli sesuatu, langkah pertama adalah menanyakan diri sendiri serangkaian pertanyaan, seperti apakah kita benar-benar membutuhkan barang tersebut, apakah kita mampu membelinya, dan seberapa sering kita akan menggunakannya. Ini membantu kita membuat keputusan yang lebih rasional dan menghindari pemborosan.

Salah satu strategi kakeibo adalah membiarkan barang yang ingin kita beli selama 24 jam sebelum benar-benar membelinya. Ini membantu kita memutuskan apakah kita benar-benar membutuhkan barang tersebut atau hanya tergoda oleh impuls.

Selain itu, kita juga diajarkan untuk tidak mudah tergoda oleh diskon besar-besaran yang seringkali membuat kita membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Melakukan pemeriksaan saldo secara teratur juga membantu kita mengendalikan pengeluaran dan membuat anggaran yang lebih baik.

Penggunaan uang tunai juga direkomendasikan dalam kakeibo, karena hal ini membuat kita lebih sadar akan apa yang kita belanjakan dan membantu kita untuk lebih disiplin dalam mengelola keuangan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip sederhana ini, kita dapat belajar mengelola keuangan dengan lebih bijak dan membentuk kebiasaan yang lebih sehat secara finansial.


Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda ikuti untuk mengelola keuangan menggunakan metode kakeibo:


1. Mencatat seluruh pemasukan.

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah mencatat seluruh pemasukan setiap awal bulan, baik dari pemasukan rutin seperti gaji bulanan maupun penghasilan tambahan. Metode Kakeibo menyarankan Anda untuk mencatat keuangan dengan cara menulis memakai pena atau pensil di buku agar Anda benar-benar meresapi apa yang Anda catat. 


2. Nabung dulu, baru alokasi dana ke beberapa pos.

Metode Kakeibo menyarankan Anda untuk menyisihkan terlebih dahulu uang yang akan ditabung, baru mengalokasikan sisanya ke beberapa pos pengeluaran. Dalam metode Kakeibo, ada empat kategori pos pengeluaran, sebagai berikut:

Pertama, Survival atau kebutuhan pokok seperti biaya makan, tagihan, cicilan, dan kewajiban lainnya.

Kedua, Optional atau kebutuhan sekunder mencakup hiburan, makan di luar, dan sebagainya.

Ketiga, Culture atau kebutuhan untuk tambahan wawasan, contohnya buku, film, majalah, dan lain sebagainya.

Empat, Extra atau pengeluaran lainnya seperti beli kado untuk ulang tahun teman anak, uang melayat tetangga, dan lain sebagainya.


3. Bertransaksi pakai uang tunai.

Bertransaksi menggunakan kartu debit atau kredit sering kali membuat seseorang tidak sadar dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Maka dari itu, cobalah untuk bertransaksi dengan uang tunai agar Anda bisa lebih sadar tentang berapa nominal yang sudah dikeluarkan untuk berbelanja.


4. Membuat pengingat di dompet.

Salah satu trik menarik yang bisa dilakukan untuk menabung adalah menyisipkan catatan pengingat di dompet dengan tulisan "Apakah kamu BENAR-BENAR membutuhkan barang ini?". Dengan demikian, Anda akan terus ingat untuk selalu melakukan pertimbangan sebelum melakukan transaksi belanja.


5. Tunggu 24 jam sebelum membeli barang.

Orang Jepang biasanya melakukan pertimbangan yang cukup lama sebelum memutuskan untuk membeli barang. Cobalah untuk tidak membiasakan diri langsung membeli barang yang disukai setelah melihatnya. Pikirkan terlebih dahulu setidaknya satu hari penuh untuk melihat apakah barang itu hanya sebatas keinginan atau benar-benar kebutuhan. Bila Anda masih berpikir tentang barang itu setelah satu hari, barang memang sesuai kebutuhan, dan keuangan mencukupi, belilah barang tersebut.


Sumber :

https://finansial.bisnis.com/read/20211103/55/1461831/apa-itu-kakeibo-jurus-jitu-nabung-dan-hidup-hemat-ala-jepang

https://www.beautynesia.id/life/mengenal-kakeibo-metode-mengatur-keuangan-ala-jepang-yang-bikin-cepat-kaya-raya/b-289141/3

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230413090513-33-429489/5-tips-menabung-ala-orang-jepang-dijamin-duit-cepet-kumpul

Related Posts