Tuesday, October 22, 2013

Mencatat Keuangan Harian


Mencatat keuangan harian itu perlu atau tidak? Bagi sebagian orang, mencatat pengeluaran atau keuangan harian adalah hal yang sangat membosankan, malas, tidak ada waktu, dan lain-lain. Ada yang berpikiran kenapa saya perlu repot-repot mencatat pengeluaran harian? Saya cukup datang ke perencana keuangan, bayar biaya konsultasi dapat deh itu cek kesehatan keuangan dan rencana keuangan. Merencanakan uang adalah semudah itu. Bagaimana pendapat Anda?

Penulis tidak berusaha membantah pendapat tersebut. Penulis juga setuju dengan orang yang berpikiran seperti itu, karena orang tersebut memiliki dana yang cukup untuk konsultasi dengan perencana keuangan. Namun bagi sebagian orang yang belum mampu menyewa jasa konsultan keuangan pribadi atau orang-orang yang memiliki pendidikan (edukasi) mengenai keuangan pribadi, mereka dapat melakukan perencanaan keuangan dari diri sendiri. Cara yang mudah untuk memulai mengatur keuangan yaitu dengan mencatat transaksi pribadi (uang masuk dan uang keluar).

Penulis pernah membaca sebuah tulisan seorang perencana keuangan dari luar negeri yang berkata:

“Menurut Anda, siapakah orang yang paling peduli dengan keuangan Anda?”

Menurut Anda apakah penasihat keuangan Anda adalah orang yang paling peduli dengan keuangan Anda? Apakah agen asuransi Anda? Apakah broker saham Anda? Apakah agen reksadana Anda? Atau Anda dan pasangan yang paling peduli dengan keuangan Anda?

Sebagian orang menjawab pertanyataan tersebut dengan: “Saya dan pasangan sayalah yang paling peduli dengan keuangan pribadi saya.”

Untuk memulai sesuatu yang baik agak repot didepan, coba mari kita liat contohnya:

Untuk mulai mengurangi berat badan, hal apa yang paling sulit? Tentu saja sulit untuk memulai berolahraga.
Untuk mulai meningkatkan nilai (bagi pelajar), hal apa yang paling sulit? Tentu saja sulit untuk memulai belajar.
Untuk Anda yang ingin mulai mengatur keuangan rumah tangga, hal apa yang paling sulit? Tentu saja sulit untuk mencatat.
Pernahkah Anda tahu berapa biaya parkir Anda sebulan? Berapa biaya untuk membeli pakaian? Memang biaya parkir dapat dikatakan pengeluaran yang cukup kecil (bagi sebagian orang).  Coba kita simulasikan biaya parkir (untuk di Jakarta):

Parkir di tempat kerja:

20 hari kerja x 9 jam kerja x Rp 3.000 per jam = Rp 540.000

Parkir di mall atau supermarket:

4 hari (setiap hari minggu) x 3 jam x Rp 3.000 per jam = Rp 36.000

Total biaya parkir Anda selama sebulan adalah Rp 576.000 per bulan. Pengeluaran kecil tetapi kalau ditumpuk lumayan juga.

Cara mencatat keuangan harian
Anda tidak perlu pusing dengan istilah debit, kredit dan lain-lain. Cukup gunakan istilah yang gampang Anda mengerti. Penulis menyarankan Anda menggunakan kata-kata seperti:

Uang masuk ke dompet      = ada sejumlah uang yang masuk ke dompet Anda. Biasanya berasal dari gaji bulanan, hasil investasi, bisnis dan lain-lain.

Uang keluar dari dompet    = ada sejumlah uang yang keluar dari dompet Anda. Contohnya adalah biaya listrik, telepon, tagihan kartu kredit, cicilan kendaraan, biaya sekolah anak dan lain-lain.

Jangan pusingkan istilah-istilah keuangan. Gunakan saja bahasa yang mudah, format penulisan yang sederhana, toh laporan keuangan tersebut dibaca oleh Anda dan pasangan (tidak dilaporkan ke badan tertentu).

Alat Bantu untuk Mencatat Keuangan Harian
Dimana saya bisa mencatat? Banyak sekali media yang bisa Anda gunakan untuk mencatat, mulai dari paling sederhana kertas dan pen, menggunakan aplikasi worksheet (seperti Microsoft Excel) dan menggunakan aplikasi-aplikasi khusus untuk merencanakan keuangan. Carilah media yang paling mudah dan sederhana, agar Anda dapat melakukan pencatatan kapanpun, dimanapun Anda berada. Sehabis dari restaurant, sehabis belanja dapur, sehabis membeli elektronik, bahkan sehabis Anda membayar uang parkir.

Jujur saja, penulis mengakui kebiasaan untuk mulai mencatat keuangan adalah hal yang sulit. Seperti halnya orang yang mau menurunkan berat badan, mulai berangkat ke gym atau berolahraga adalah hal yang sangat sulit. Tetapi setelah Anda berolahraga Anda akan mendapatkan manfaatnya. Serupa dengan berolahraga kebiasaan mencatat keuangan akan menghasilkan manfaat yang luar biasa, kalau tidak percaya silakan Anda coba? Jika Anda sudah mendapat manfaat dari mencatat transaksi pribadi, jangan lupa sebarkan kebaikan dan manfaatnya kepada banyak orang.

Jangan Malu, Jangan Ragu, Jangan Malas, Ayo Mencatat!!!

Sumber : http://www.finansialku.com

Wednesday, October 16, 2013

Perencanaan Keuangan di Usia 30-an


Menjelang usia 30 tahun, maka pengelolaan uang untuk bertahan hidup menjadi kian rumit. Dengan meningkatnya pendapatan, tanggung jawab finansial dan keputusan serta sejumlah tindakan bijaksana semakin diperlukan. Untuk itu, hindarilah kesalahan penggunaan uang yang sudah tidak perlu terjadi di usia 30-an.

Di usia tersebut, Anda seharusnya dapat mulai menikmati buah kerja keras Anda selama bekerja. Sementara itu, masa depan Anda memerlukan prioritas yang harus diambil khususnya terkait perencanaan keuangan.

Berikut 5 kesalahan keuangan yang tak boleh dilakukan di usia 30-an:


1. Menggunakan tabungan seenaknya

Jika Anda memiliki uang tabungan untuk dana pensiun, maka langkah yang Anda ambil sudah tepat. Namun jika tujuan Anda menabung masih belum jelas, memasuki usia 30-an Anda harus mulai memikirkan dan menentukannya.

Anda harus memiliki tujuan menabung, apakah digunakan sebagai dana untuk kondisi darurat, berwisata atau untuk biaya liburan akhir pekan.

Setelah itu, Anda harus mulai menentukan jumlah tabungannya, sepertiga atau setengah dari pendapatan Anda. Semua hal tersebut harus sudah mulai dilakukan saat berusia 30-an.


2. Membuat anggaran jangka pendek

Memasuki usia 30-an, berhentilah mengelola uang seperti tak ada lagi hari esok. Seringkali esok hari datang dengan tagihan dari hari kemarin.

Mulailah memiliki anggaran pengeluaran jangka panjang dalam hitungan tiga, lima, sepuluh tahun ke depan. Jika Anda sudah memiliki rumah, maka pikirkanlah soal renovasi dan tabungan anak.

Jangan biarkan pengeluaran-pengeluaran di masa depan mengejutkan Anda jika masih dihindari sejak dini. Mulailah merencanakan keuangan dan tabungan sejak usia 30-an untuk pengeluaran yang lebih besar di masa depan.

3. Tidak memikirkan soal tempat tinggal

Berusia 30-an merupakan waktu yang tepat untuk memikirkan rumah impian di masa depan. Jika Anda belum membelinya, pikirkan untuk menentukan gaya rumah yang sesuai dengan gaya hidup Anda.

Rumah memang tidak menentukan gaya hidup seseorang, tapi seringkali menyesuaikannya dengan gaya hidup bisa membuat Anda memiliki tempat tinggal yang tepat.

Membuat anggaran pembelian rumah sebaiknya dilakukan secara jangka panjang termasuk mengurus asuransi, perbaikan, perawatan dan segala perlengkapannya.

Menabung di usia tersebut untuk memiliki rumah idaman merupakan langkah yang harus diambil agar terhindar dari kesulitan finansial di masa mendatang.

4. Tidak menabung untuk dana pensiun

Banyak alasan yang membuat sebagian orang tidak memiliki rencana keuangan untuk pensiun. Sudah menjadi hal yang biasa, saat Anda mulai menabung untuk pensiun Anda akan merasa kekurangan selama berminggu-minggu.

Namun akan ada waktunya saat Anda menyadari biaya hidup pribadi sudah termasuk ke dalam dana pensiun yang lebih penting saat sudah tidak produktif nanti.

Mengingat pendapatan Anda akan terus meningkat dari tahun ke tahun, penting bagi Anda untuk menyiapkan dana simpanan pensiun yang akan berguna suatu hari nanti.


5. Tidak memiiki asuransi yang cukup

Asuransi yang baik sama pentingnya dengan tabungan dan rencana pensiun yang tepat. Apakah Anda memiliki ansuransi jiwa yang tepat? Apa dana asuransi tersebut tepat untuk melindungi rumah dan anggota keluarga?

Semua pertanyaan tersebut harus sudah dijawab saat Anda memasuki usia 30-an. Anda harus sudah memiliki asuransi yang tepat yang dapat membuat Anda bertahan di tengah berbagai persoalan keuangan yang muncul.

Sumber : http://bisnis.liputan6.com

Tuesday, October 15, 2013

Tabungan atau Asuransi


Produk tabungan di perbankan semakin beragam ditawarkan. Setelah ramai menawarkan bonus hadiah langsung, produk tabungan di bank juga banyak yang dijual dengan bundel asuransi. Seberapa menguntungkan produk bundling seperti itu? Biasakan meneliti dan menghitung cermat sebelum membeli produk.

Memiliki rekening tabungan bank kini sudah menjadi kebutuhan primer seiring dengan peningkatan kebutuhan transaksi yang banyak memanfaatkan jasa perbankan. Dahulu kala, masyarakat mungkin hanya mengenal tabungan nasional alias tabanas. Kini, ada tabungan pendidikan, tabungan haji, tabungan berhadiah langsung mulai mobil hingga gadget mahal, juga tabungan yang dilengkapi dengan perlindungan atau asuransi jiwa, dan lain sebagainya.

Khusus untuk tabungan yang dilengkapi dengan asuransi jiwa, Anda mungkin sudah banyak menemui di berbagai bank. Di Bank Mandiri, misalnya, ada Tabungan Rencana Mandiri, lalu di CIMB Niaga ada Tabungan Mapan, lalu ada pula Tabungan Taka di OCBC NISP, dan lain sebagainya.

Kebanyakan bundel tabungan dan asuransi itu melindungi kelanjutan pembayaran setoran tabungan ketika si nasabah meninggal dunia. Alhasil, si ahli waris tetap mendapatkan tabungan sesuai target di awal kontrak, tanpa ada pemberian santunan uang pertanggungan.

Skema yang sedikit berbeda ditawarkan produk tabungan asuransi keluaran Bank BNI yang bekerjasama dengan Sunlife Financial, bernama Rencana Pintar. Bagian layanan konsumen Sun Life Financial yang dihubungi KONTAN, Selasa (20/8/2013), membeberkan, produk ini sebenarnya sudah lama ditawarkan.

Namun, mulai tahun 2013 ini, target tabungannya dinaikkan dari semula Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta.
Target tabungan Rp 50 juta itu memiliki masa kontrak 17 tahun. Untuk mencapai nilai itu, nasabah harus menyetor Rp 334.000 per bulan selama 10 tahun. Jadi, total setoran nasabah selama kontrak adalah Rp 40,8 juta. “Setoran memakai sistem autodebet dengan rekening Bank BNI,” jelas customer service Sunlife.

Seperti tabungan berjangka, nasabah tidak bisa mengambilnya sewaktu-waktu. Tabungan baru bisa ditarik bertahap mulai tahun kelima dengan nilai yang ditentukan. Penarikan pertama pada tahun kelima senilai Rp 5 juta, lalu di tahun ke-11 sebesar Rp 7,5 juta, tahun ke-14 senilai Rp 12,5 juta, dan tahun ke-17 sebesar Rp 25 juta. Produk ini memiliki coverage asuransi jiwa bagi si nasabah selama masa kontrak.

Dus, jika di tengah masa kontrak si nasabah meninggal dunia, ahli waris berhak mendapatkan tabungan Rp 50 juta dan uang pertanggungan Rp 50 juta. Namun, jika selama masa kontrak tidak ada risiko jiwa, nasabah cuma berhak mendapatkan tabungan Rp 50 juta.

Jangan buru-buru
Pertanyaannya, seberapa menarik menempatkan dana di produk tabungan dengan fitur asuransi seperti itu? Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Consulting, menilai, produk besutan Sunlife dan Bank BNI itu boleh jadi menarik di mata mereka yang masih awam dengan produk investasi. “Terlebih, antara uang yang disisihkan lebih kecil dibandingkan pengembalian yang nanti diterima,” kata dia.
Namun, jangan terburu menubruk sebuah produk sebelum melihat lebih detail. Ada baiknya memperhatikan saran dari para perencana keuangan lebih dulu, berikut ini:

Lihat kebutuhan
Membeli produk keuangan atau investasi tidak berbeda dengan membeli barang biasa. Anda harus tahu persis produk seperti apa yang Anda butuhkan. Untuk mengetahui produk yang tepat, Anda perlu menentukan terlebih dulu tujuan keuangan dan menyiapkan perencanaan. Dengan mengetahui tujuan keuangan, Anda bisa lebih tepat menentukan instrumen atau produk seperti apa yang bisa membantu Anda mencapai tujuan tersebut.
Misalkan Anda butuh asuransi jiwa dengan nilai uang pertanggungan Rp 1 miliar. Menjadi salah alamat jika Anda malah membeli asuransi jiwa dengan uang pertanggungan Rp 50 juta hanya karena tergiur kemasan produk yang seolah menarik.

Pelajari produk
Sebelum memutuskan membeli sesuatu, pastikan Anda tahu apa yang Anda beli. Tabungan bank unggul dari sisi likuiditas atau kemudahan pencairan dana kendati bunganya kecil. Dus, produk tabungan dengan keterbatasan waktu penarikan jelas kurang menarik dipilih. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, menambahkan, tabungan juga tidak tepat dipilih jika Anda bertujuan mengembangkan dana. Pilihlah produk investasi, seperti reksadana, obligasi, atau saham.
Sebagai contoh, dengan menyisihkan Rp 334.000 per bulan di reksadana saham berimbal hasil rata-rata 20 persen per tahun selama 10 tahun, Anda berpeluang memperoleh dana Rp 127,7 juta! Itu pun tanpa ada pembatasan kapan Anda hendak mencairkannya.
Risiko reksadana saham memang lebih besar dibanding tabungan. Namun, dengan strategi diversifikasi risiko yang tepat, mengembangkan dana di produk investasi adalah langkah terbaik jika Anda ingin mendapatkan hasil sesuai tujuan keuangan.

Jangan malas
Setiap produk keuangan dan investasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak perlu bingung menghadapi tawaran produk nan bejibun. Syaratnya, Anda tidak boleh malas meluangkan waktu untuk belajar dan meriset produk yang ada di pasaran satu per satu.
Manfaatkan informasi yang melimpah di media untuk menambah pengetahuan finansial Anda. Untuk mengetahui kebutuhan asuransi jiwa atau dana investasi, Anda bisa memanfaatkan aplikasi penghitungan di laman institusi perencana keuangan atau perusahaan asuransi.
Dengan melakukan perhitungan seperti itu, Anda bisa lebih mampu melihat kelayakan sebuah produk untuk dipilih, dan perbandingannya dengan produk sejenis di pasar.
Singkat cerita, memilih produk keuangan atau investasi memang membutuhkan usaha khusus. Namun, demi kenyamanan finansial keluarga Anda, tidak ada lagi alasan untuk terus malas belajar, bukan?

http://bisniskeuangan.kompas.com

Friday, October 11, 2013

Tentang Reksadana Syariah


Negara kita adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun sangat disayangkan, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia masih kalah dibanding negara Islam lainnya yang jumlah penduduk muslimnya lebih sedikit daripada negara kita.

Mengapa hal ini terjadi?
Mungkin dikarenakan informasi yang kurang banyak mengenai investasi syariah.
Mungkin produk syariah yang tersedia di pasar kurang beragam.
Mungkin return investasi syariah kurang menarik.
Mungkin banyak orang masih bingung dengan karakteristik produk syariah.
Mungkin memang pada dasarnya memang tidak tertarik saja dengan produk syariah.

Untuk menjawab semua  "mungkin"di atas, saya coba berikan beberapa data dan fakta mengenai investasi di produk syariah khususnya Reksadana Syariah. Berdasarkan data OJK as of Maret 2013, dari total 730 buah reksadana saat ini, reksadana syariah jumlahnya hanya  55 buah.

Reksadana syariah pertama kali muncul pada 1997. Definisi dari reksadana syariah sendiri berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal dengan manajer investasi, pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.

Menurut peraturan no IX.A.I3, reksadana syariah dalam kontrak pengelolaan dan prospektusnya wajib menyajikan informasi sebagai berikut:
1. Dalam anggaran dasar emiten dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha dan cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah di pasar modal.
2. Kebijakan investasi reksadana tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
3. Jenis usaha, jasa yang diberikan, aset yang dikelola, akad, dan cara pengelolaan emiten yang dimaksud tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Memiliki anggota direksi, wakil manajer investasi, dan penanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan kustodian pada bank kustodian yang mengerti kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
5. Mekanisme pembersihan kekayaan emiten dari unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
6. Dana kelolaan emiten syariahnya hanya diinvestasikan pada efek yang tercantum dalam Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Bappepam LK

Pengelolaaan dana di reksadana syariah dilakukan dengan batasan sebagai berikut :

1. Instrumen keuangan yang dibolehkan menurut syariah islam, yaitu instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, deposito di bank umum syariah, surat hutang jangka panjang dan pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.

2. Jenis usaha emitennya tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah, misal usaha judi, lembaga keuangan konvensional, makanan/minuman haram, usaha yang memproduksi, mendistribusikan, atau menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat

3. Suatu emiten dikatakan tidak layak apabila struktur modalnya sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang yang mengandung unsur riba (tingkat hutang terhadap modal lebih dari 82%)

4. Pemilihan dan pelaksanaan transaksi dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, dan tidak melakukan spekulasi

Jadi apabila melihat dari definisi dan batasan pengelolaan dana di reksadana syariah, sangatlah menenangkan karena sangat terpilih.

Berikut adalah perbandingan secara konsisten dari dua reksadana saham syariah dan 2 reksadana saham konvensional dari tahun 2008 – 2013. Angka tertera adalah annualized return di tahun tersebut (dalam persentase) :



Dari data tabel di atas, Anda  bisa memilih mana yang lebih Anda suka. RD saham syariah atau RD saham konvensional. Memang tidak ada satu produk reksadana yang terus menerus konsisten performancenya baik. Pasti ada naik turunnya. Namun bila melihat data tahun 2012, performance RD syariah bisa mengalahkan performance RD non syariah.  Dan di tahun 2013, saat kondisi IHSG kurang baik RD syariah tidak mengalami penurunan yang terlalu dalam. Sementara RD konvensional mengalami minus yang lumayan. 

Namun return jangan dijadikan patokan utama dalam memilih reksadana. Tentukan tujuan finansial Anda, hitung berapa kebutuhannya, buat asumsi rata-rata return dalam 3-5 tahun, dan review angkanya per tahun. 

Semoga dengan sedikit fakta dan informasi mengenai RD saham syariah ini, dapat membuat Anda lebih mengenal dan tertarik untuk mencoba. 

Demi menuju kehidupan yang lebih syariah dan demi kemajuan pasar modal syariah di negara Indonesia. Amin.

Fitri Nuriman, ST, CFP
Independent Financial Planner
PT. Quantum Magna
www.qmfinancial.com


Sumber : http://id.she.yahoo.com

Monday, October 7, 2013

Persiapan Biaya Sekolah Anak


Kini era telah maju dimana tuntutan akan kondisi pendidikan yang tinggi semakin meningkat. Di Indonesia jumlah sarjana tiap tahunnya meningkat ribuan orang sedangkan lapangan pekerjaan tidak senantiasa bertambah. Namun, masalah yang harus dihadapi bukan hanya bagaimana setelah lulus, namun bahkan jauh sebelum memulai pendidikannya.

Kini meskipun biaya pendidikan mulai meroket sebagai orang tua (atau calon orang tua) sebaiknya anda mulai memikirkan rencana keuangan yang akan anda gunakan untuk membiayai pendidikan buah hati anda.

Situs everydayhealth.com memberikan sebuah contoh mengenai memberikan prioritas atas biaya pendidikan yang akan anda keluarkan. Membuat rencana uang sekolah bagi buah hati anda untuk masa kuliah sangatlah penting. Kini pemerintah telah mencanangkan sekolah wajib hingga SMA, sehingga meskipun anda kurang mampu namun anda dapat mulai mencoba menabung demi buah hati anda dan meningkatkan kualitas hidup keluarga anda.

Salah satu hal yang paling sering kita dengar pada masa lalu adalah anak petani menjadi petani, anak pengemis menjadi pengemis. Namun kini hal ini sudah tak lagi dapat dianut karena jika teru menerus seperti itu, negara ini tidak akan pernah maju. Selain itu kualitas kehidupan keluarga anda juga tidak akan meningkat.

Karena itulah, dengan memberikan prioritas uang pendidikan pada rencana tabungan anda, anda akan dapat menghindari penggunaan uang untuk belanja hal-hal tidak penting dan bisa membantu putra dan putri anda mencapai pendidikan yang tinggi.

Penulis: Ratih Kristianasari

Sumber : http://www.vemale.com

Sunday, October 6, 2013

Pensiun Dengan Bahagia


Menyiapkan dana pensiun tergolong unik karena sifatnya yang cukup panjang. Ketika pensiun di usia 55 tahun, artinya dana yang harus dipersiapkan adalah untuk 25 tahun bila kira-kira akan hidup hingga usia 80 tahun.

Menurut perencana keuangan independen, Ligwina Hananto, bila asumsi periode pensiun adalah 25 tahun maka yang harus dilakukan adalah melakukan investasi agar menghasilkan ‘gaji’ selama periode 25 tahun. 

Dana pensiun disiapkan dengan memperhitungkan biaya hidup di masa pensiun. Yang disebut dana pensiun itu sendiri adalah sejumlah uang yang diinvestasikan lalu dapat menghasilkan sebesar biaya hidup di masa pensiun. 

Biaya hidup di masa pensiun ini pun bertambah setiap tahunnya sesuai inflasi. 
Rumus menghitung dana pensiun memang rumit. Untuk dapat menentukan besaran dana pensiun perhitungannya mencakup asumsi biaya hidup saat ini, expense ratio atau rasio perbandingan biaya hidup saat ini dengan di masa pensiun, besar inflasi, net investment atau selisih asumsi dana pensiun yang diinvestasikan dengan besaran inflasi di masa depan, hasil investasi rata-rata, usia saat ini, usia pensiun, dan harapan hidup. Besar dana pensiun kemudian berbeda-beda antara tiap invidu. 

Ligwina pun membagi tips pensiun dengan bahagia. Katanya, jangan biasakan tergantung pada satu pintu penghasilan. Jadi, kalau suami bekerja, istri sebaiknya bekerja juga. Karena, banyak keluarga kebingungan saat sang ayah pensiun dan tidak memiliki penghasilan apa-apa.
(
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, )

Friday, October 4, 2013

Tentang Manajemen Keuangan

manajemen keuangan

Sumber masalah di dunia ini, apakah anda mengakuinya atau tidak, berasal dari uang. Oleh karena itu tidak salah kalau orang mengatakan, “Apakah kita benar-benar materialistis? Apakah kita benar-benar tidak bisa hidup tanpa uang?” Kuncinya terletak pada pola pikir kita atau pola pikir yang kita tanam dalam diri kita. Jika kita tidak menetapkan pola pikir dengan benar, maka uang hanya akan membebani kita. Sebaliknya, jika kita menggunakan uang sebagai alat untuk melakukan banyak perbuatan baik, maka uang akan menjadi sesuatu yang berarti.

Hal yang sama berlaku untuk manajemen atau pengelolaan keuangan. Hal yang benar adalah, kita harus menjadi orang yang membatasi berapa banyak “konsumsi” mempengaruhi hidup kita. Oleh karena itu, tidak peduli seberapa baik atau buruk manajemen keuangan kita – di mana setiap orang memiliki standar yang berbeda – itu semua kembali ke pikiran kita terhadap uang.
Oleh karena itu, berbicara tentang keuangan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari pola pikir kita. Jadi ada beberapa hal yang perlu kita pahami mengenai pola pikir kita terhadap uang. Berikut adalah beberapa hal yang perlu anda perhatikan :

Carilah ke dalam

Kita harus menemukan apa yang sebenarnya kita ketahui tentang uang. Dalam sebuah buku berjudul The Millionaire Instan karangan Mark Fisher, ada karakter dalam buku ini; jutawan tua yang mengajukan pertanyaan sekaligus nasihat, “Kenapa anda belum kaya?” Pertanyaan ini sebenarnya menunjukkan pemahaman kita untuk menjadi kaya itu sendiri. Apakah ‘menjadi kaya’ berarti memiliki banyak uang, pada usia berapa, atau kaya dalam hal-hal lain? Jika pertanyaan yang sama ditunjukkan pada kita, mungkin kita harus mempertimbangkan kembali konsep kaya yang kita sudah mengerti. Dengan demikian, hal itu akan memberikan kita referensi – di mana setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda – sehingga kita dapat mengevaluasi pola manajemen keuangan yang kita miliki sampai sekarang, apakah telah sesuai pemahaman kita atau tidak.

Program ulang pola pikir anda

Setelah kita menemukan jawaban untuk pertanyaan yang kita tanyakan pada diri sendiri diatas, kadang-kadang kita merasa ragu, apakah kita memiliki pemahaman yang benar terhadap uang? Karena kitalah yang sering berkata kepada diri sendiri bahwa uang itu identik dengan korupsi dan kejahatan lainnya. Atau sebaliknya, kita juga bisa mendapatkan pemikiran positif bahwa uang adalah alat untuk membangun hal-hal positif seperti untuk membangun sekolah, jalan, tempat ibadah, dan sebagainya.
Jika setelah sekian lama, kita mempercayai pada pola pikir pertama, kemudian coba untuk memprogram ulang dan merubah pikiran kita tentang uang. Tentunya, hal itu tidak dimaksudkan untuk membuat kita mendapatkan semua hal materialistik. Namun, kita membuka pikiran kita untuk pola pikir baru yang menggunakan uang: dengan peningkatan kemakmuran, kita dapat membantu orang lain. Denganberpikir positif terhadap uang, manajemen keuangan akan lebih terorganisir.

Untuk mendapatkan lebih, kita perlu berbuat lebih banyak

Seorang pengusaha Amerika dan motivator, Jim Rohn, mengatakan, “Jika anda menerima satu juta dolar, maka hal pertama yang harus anda lakukan adalah berpikir menjadi jutawan.” Pernyataan ini sebenarnya digunakan untuk menekankan bahwa pola pikir jutawan benar-benar berbeda daripada orang-orang biasa. Perilaku, sikap, bagaimana kita memperlakukan uang, bagaimana kita mengelola keuangan harus disesuaikan dengan bagaimana seorang jutawan akan bertindak – atau bahkan multi-jutawan – jika kita ingin menjadi orang itu.
Dengan berpikir seperti itu, akan membuat diri kita berpikir kreatif dan menarik banyak hal lain dalam menghasilkan dan mengelola uang seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, berpikir positif, salah satunya adalah dengan mencoba untuk tidak merasa khawatirtentang tidak memiliki uang, akan membuat kita mampu mengatur pola hidup kita dan sikap kita untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Membuat uang mengalir kepada kita

Salah satu kunci dalam manajemen keuangan anda adalah dengan “mengundang” uang. Analoginya adalah bagaimana kita bisa mengelola uang kita jika kita tidak punya cukup uang untuk dikelola? Oleh karena itu, berpikir seperti orang kaya, karena itu akan membuat kita kaya. Tentu saja, kita tidak hanya berpikir, tetapi dengan tindakan dan upaya yang terus menerus. Dengan membuat diri kita berpikir seperti itu, kita akan mampu mendorong diri kita untuk meraih peluang mengelilingi diri kita. Kita semua memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari. Jadi, kenapa ada orang-orang kaya dan miskin? Kuncinya adalah untuk kembali ke pola pemikiran kita. Jadi, apakah anda ingin dapat mengelola keuangan anda? Cobalah untuk mengubah pola pikir anda terlebih dahulu.

Thursday, October 3, 2013

5 Langkah Menyelamatkan Uang Anda


(c) shutterstock.comWanita adalah sosok yang piawai dalam memegang uang. Namun wanita juga lekat dengan banyak aktivitas pembelian seperti shopping pribadi, keperluan rumah tangga, perawatan hingga tanpa sadar lembaran uang Anda sudah banyak berganti dengan lembaran bon belanja. Apalagi bila Anda sudah berkeluarga, banyak sekali tanggung jawab keuangan yang harus Anda atur.

Dilansir dari savvymiss.com, ada lima langkah konkrit yang bisa Anda lakukan untuk 'mengamankan' uang Anda dari pemborosan yang tidak perlu ataupun kekacauan karena Anda bingung yang mana yang harus diprioritaskan untuk dibelanjakan. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, dijamin Anda akan terselamatkan dari bokek di akhir bulan.

1. Tabungan pribadi
Bukan dari orang tua atau suami. Sebagai wanita mandiri, simpanlah uang untuk masa depan Anda. Milikilah satu rekening untuk belajar menabung. Bila Anda sudah terbiasa, pisahkan uang yang ditabung dengan uang untuk keperluan pribadi Anda di rekening yang lain. Sehingga Anda memiliki dua tabungan untuk simpanan dan keperluan harian.

2. Jangan ragu mengatakan tidak
Seringkali kita ditawari suatu barang dan hati kita berkata, "Tidak..tidak..tidak.." walaupun pada akhirnya mulut kita berkata, "Ya..ya..ya.." Well, Anda tidak perlu merasa bersalah untuk menolak beberapa tawaran pembelian atau ajakan nongkrong, Ladies. Bila Anda tidak merasa capable untuk melakukannya, Anda berhak menolak. Bukan menjadi kikir atau tertutup ya, melainkan lebih selektif agar pengeluaran Anda efisien.

3. Tentukan biaya mingguan Anda, bayar dengan uang tunai
Memiliki rincian keuangan memang penting, Ladies. Perkirakan Anda akan habis berapa banyak dalam seminggu, cermati di mana Anda rentan mengeluarkan uang yang tidak perlu, Bayar dengan tunai, ini akan menghindarkan Anda kehilangan rupiah dalam bentuk pajak ini dan itu.

4. Gali informasi seputar investasi
Mengapa wanita tidak banyak menginvestasikan uangnya seperti pria adalah karena kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut. Anda bisa mulai mencari informasi dengan bertanya pada rekan Anda. Mungkin Anda tidak harus berinvestasi dalam bentuk uang, mungkin dalam bentuk barang. Namun tetap belajarlah pada mereka yang sudah ahli, karena selalu ada resiko dalam memutar uang Anda.

5. Usahakan tidak berhutang
Uang adalah perkara yang sensitif, Anda setuju? Selagi Anda mulai mengatur keuangan Anda, lebih baik tidak berhutang. Selain ini menambah beban pada program mengamankan keuangan Anda, bila Anda lengah, hal ini bisa membahayakan situasi Anda.

Menjadi wanita bijak salah satunya adalah tahu bagaimana mengatur dan menggunakan uang Anda. Jangan habiskan hari ini karena masih ada hari esok. Mungkin saat ini Anda tergiur model tas terbaru, tapi percayalah saat Anda sabar sedikit, beberapa bulan lagi Anda akan mendapatkan tas yang lebih update. Tetap hemat ya, Ladies

Sumber : vemale.com

Kunci Kebebasan Finansial


“Kebebasan finansial secara sederhana adalah keadaan dimana penghasilan bisa mencukupi kebutuhan dan keinginan tanpa perlu berutang. Akan lebih menyenangkan jika harta yang dimiliki bisa produktif menghasilkan,” ujar Mike Rini Sutikno, CFP, Perencana Keuangan dari MRE Financial and Business Advisory. 

Kuncinya: cerdas mengelola keuangan. GH Indonesia melakukan investigasi terhadap 50 perempuan (dari berbagai bidang pekerjaan) untuk mengetahui sejauh mana kesadaran menabung, berasuransi dan berinvestasi.


Belum Memahami Dana Darurat


Kesadaran memiliki dana darurat semakin baik. Sebanyak 90% perempuan dalam investigasi yang dilakukan tim GH mengaku memiliki dana darurat. Sayangnya jumlahnya masih banyak yang jauh dari ideal. Lebih dari 50% diantaranya memiliki dana darurat hanya sebesar 1-2 kali penghasilan bulanan saja. 

Bahkan tidak sedikit yang tidak memedulikan jumlahnya. “Saya memiliki simpanan darurat yang jumlahnya dua kali penghasilan,” ujar Sukma Kartini (30), presenter televisi swasta. Sementara Rizka Mulyarini (32), Account Executive, mengaku tidak pernah mematok berapa jumlah nominalnya. “Yang penting uangnya ada saat dibutuhkan,” ungkap Rizka.

Padahal, sebenarnya harus berapa? “Idealnya jumlah dana darurat minimal sebesar 6 kali pengeluaran bulanan,” ujar Mike. Simpanan ini untuk keperluan darurat saat kejadian tak diinginkan terjadi seperti PHK yang menyebabkan kehilangan pendapatan tetap. Dana ini harus ada agar Anda bisa tetap hidup tanpa utang baru (yang akan semakin membelit). Sebab Anda harus tetap membayar biaya rumah tangga, listrik, air, makan dan cicilan kendaraan maupun KPR. Selama penghasilan baru belum datang dana darurat inilah yang jadi penyelamat Anda.

Mengapa harus 6 kali pengeluaran? “Sebab waktu 6 bulan dirasa cukup untuk mendapat pekerjaan baru. Sementara kalau hanya 1-3 bulan masih terlalu riskan. Dana darurat jangan terlalu pas-pasan,” ucap Mike.

Definisi darurat juga perlu diluruskan agar pos-pos pengeluaran tidak bercampur dalam satu amplop. “Biasanya kalau ada pengeluaran dadakan dalam jumlah besar saya ambil dari pos darurat, tapi mungkin nanti kalau sudah terkumpul bisa untuk uang muka membeli rumah,” ujar Sukma. Sementara Ami Lubis (26), ibu rumah tangga sempat menggantungkan biaya kesehatan di dana darurat karena belum memiliki asuransi. 

Menurut Mike untuk uang muka membeli rumah sebaiknya menabung di rekening terpisah. Menggunakan dana darurat untuk kesehatan sah saja, namun Mike menganjurkan sifatnya bukan dana tunggal. Anda sebaiknya juga punya asuransi.
Kesalahan yang juga terjadi adalah menganggap godaan diskon sebagai keadaan darurat. 

Meski dana darurat langsung diganti kembali di bulan berikutnya, bagi Mike tidak bisa jadi pembenaran perilaku tersebut. “Menggunakan dana darurat untuk shopping jelas pelanggaran,” ujar Mike. Perilaku pemborosan ini bisa terjadi karena lemahnya komitmen. Misalnya menyatukan dana darurat dengan rekening tabungan. Putri R Peruchka (35), Legal Counselor mengaku menyimpan dana darurat dalam rekening terpisah. “Jadi ada satu rekening yang tidak pernah diotak-atik,” ujar Putri.

Mike berpendapat meski harus terpisah dari rekening operasional, dana darurat tidak harus selalu tersimpan dalam satu rekening. Anda bisa membagi-bagi dana darurat dalam berbagai macam rekening, mulai deposito, tabungan sampai kartu kredit,” tambahnya. Yang penting dana tersebut mudah dicairkan. Kombinasi ini bisa menolong Anda. 

Misalnya saat terjadi musibah sakit, sebelum asuransi cair Anda bisa menggunakan kartu kredit untuk pertolongan pertama. “Misalnya untuk melakukan deposit atau uang muka. Jangan selalu tergantung pada dana uang tunai. Namun meski darurat, tetaplah bijak saat menggesek kartu kredit. Gunakan kartu kredit untuk pembayaran dengan tagihan paling minimal,” papar Mike.


Hindari Perangkap Asuransi


Rayuan agen asuransi apalagi teman sendiri seringkali jadi bumerang. Di awal memiliki anak, banyak yang tergesa membeli asuransi. Sisca Magdalena (35), model dan ibu rumah tangga salah satunya. “Dulu sewaktu awal punya anak, istilahnya asal ada asuransi. Apalagi karena ada yang nawarin, main beli saja,” ujar Sisca. 

Hal itu diakuinya karena masih dalam euforia baru memiliki anak dan merasa segera butuh perlindungan. Belakangan ia mengetahui asuransi tersebut kurang pas dan memutuskan untuk menutupnya. Awam asuransi juga sempat dialami oleh Putri. “Awal mulanya saat teman menawarkan asuransi saya merasa itu penting tapi kurang paham, akhirnya saya mencari tahu dulu sebelum membeli,” ujar Putri.

“Membeli asuransi asal punya, mumpung ada yang menawarkan, dan teriming-iming rayuan, adalah hal umum yang kebanyakan terjadi. Saat membeli harusnya kita pahami dulu apa yang kita butuhkan,” ujar Mike. Jika tidak terjadilah kesalahan memilih jenis asuransi atau salah menghitung kebutuhan asuransi. 

Misalnya Anda membeli asuransi jiwa sementara sebenarnya tidak ada seorangpun yang hidupnya di bawah tanggungan Anda. Kesalahan kedua adalah membeli asuransi yang tidak memberikan manfaat maksimal. Tidak sedikit perempuan pekerja yang merasa cukup dengan fasilitas asuransi kesehatan dari kantor. “Hingga saat ini saya tidak memiliki asuransi selain dari kantor. Asuransi belum begitu penting rasanya,” ujar Rizka.

“Sebenarnya ada keinginan untuk membeli asuransi jiwa, tapi belum memulai saja. Sampai sekarang saya merasa masih cukup dengan asuransi yang ada dari kantor,” ujar Andina (29) karyawati perbankan. Sementara kesadaran pentingnya memiliki asuransi baru mengusik Ami saat terkena sakit di rahimnya. 

“Ternyata biasa kesehatan itu mahal dan kita tidak pernah tahu kapan kita akan sakit. Selama ini saya hanya menggunakan dana darurat untuk kesehatan, tapi ternyata tidak cukup. Sekarang kami sekeluarga sedang dalam proses untuk ikut asuransi kesehatan,” tambah Ami.

Mike menyarankan untuk mengevaluasi asuransi yang kini Anda miliki. Cek preminya dan manfaatnya, apakah sudah seimbang dan sesuai kebutuhan atau belum. Misalnya apakah asuransi kesehatan Anda sudah meng-cover kebutuhan kamar yang Anda inginkan jika harus rawat inap? Apakah premi yang dibayarkan terlalu tinggi dibanding manfaat yang Anda peroleh? Menurut Mike ada tiga opsi yang bisa Anda pilih setelah evaluasi: meneruskan, membeli asuransi tambahan, atau menutup asuransi tersebut.

Kesadaran akan pentingnya investasi pun mulai meningkat. Jika banyak anggapan beredar perempuan takut mengambil risiko dan enggan berinvestasi, nyatanya hampir 80% responden mengaku sadar harus memiliki investasi. Rata-rata tujuan investasi mereka untuk persiapan pensiun dan dana pendidikan anak. “Untuk pendidikan anak inflasinya lumayan tinggi jadi investasi lebih tepat,” ujar Putri. “Saya juga berinvestasi untuk kepentingan hari tua,” tutur Andina.

Ketakutan akan risiko masih terlihat dengan kenyataan bahwa logam mulia dan reksadana menjadi pilihan favorit untuk berinvestasi. “Saya memilih logam mulia karena cenderung aman dan mudah dimengerti,” ujar Sukma. Sementara untuk mempersiapkan sekolah anak-anaknya, Ardina dan Putri memilih investasi di reksadana. 
“Saya juga mempunyai simpanan emas yang bisa digunakan sewaktu-waktu,” kata Andina.

Namun berinvestasi tanpa target masih ditemukan. “Saya kebetulan ada investasi di 
sebidang tanah, tapi belum tahu mau diapakan,” ungkap Rizka. “Kalau saya membeli emas mumpung ada uangnya, belum ada tujuan spesifik,” ujar Sukma. Mengumpulkan uang untuk membeli emas atau reksadana memang baik, tapi investasi baru bisa terasa manfaatnya kalau dilakukan dengan target dan kebutuhan.

“Metode mengumpulkan saja biasanya cepat habis,” ujar Mike. Atau bahayanya Anda merasa sudah cukup banyak memiliki investasi. Padahal arti banyak dalam nilai uang di hari ini tidaklah sama dengan nilai uang di masa depan. Anda harus tahu tujuan investasi Anda dan perhitungkan dengan seksama seberapa besar jumlah yang Anda butuhkan. 

Hitung jangka waktu yang Anda miliki jangan lupa masukkan asumsi bunga dan inflasi. Karena perhitungan inflasi tinggi inilah untuk dana kuliah anak Putri memberanikan diri untuk menyimpan dalam bentuk saham. “Karena itu cara untuk bisa mencapai target,” kata Putri.


Butuh Kekompakan dengan Pasangan


Hobi belanja identik dengan perempuan. Fashion dan mainan anak jadi barang favorit kebanyakan responden saat berbelanja terlebih saat ada diskon. “Barang-barang seperti baju sepatu, tas sering masuk daftar belanja saya. Karena sekarang sudah punya anak, ya jadi keperluan anak juga ikut di dalamnya mulai baju sampai mainan,” ujar Rizka.

Diskon juga sering membuat orang ‘lupa diri’. Seperti Ami yang sulit menahan diri jika melihat diskon kosmetik. Walaupun sebenarnya jarang digunakan. Sementara Sisca mengakui godaan untuk menggesek kartu kredit biasanya lebih besar jika ada promo atau diskon.

Diskon dan kartu kredit memiliki dua sisi. Bisa menguntungkan atau merugikan. “Tawaran promo lewat kartu kredit boleh saja disambut selama memang sudah direncanakan dan ada jatahnya, jangan karena mumpung promo lalu membabibuta wisata kuliner tanpa rencana,” ucap Mike. 

Kalimat ‘mumpung murah’ bisa jadi boomerang saat barang tak dibutuhkan dan uang sedang tidak tersedia. Saat itulah diskon bisa jadi pemborosan. Mike berpendapat terjadinya pemborosan bisa juga diakibatkan oleh kebiasaan malas mengecek saldo. Sebanyak 60% responden hanya mengecek saldo 1-2 kali sebulan.

Rasa bersalah telah berbelanja berlebihan kerap berujung pada sikap sembunyi-sembunyi terhadap pasangan. “Suami tahu sih, hobi belanja saya, tapi ya kadang-kadang saya suka sedikit menyembunyikan harga dan barang yang saya beli untuk menghindari pertengkaran,” ujar Rizka.

Namun Mike tidak menyetujui hal itu. “Sebenarnya kalau jatah belanjanya ada kenapa harus disembunyikan?” ujar Mike. Keterbukaan dengan pasangan menjadi salah satu kunci mulusnya mencapai tujuan keuangan keluarga. “Cara pandang tentang uang antara suami istri akan memengaruhi pola pendekatan pengelolaan, produk investasi yang dipilih, bahkan tujuan keuangan. Maka pasangan perlu terbuka dan membuat kesepakatan untuk kepentingan bersama,” tambahnya.

Sebanyak 90% responden mengaku saling terbuka dengan pasangan masalah keuangan. “Jika ada yang bertolak belakang kami selalu mencari jalan tengah,” ujar Putri. Sementara Ardina mengaku selalu membicarakan apapun yang ingin dibeli dengan suaminya. “Jika ia tidak setuju saya akan menjelaskan kenapa barang itu perlu dibeli,” ujar Andina. Ia juga mempunyai akses untuk mengetahui jumlah normal rekening suami begitu pula sebaliknya.

Meski tidak mutlak Mike mengemukakan kepemilikan rekening bersama bisa jadi bukti keterbukaan. “Ada pengawasan kolektif terhadap kepemilikan bersama, komunikasi juga terbuka. Kalau soal praktis lebih praktis rekening sendiri-sendiri. Tapi masalah pengelolaan bukan cuma kepraktisan tapi kekompakan,” ujar Mike. 

Source: GoodHouseKeeping, Edisi November 2012, Halaman 96

Tuesday, October 1, 2013

Berapa Persen Gaji yang Harus Ditabung?


Setiap orang mempunyai jumlah tabungan dan investasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka. Literatur di luar negeri mengatakan minimum tabungan & investasi adalah 10% dari jumlah penghasilan. Sayangnya di Indonesia jumlah tersebut tidak cukup dikarena rata-rata inflasi 15 tahun terakhir yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, idealnya minimum disisiihkan (tabungan & investasi) adalah 15% dari penghasilan.

Sumber : http://finance.detik.com



Kalau menurut para pakar keuangan, bagian penghasilan yang harus disisihkan untuk ditabung setiap bulan adalah 30% atau minimal menyisihkan 10% dari penghasilannya untuk ditabung. Kalau masih merasa susah, coba turunkan sedikit standar gaya hidup Anda. Kalau Anda bisa menabung 30% per bulan, peluang Anda pensiun dengan tenang bisa dibilang sudah 100%. Paksakan diri Anda untuk menabung minimal 10% dari penghasilan Anda. Kalau Anda tidak terima gaji bulanan, misalnya terima komisi, sisihkan 10% dari komisi Anda setiap kali Anda dapt komisi untuk ditabung. Kalau masih merasa susah, kurangi pengeluaran yang dapat dikurangi, misalnya kalau Anda merokok, kurangi jumlah batang rokok yang Anda hisap, lebih baik lagi berhenti sekalian.

Sumber : http://ayomenabung.blogspot.com



Tidak ada satu angka ideal yang bisa dijadikan patokan. Ini karena prioritas dan motivasi setiap orang biasanya berbeda-beda ketika menabung. Contohnya saja, Anda ingin mengumpulkan dana Rp 10 juta dalam setahun mendatang. Dengan asumsi bahwa Anda akan melakukan investasi dengan mendapatkan suku bunga tertentu, ini berarti Anda mungkin harus menabung sebesar sekitar Rp 800 ribu per bulan. Lalu, setelah dihitung-hitung, ternyata angka Rp 800 ribu itu mungkin memakan porsi sekitar 40 persen gaji Anda yang besarnya, katakan Rp 2 juta per bulan. Sekarang terpulang kepada Anda apakah akan merasa terganggu bila harus mengeluarkan 40 persen dari gaji Anda itu untuk ditabung? “Terganggu” di sini artinya adalah Anda akan “menderita” karena, misalnya, gaya hidup Anda menurun drastis karena banyak pengeluaran yang harus dipotong. Bila Anda merasa tidak terganggu, silakan jalan terus. Artinya, angka 40 persen bisa jadi merupakan angka yang normal untuk Anda. Tapi kalau Anda merasa terganggu, maka lihat lagi apakah tujuan Anda ketika menabung tadi cukup penting. Bila tujuan Anda kelak (yaitu mendapatkan Rp 10 juta dalam setahun mendatang) memang penting sekali, maka porsi 40 persen tadi tentu saja bisa diterima. Tinggal mencari saja bagaimana cara memangkas pengeluaran-pengeluaran Anda agar angka 40 persen tadi tercapai.

Sumber : http://nostalgia.tabloidnova.com



Besarnya persentase tabungan Anda akan sangat tergantung dari besarnya cita-cita Anda dan jangka waktu untuk melakukannya. Anda harus mengatur sedemikian rupa pendapatan bulanan Anda dan memastikan masa depan Anda, pasangan dan anak Anda terlindungi. Berikut adalah penjelasan dari Godo Tjahjono, SE, M Si, RFC, praktisi bisnis dan keuangan. Perhitungan persentase yang harus ditabung atau saving ratio berkisar antara 10-50 persen namun harus memerhatikan 3 aspek :

1. Jumlah dana tabungan yang sudah dimiliki saat ini.
2. Berapa besarnya cicilan yang masih ada.
3. Tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam 5-25 tahun ke depan.

Berdasarkan tiga aspek tersebut, Anda bisa membagi tabungan untuk beberapa tujuan, yakni;

a. Anda harus memiliki dana darurat, minimal 3-6 kali pengeluaran keluarga per bulan dalam bentuk tabungan atau pun deposito. Bila belum ada, usahakan sekuat tenaga untuk memilikinya dengan menabung dalam persentase 30-50 persen hingga dana ini terbentuk

b. Bila Anda memiliki cicilan rumah dan kendaraan, usahakan besarnya jangan melebihi 30 persen dari pendapatan sehingga masih bisa berusaha untuk menyisihkan sekitar 10 persen untuk tabungan.

c. Bila Anda menabung untuk biaya sekolah anak atau dana pensiun, buatlah perkiraan berapa nilai uang yang akan Anda butuhkan nanti dan menabunglah secara rutin sesuai dengan estimasi.

Anda juga bisa mempertimbangkan untuk mengikuti asuransi karena premi asuransi bisa digolongkan sebagai tabungan terutama untuk produk-produk asuransi yang memiliki nilai tunai atau nilai investasi, seperti asuransi pendidikan dan pensiun.

Sumber : http://www.jawaban.com

Related Posts