Saturday, May 25, 2013

Investasi Jangan Serakah



Peristiwa investasi tipu-tipu kembali menyeruak. Kali ini modusnya melalui pembelian emas. Pemilik uang ditawari untuk membeli emas dengan harga sedikit lebih mahal ketimbang harga pasar. Namun, investor akan diberi imbalan bunga 5-10 persen per bulan, tergantung besarnya investasi. Imbalan akan semakin tinggi jika emas yang dibeli dititipkan kepada pengelola investasi. Menggiurkan bukan?

Namun belakangan, pembayaran mulai tidak lancar, dan tiba-tiba pengelola investasi sudah raib bersama sisa dana investor yang masih dipegangnya. Investasi tersebut kemudian menjadi bermasalah alias bodong. Selanjutnya baru mengemuka ke publik setelah investor merasa marah sebab investasinya tidak kembali lagi.

Bagaimana menghindari investasi-investasi bodong seperti itu?

Kunci pertama, jangan mudah tergiur dengan iming-iming besar dalam berinvestasi. Bukan saja tingkat return itu mesti dibandingkan dengan imbal hasil risiko yang tinggi tetapi sudah populer seperti saham, misalnya. Tetapi juga mesti dipahami bahwa dalam investasi, harapan untuk mendapatkan hasil tinggi berarti juga siap menerima risiko tinggi. Tidak pernah ada sejarahnya return tinggi dengan risiko rendah.

Selanjutnya, tingkat kemampuan menerima risiko tersebut juga mesti disesuaikan dengan karakter investor. Kalau investor adalah penghindar risiko, maka ketika memilih menempatkan uang dalam satu investasi yang berisiko tinggi, ia bisa disebut sebagai melawan ”khitah” dan sudah keliru sejak awal.

Yang jauh lebih penting, berinvestasi sangat terlarang jika dilakukan dengan niat serakah, dalam arti ingin untung besar dalam waktu singkat. Jika investasi sudah dimulai dengan perilaku serakah, disadari atau tidak, besar kemungkinan investasi akan gagal.

Kedua, investasi merupakan kegiatan di sektor keuangan yang mesti taat kaidah. Yang paling dasar bahwa penyelenggara investasi tersebut mengantongi izin melaksanakan kegiatan investasi sesuai aturan. Jika investasi dilakukan di pasar modal atau terkait dengan kegiatan pasar modal, penyelenggaranya mesti memiliki izin yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal. Demikian juga jika kegiatan berbau ”komoditas”, kegiatan investasi harus ada izin dari otoritas bursa berjangka.

Selain hal di atas, tentu masih banyak faktor lain. Namun, yang terpenting adalah hilangkan unsur serakah dan kemudian berinvestasi di perusahaan yang memiliki izin sebagai pengelola investasi alias legal. Jika kedua hal tersebut tidak bisa dipenuhi, ujung-ujungnya pasti adalah kegagalan.

Sumber : kompas.com

Jangan Investasi dengan Perhiasan Emas


Pada dasarnya semua orang perlu berinvestasi, termasuk perempuan bekerja dan ibu rumah tangga. Meskipun ibu rumah tangga bukan penghasil utama keuangan, namun bukan berarti Anda tidak bisa memiliki investasi. Dengan melakukan investasi, perempuan akan memiliki kesiapan yang lebih baik daripada yang tidak berinvestasi sama sekali.

Endy Junaedy Kurniawan, penulis dan pakar investasi emas menjelaskan, kebanyakan ibu rumah tangga memiliki minat yang tinggi dalam membeli perhiasan emas sebagai cara mereka untuk berinvestasi. Pertimbangannya, kalau misalnya punya tabungan Rp 500.000 dan didiamkan beberapa tahun, niscaya uang tersebut akan habis karena dipotong dari biaya administrasi. Beda halnya jika uang tersebut Anda belikan emas. Beberapa tahun kemudian ketika emas tersebut dijual, mereka akan mendapatkan uang tunai seharga lebih dari Rp 500.000. Sebab, harga emas saat dibeli jauh lebih murah daripada saat dijual.

Namun Endy menilai, bahwa emas berbentuk perhiasan tidak dapat dikatakan investasi, karena emas yang dibuat sebagai perhiasan tersebut membutuhkan jasa pembuatan yang biayanya dibebankan kepada si pembeli perhiasan tersebut.

Ketika perhiasan emas tersebut dijual kembali oleh pemiliknya, harga emas akan kembali terpotong, karena pemilik emas juga dikenakan biaya melebur emas oleh pemilik toko emas yang bersangkutan. Lagipula, model perhiasan bisa saja sudah tidak lagi menjadi tren saat Anda menjual perhiasan tersebut.

Hal ini dapat dijadikan alasan bagi pemilik toko emas untuk menurunkan nilai jual perhiasan emas. Oleh karena itu Endy menyarankan, jika memang berniat investasi, sebaiknya belilah perhiasan emas secukupnya, hanya untuk dipakai.

Sebaliknya, emas yang tepat untuk diinvestasikan adalah emas jenis logam mulia (LM) dengan bentuk batangan dan lempeng. Sementara, emas berbentuk koin atau yang dikenal dengan nama dinar juga menjadi pilihan yang tepat untuk diinvestasikan.

Semakin kecil bentuk LM maka nilainya semakin mahal. Contohnya, jika nilai 1 gram LM adalah Rp 550.000, dan Anda membeli LM dengan lempengan 10 gram, bisa saja nilainya menjadi Rp 540.000. Endy menyarankan, sebaiknya jika ingin berinvestasi dengan LM, belilah yang berukuran 5, 10, atau 25 gram, karena harganya cukup ekonomis dan mudah dijual kembali.

Sedangkan dinar memiliki bentuk berupa koin dengan berat 1 koin 4,25 gram. Baik LM maupun koin dinar yang beredar di Indonesia memiliki cap dan stempel PT Antam, Tbk, sebagai produsen kedua jenis emas tersebut.

Sumber : kompas.com

Perempuan Harus Menabung Lebih Banyak



Biaya hidup yang semakin meningkat, dan gaya hidup yang ikut naik, membuat perempuan sulit menabung. Setiap akhir bulan, rekening tabungan hanya menyisakan saldo sekian ribu rupiah saja. Seringkali tak bersisanya rekening tabungan bukan disebabkan oleh kurangnya penghasilan, melainkan kesalahan dalam mengelola keuangan. Akhirnya, mereka mengabaikan pentingnya menabung, apalagi masih ada suami yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga.

Padahal, kaum perempuan seharusnya menabung lebih banyak daripada pria! Bukan sekadar menabung untuk membiayai hidup, pendidikan, atau liburan keluarga, tetapi juga menabung untuk masa pensiun. Ingin tahu apa sebabnya kita harus punya tabungan lebih banyak?

Hidup lebih lama
Rata-rata perempuan hidup lebih lama daripada pria. Jadi kelak ketika pasangan hidup kita telah tiada, kita harus menjalani masa pensiun lebih lama. Artinya, kita harus membiayai hidup kita sendiri (dan anak-anak) lebih lama. Karena itu, meskipun suami Anda saat ini masih aktif bekerja dan sanggup menafkahi Anda sekeluarga, Anda pun sebaiknya memiliki tabungan sendiri. Sisihkan setidaknya 15 persen dari gaji Anda untuk dana pensiun.

Biaya hidup lebih besar
Pernah membandingkan biaya hidup Anda dan suami, atau rekan pria Anda? Siapa yang lebih boros, atau punya pengeluaran lebih besar? Biasanya perempuan lah yang gajinya lebih cepat habis, karena dibelanjakan untuk segala printilan yang kurang penting. Saat berbelanja di pasar, perempuan paling nafsu melakukan tawar-menawar. Di supermarket pun, perempuan rela membeli barang yang lebih murah beberapa ribu rupiah saja. Namun, kita rela membayar mahal untuk membiayai gaya hidup kita. Tak percaya? Coba, seberapa sering Anda memborong pakaian saat ada program sale, ngopi-ngopi, membeli tas atau sepatu bermerek yang sudah lama kita incar?

Gaji perempuan lebih rendah daripada laki-laki
Ini kenyataan yang masih kita alami di beberapa perusahaan. Lalu, bagaimana bisa menabung lebih banyak jika gaji kita secara rata-rata lebih rendah daripada pria? Jawabannya sederhana: buat penghasilan tambahan. Anda bisa mencapainya dengan mencari side job, atau membangun bisnis kecil-kecilan. Jika Anda merasa tak cukup punya waktu untuk pekerjaan tambahan, mau tak mau Anda memang harus bekerja lebih keras dan meminta kenaikan gaji yang setara dengan pria.

Berorientasi pada keluarga
Ketika sudah berkeluarga, perhatian perempuan juga terpecah pada anak-anak. Kita mungkin tidak lagi berbelanja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk suami dan terutama anak-anak. Perempuan lah yang peduli untuk membeli pakaian, memasak makanan yang sehat, membelikan paket buku-buku atau video pelajaran membaca (yang harganya tidak murah), atau mainan "pintar" untuk anak-anak. Dengan demikian, pengeluaran perempuan akan semakin besar. Dengan sendirinya, mereka pun perlu menabung lebih banyak agar dapat selalu memenuhi berbagai kebutuhan tersebut.

Sebagai role model bagi anak-anak
Dalam banyak penelitian, sering dikemukakan bahwa ibu adalah sosok yang menjadi panutan, karena anak-anak akan lebih sering menghabiskan waktunya dengan ibu ketimbang ayah. Ibu menjadi sosok yang berperan dalam pengelolaan keuangan dalam keluarga. Dari ibu pula, anak-anak belajar bagaimana mengatur keuangannya. Menurut Creditcards.com, sekitar satu dari empat dewasa muda mengatakan bahwa ibu mereka memberikan pengaruh finansial terbesar dalam hidup mereka ketika beranjak besar. Karena itu, berikan contoh yang baik pada anak-anak mengenai keuangan. Selalu berhemat, dan menabung adalah beberapa contoh paling sederhana.

Sumber : kompas.com

Tanda Pengeluaran Anda Melebihi Gaji



Banyak dari kita yang menerapkan cara hidup "besar pasak daripada tiang", atau lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan. Kalaupun kemudian bisa menabung, ternyata masih tidak stabil di bulan berikutnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tipe orang yang pengelolaan uangnya "besar pasak daripada tiang"?

Untuk mengetahuinya, ada sejumlah tanda yang bisa dijadikan acuan:

1. Keuangan Anda tidak bisa membuat Anda survive sampai enam bulan ke depan
Adalah menarik mengetahui sebesar apa tabungan kita sampai bisa dibilang stabil dari segi keuangan. Sejumlah pakar keuangan, di antaranya Sheryl Garrett, menyebutkan ada baiknya simpanan hari tua, uang darurat, atau apapun sebutannya, dapat membuat Anda bertahan sampai setidaknya selama enam bulan. Itu sudah hitungan biaya makan, transportasi, cicilan, dan sebagainya. Kenapa demikian?

Bayangkan sekiranya Anda diberhentikan atau berhenti dari pekerjaan sekarang, setidaknya Anda masih punya simpanan sampai Anda mendapatkan pekerjaan baru dengan standar gaji yang sama.

2. Hanya menyisihkan 10 persen dari gaji setiap bulannya
Idealnya seseorang dianjurkan untuk menyisihkan gaji yang diperoleh setiap bulannya sebesar 10 persen untuk hari tua mulai sejak usia 25. Beranjak dari laporan tahun 2011, Center for Retirement Research at Boston College menghitung bahwa jika seseorang menabung sejak usia 25 dan pensiun di usia 70 tahun, ia perlu menyisihkan pendapatan minimal 7 persen supaya mencapai keuangan yang stabil. Kalau mau pensiun lebih awal di usia 65, maka sisihkanlah 15 persen dari gaji Anda setiap bulan.

3. Cicilan rumah Anda lebih dari satu minggu hitungan gaji
Hal ini berkaitan dengan kemampuan Anda membeli rumah dengan harga sesuai dengan penghasilan Anda. Satu minggu hitungan gaji adalah gambaran kasar saja. "Artinya bahwa pembayaran cicilan Anda tidak boleh lebih dari seperempat dari pendapatan Anda," ujar Harold Evensky, perencana keuangan bersertifikasi, dan Presiden Evensky & Katz Wealth Management di Coral Gables, Fla. Dengan kata lain, usahakan cicilan rumah Anda kira-kira seperempat saja dari gaji Anda.

4. Tagihan kartu kredit sama seperti tahun-tahun yang lalu
Hanya dengan mengetahui bahwa tagihan kartu kredit selalu sama, sudah merupakan tanda bahwa Anda lebih banyak mengeluarkan daripada memasukkan uang. Apalagi jika pemakaian kartu kredit justru lebih besar setiap tahun atau setiap bulannya. Karena, utang kartu kredit biasanya tidak membiayai aset yang berkembang, melainkan hanya membiayai gaya hidup. Jika Anda bisa mengontrol diri dan setiap kali mampu mengurangi jumlah tagihan, akan baik untuk kondisi keuangan Anda.

5. Mudah terayu oleh barang atau cicilan tanpa bunga
Seringkali ada penawaran menarik yang datang menghampiri, di mana Anda bisa membeli barang impian Anda dengan cara mencicil namun Anda bisa membayar cicilannya tanpa bunga, dan sebagainya. Ada juga yang menawarkan pembayaran tanpa bunga dalam periode tertentu, misalnya sampai setahun yang akan datang. Lebih baik tidak ambil resiko, hanya dengan membayangkan apakah Anda mampu membayarnya belakangan. Karena jika sekarang saja Anda tidak mampu, bagaimana nanti?

6. Membayar tagihan kartu kredit dengan kartu kredit lainnya
Inilah ciri khas lain orang yang besar pasak daripada tiang. Anda selalu mencari kartu kredit baru untuk memindahkan tagihan dari kartu kredit yang lama. Menurut Erin Baehr, perencana keuangan di Stroudsburg, Pa, jika Anda menumpuk utang dalam kartu kredit yang menerapkan bunga tinggi, memindahkan tagihan kartu yang satu ke kartu lain yang bunganya lebih rendah memang akan menguntungkan. Tetapi kalau Anda mentransfer tagihan ke kartu lain yang bunganya tinggi untuk meningkatkan limit kartu kredit, itu bukanlah keputusan yang bijak.

7. Sebelum membeli sesuatu Anda sering berpikir, “Saya tahu, tidak seharusnya saya membelinya, tapi....”
“Saya sudah bekerja keras, jadi saya berhak atas TV layar datar ini,” atau, “Pekerjaan saya berat, jadi saya butuh liburan untuk kesehatan mental saya,” begitu kata Anda. Kedengarannya familiar, bukan? Seringkali kita mencari alasan atau pembenaran untuk memperoleh sesuatu yang nilainya jauh di atas kemampuan kita membelinya. Boleh percaya boleh tidak, menurut Baehr, kata-kata seperti ini justru sering datang dari orang yang kesulitan keuangan. Kalau Anda stabil secara finansial, biasanya Anda tidak akan mengungkapkan demikian.

Sumber : kompas.com

Biaya Hidup Lajang Lebih Mahal?


Meskipun kenaikan biaya hidup serta persiapan menikah semakin tinggi, tetap menjomblo ternyata lebih menghabiskan banyak uang, demikian menurut sebuah laporan dari majalah The Atlantic Monthly. Sadar tidak, jika Anda masih jomblo sekarang ini, pasti merasakan biaya hidup yang semakin tinggi tiap tahunnya.

Artikel tersebut juga mengatakan bagaimana perempuan lajang di Amerika bisa menghabiskan hampir 1 juta dollar lebih seumur hidup untuk memenuhi kehidupan mereka sendiri. Dalam artikel berjudul "The High Price of Being Single in America" tersebut, penulis Lisa Arnold dan Christina Campbell berargumentasi, selain tidak dapat mengandalkan pemasukan dari pasangan, perempuan lajang juga harus mengeluarkan dana ekstra untuk keperluan seperti kesehatan dan sewa rumah.

Ada berbagai contoh mengenai biaya hidup yang harus ditanggung sendiri ketika kita melajang, namun bisa dibagi dengan pasangan bila kita menikah. Ketika Anda indekos, mungkin biayanya tidak terlalu tinggi. Namun semakin bertambah usia Anda, Anda menginginkan lebih banyak privasi sehingga pilihannya adalah mengontrak, bahkan membeli rumah. Cicilannya tentu akan terasa lebih tinggi bila Anda harus menanggungnya sendiri.

Dari sisi kesehatan, Anda juga harus menanggung semua biaya penggantian obat atau perawatan kesehatan lainnya sendiri. Kalau pun kantor Anda memberikan penggantian uang atau menanggung sejumlah biaya kesehatan, kadang-kadang plafonnya tidak sebanding dengan biaya yang telah Anda keluarkan. Bila Anda menikah, ada kemungkinan kantor suami menggunakan asuransi dengan plafon atau jatah yang lebih bervariasi. Dengan demikian, Anda bisa saling melengkapi.

Di negara lain, menjadi lajang juga membutuhkan biaya mahal. Dengan menggunakan patokan rata-rata dari Bureau of Labor Statistics Amerka, Huffington Post mengkalkulasi bahwa menjadi lajang di usia 20-an akan menghabiskan biaya sekitar 9.964 dollar Amerika hanya untuk biaya perumahan, sedangkan mereka yang sudah berpasangan "hanya" mengeluarkan biaya sebesar 8.844 dollar.

Yang membutuhkan biaya besar bukan hanya biaya hidup, yang sudah bisa diprediksi oleh para lajang, tetapi juga biaya gaya hidup. Para lajang harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar biaya liburan, makan, dan bahkan membeli pakaian agar terlihat lebih menarik.

"Ketika saya masih lajang, saya menghabiskan banyak uang untuk keperluan pribadi agar menjadi lebih menarik. Sekarang, kami (dia bersama pasangan) lebih berhati-hati dalam pengeluaran uang, dan memanfaatkannya untuk kegunaan yang lebih baik," ujar Farnaz Shahri, perempuan muda yang baru menikah.

Bagi para pria lajang, biaya besar yang dikeluarkan antara lain untuk membayari teman kencan atau kekasihnya saat berkencan. Bahkan mungkin biaya bensin ekstra karena harus mengantar ke sana-kemari. Jika sudah menikah, pasangan muda biasanya akan membagi semua pengeluaran tersebut sama rata.

Memang ada perbedaan antara pengeluaran antara mereka yang lajang dan yang sudah menikah, tetapi semua itu sebenarnya tergantung kepada cara Anda mengelola keuangan dengan baik. Banyak juga kok, para lajang yang lebih cermat mengelola keuangannya. Jangan lupa, ketika Anda menikah dan punya anak, nah... di situlah pengeluaran Anda mulai menanjak gila-gilaan.

"Rasanya pengeluaranku bukan cuma lebih tinggi, tapi juga butuh lebih banyak menabung untuk mengamankan masa depan anak. Aku jadi tak punya kontrol mengenai biaya-biaya, dan butuh sokongan lebih besar untuk melindungi keluargaku," tutur Wendy McKibben Spies, desainer Amerika yang berbasis di Natchitoches, Louisiana.

Bagaimana pengeluaran Anda ketika menikah juga akan dipengaruhi oleh tipe kepribadian Anda dalam hal uang. Kalau Anda menikah dengan pria yang hemat, Anda pun akan lebih cermat dalam mengeluarkan uang. Sedangkan jika Anda menikah dengan pria yang boros atau gemar "membeli" gaya hidup, keuangan Anda pun akan sangat terpengaruh.

Apakah Anda lajang atau menikah, sebenarnya yang penting adalah menentukan tujuan finansial Anda. Kemudian, Anda perlu merancang suatu perencanaan keuangan yang akan membantu Anda mencapainya. Dengan demikian, meskipun Anda tidak menikah (atau sebaliknya), keuangan Anda menjadi lebih aman.

Sumber : kompas.com

Agar Obrolan Soal Uang Tak Jadi Sensitif



Urusan uang memang selalu sensitif. Jadi meski Anda dan dia sudah menjadi suami istri dalam jangka waktu yang cukup lama, tetapi saat membahas keuangan Anda harus lebih berhati-hati untuk melakukannya. Jonathan Clements, direktur pendidikan finansial di Citi Personal Wealth Management, menjabarkan beberapa tips untuk menghindari kesalahpahaman dalam hubungan rumah tangga Anda karena masalah uang.

1. Jika ingin membicarakan mengenai keuangan rumah tangga, lakukan pada sore di hari libur Anda. Karena pada momen seperti ini, biasanya pasangan sedang berada pada perasaan yang baik, dan saat itu bebas dari segala macam aktivitas pekerjaan.

2. Katakan sesuatu seperti, "Sayang, sebelum kita memutuskan untuk punya anak (ini untuk pasangan yang baru menikah), alangkah baiknya jika kita membicarakan mengenai pengeluaran dan pemasukan keuangan kita berdua, bagaimana?" Jadi, katakan dengan nada yang santai serta mesra, sehingga perbincangan Anda berdua tidak akan diliputi ketegangan.

3. Utarakan lebih dulu. Misalnya Anda ingin membahas mengenai gaji, tabungan, atau bahkan mengenai utang kartu kredit Anda. Hal ini merupakan persoalan penting yang harus diketahui kedua belah pihak, untuk menentukan budget mengenai sewa rumah, tagihan-tagihan, dan biaya sehari-hari. Sampaikan, misalnya, "Aku harus menyisihkan Rp 1 juta per bulan untuk sewa rumah. Rasanya aku tidak bisa membayar lebih dari itu karena masih punya pinjaman Rp 500.000 di koperasi. Bagaimana denganmu?"

4. Saat keterusterangan antara Anda berdua sudah dilakukan, dan ternyata pasangan memiliki utang kartu kredit, jangan langsung panik. Tanyakan padanya, untuk apa utang kartu kredit itu, dan bagaimana ia membayarnya kembali. Kalau ia sudah punya rencana, tentu tak masalah. Tetapi kalau ia cenderung mengabaikan tagihan-tagihannya, Anda perlu berhati-hati (khususnya jika Anda masih dalam tahap pacaran). Jangan sampai utang-utangnya berpindah menjadi beban Anda ketika Anda menikah nanti.

Sumber : kompas.com

Penyebab Sulit Menabung



Sulit Menabung? Mungkin Ini Sebabnya

Menabung pangkal kaya, ungkapan ini mungkin sudah sering kali kita dengar. Tapi mengapa kita kerap kesulitan untuk melakukannya? Sebelum penyesalan datang, ada baiknya segera diperbaiki.

1. “Gimana mau nabung, gajinya saja pas-pasan”
Uang enggak pernah cukup menjadi alasan klasik yang dipakai banyak orang untuk tidak menabung. Benar enggak sih tiap bulan kita selalu kehabisan uang? Apa iya gaji kita kekecilan? Menurut pakar keuangan, seberapa banyak pun uang yang kita miliki tetap saja kita akan lebih senang untuk menghabiskannya daripada ditabung.
Do: Berkomitmenlah untuk menghilangkan sebanyak mungkin kebocoran-kebocoran yang Anda bisa. Anda akan terkejut melihat betapa banyaknya uang tambahan yang Anda miliki dalam anggaran.

2. “Uangnya sudah habis buat bayar tagihan”
Aturan pertama dalam menyelamatkan uang Anda adalah "membayar" diri Anda terlebih dulu sebelum melakukan hal-hal lain. Sayangnya, aturan ini seringkali dilanggar. Begitu menerima gaji, kita akan sibuk di depan ATM untuk membayar ini-itu, sehingga gaji pun lenyap tanpa bekas. Ketika mau menabung, kita baru sadar bahwa tidak ada yang tersisa.
Do: Cara terbaik adalah membuat proses penyisihan uang secara otomatis. Pergilah ke bank dan buat instruksi debit otomatis dari rekening penerima gaji ke rekening tabungan atau investasi yang dimaksud. Untuk pemula, jumlahnya cukup 5 persen dari penghasilan rutin, kemudian setiap 6 bulan lakukan peningkatan presentase hingga mencapai target 30 persen.  Bila ada penghasilan tambahan, gunakan uang tersebut untuk melunasi seluruh utang yang dimiliki.

3. “Ke bank? Mana sempat?”
Baru membayangkan mesti antre di bank untuk menabung yang hanya beberapa ratus ribu saja sudah bikin malas, apalagi kalau beneran itu yang terjadi. Anda merasa usaha yang dikeluarkan lebih besar daripada jumlah uang yang akan ditabung. Daripada waktu habis untuk antre di bank, Anda lebih suka memanfaatkannya untuk hal lain.
Do: Anda tidak harus pergi ke bank setiap akan menabung. Cukup manfaatkan fasilitas yang disediakan bank, misalnya auto debet, setoran tunai yang ada di mal-mal, internet banking, dan sebagainya.

4. “Enggak ada uang nganggur”
Niat menabung sih ada, tapi apa daya, gaji tiap bulan selalu untuk membayar kebutuhan hidup sehari-hari. Mulai dari transportasi, makan, telepon, listrik, belum lagi belanja bulanan. Yang menjengkelkan, setiap tahun harga barang-barang selalu naik, sehingga semakin kecil lah kemungkinan ada uang sisa.
Do: Kita memang tidak bisa mengendalikan harga barang. Namun, kita bisa mengendalikan pengeluaran dan pemakaian.  Mulailah dengan mengganti produk elektronik dengan yang hemat energi. Lalu, bijaklah dalam berbelanja. Manfaatkan juga potongan-potongan harga yang biasa ditawarkan oleh supermarket dan pusat perbelanjaan lainnya. Selain itu, jangan malu untuk mengambil penawaran-penawaran menarik yang bisa menghemat kantong, seperti dari provider telepon, tv kabel, dan sebagainya.

5. "Menyia-nyiakan waktu senggang"
Setiap orang tentu butuh waktu untuk rileks dan me-recharge energi di rumah, tapi apakah kita memang perlu menghabiskan waktu 5 jam di depan televisi atau menonton video berjam-jam setiap hari? Padahal Anda bisa memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang bisa menghasilkan uang.
Do: Cobalah mengubah mindset Anda dari konsumen menjadi kreator atau produsen. Ya, Anda bisa memanfaatkan waktu senggang dengan melakukan kegiatan yang Anda senangi dan menghasilkan uang.  Misalnya saja, bila senang fashion dan tidak bisa lepas dari internet, Anda bisa membuat butik online, blog, dan sebagainya.

Sumber : kompas.com

Penyebab Gangguan Keuangan



Semakin hari tingkat kebutuhan gaya hidup semakin tinggi, dan masyarakat menjadi lebih konsumtif. Akibatnya, dana yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut jadi makin tinggi. Jika tak bisa memisahkan kebutuhan dengan keinginan, tak heran jika pengeluaran Anda jadi lebih besar daripada pendapatan.

"Masyarakat sekarang ini sulit memisahkan mana kebutuhan dan keinginan. Contohnya, ketika uangnya pas-pasan banyak pria yang lebih pilih beli rokok daripada beli makanan. Mending nggak makan daripada nggak ngerokok," ungkap Hilda Fachriza, Kepala UKM Center dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, saat Diskusi Media "Ciptakan Kesempatan, Berdayakan Masyarakat, dan Perkecil Kesenjangan" di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sedangkan perempuan, biasanya kesulitan menahan keinginan untuk berbelanja saat melihat berbagai produk fashion atau make-up terkini, apalagi jika sedang diskon besar-besaran. Padahal jika dicermati, semua ini hanya bertujuan untuk mengikuti gaya hidupnya.

Selain masalah konsumerisme yang cukup tinggi, Hilda juga mengungkapkan ada beberapa masalah keuangan yang dialami masyarakat terutama di kota besar, yaitu:

1. Tidak punya perencanaan
Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap orang seharusnya membutuhkan perencanaan keuangan yang baik. Sayangnya kebanyakan orang justru tidak melakukannya. Mereka cenderung berpikir pendek untuk mendapatkan kesenangan sesaat, dan menyesal di kemudian hari karena gaji mereka sudah habis untuk membeli barang-barang yang ternyata tidak diperlukan.

2. Sulit menabung
"Sebenarnya semua orang sudah sadar bahwa mereka harus menyisihkan uang untuk ditabung. Sayangnya, ini masih sangat sulit dilakukan," tambahnya.

Hal ini terjadi karena saat mereka punya uang lebih, pasti langsung tergoda untuk membelanjakannya. Hilda menambahkan, masalah kesulitan menabung ini tidak cuma dialami oleh masyarakat kota besar saja, tapi juga kota kecil, terutama penduduk yang bermata pencaharian sebagai pemilik usaha kecil.

"Para pemilik UKM ini biasanya mengeluhkan pendapatannya yang juga kecil sehingga tidak punya uang untuk ditabung. Mereka masih punya pikiran bahwa menabung itu harus dalam jumlah yang besar sedangkan sisa uang mereka sedikit," katanya (Baca: Sulit Menabung? Mungkin Ini Sebabnya).

3. Pendidikan keuangan
Konsumerisme dan perencanaan keuangan yang buruk merupakan salah satu dari kurangnya pendidikan keuangan di masyarakat. Padahal seharusnya pendidikan keuangan ini sudah diajarkan sejak dini. Tujuannya bukan untuk membuat Anda menjadi kaya raya, namun lebih kepada bagaimana cara mengelola keuangan untuk hidup sejahtera dan berkecukupan.

4. Tidak punya visi untuk masa depan
Setiap orang pasti memiliki banyak rencana untuk masa depannya, entah menikah, jalan-jalan keluar negeri, membangun usaha, membeli rumah, atau mungkin berinvestasi. Untuk melakukan semuanya ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka, ada baiknya untuk mulai menabung dan membuat impian Anda jadi nyata.

"Ketika mereka tidak punya mimpi dan visi di masa depan mau berbuat apa, sudah pasti mereka tidak juga memikirkan keuangan untuk kebutuhan masa depannya," tutupnya.

Sumber : kompas.com

Jangan Belanja Bareng Teman



Belanja bersama teman-teman mungkin menjadi salah satu aktivitas paling menyenangkan bagi Anda. Tapi, tanpa disadari, hal yang menyenangkan ini bisa jadi membawa kondisi buruk bagi keuangan Anda. Mengapa?

Para ahli menemukan dua per tiga atau sekitar 62 persen dari kaum wanita akan menghabiskan banyak uang ketika berbelanja dengan teman wanita mereka, dibandingkan saat mereka berbelanja sendirian. Para gadis remaja cenderung mengeluarkan uang sebanyak Rp 520 ribu setiap kali pergi keluar dengan teman-teman mereka daripada ketika mereka pergi sendiri.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa selama satu tahun, kaum wanita dewasa akan menghabiskan kurang lebih Rp 13 juta saat melakukan perjalanan wisata berbelanja dibandingkan saat pergi bersenang-senang sendirian tanpa seorang teman.

Di luar temuan itu, wanita lainnya merasa lebih percaya diri dengan pakaian yang mereka beli karena telah mendapatkan pendapat teman-teman mereka saat mencoba sebelum memutuskan untuk membeli pakaian tersebut.

Dan dengan persentase yang sama, banyak wanita akan merasa bahagia setelah berbelanja bersama teman-teman, daripada berbelanja sendirian.

Seorang juru bicara dari Liverpool ONE, yang melakukan studi ini terhadap 2.000 perempuan, mengatakan, "Berbelanja bersama teman-teman, walaupun terkadang dapat mengeluarkan biaya lebih mahal, namun jauh lebih menyenangkan daripada berbelanja sendiri.”

“Berpergian dengan teman-teman wanita baik untuk dimiliki karena mereka dengan senang hati akan membantu Anda memilih sesuatu untuk dipakai, mereka juga senang untuk mendandani Anda dan memberikan pendapat jujur di ruang ganti mengenai pakaian yang hendak Anda beli,” sambungnya.

Ia juga menambahkan, saat berbelanja sendiri memang cukup mudah untuk memutuskan apa yang layak Anda beli dan meyakinkan apakah benda tersebut akan terpakai atau tidak. Namun, berbelanja dengan teman-teman tidak hanya mengenai aktivitas berbelanja, tapi juga diiringi dengan makan siang bareng, minum kopi, dan bergosip.

Penelitian menunjukkan, lebih dari setengah wanita yang disurvei kecewa jika mereka kembali dengan tangan kosong selepas aktivitas shopping mereka. Memang, tiga perempat kaum hawa mengatakan bahwa ketika berbelanja bersama teman-teman, mereka secara aktif mendorong satu sama lain untuk membeli pakaian, sepatu, aksesoris dan perlengkapan mandi supaya mereka semua memiliki “sesuatu” untuk dibawa pulang.

Sementara itu, dua per tiga dari wanita mengakui bahwa mereka dapat dengan mudah melakukan pembelian meski tidak membutuhkan barang tersebut. Akan tetapi, hal itu tidak akan terjadi pada saat berbelanja sendirian. Tidak mengherankan, sebanyak 73 persen wanita mengatakan mereka selalu berbelanja lebih lama jika dengan pasangan mereka, yang dapat memakan waktu dua setengah jam lebih lama dari biasanya.

Empat dari 10 gadis remaja mengatakan bahwa teman-teman mereka pintar dalam berbelanja karena mereka memilih item untuk dicoba, yang mana tidak perlu pertimbangan dalam melakukannya. Sementara, seperempat wanita lebih terbuka untuk mencoba gaya yang berbeda ketika pergi berbelanja bersama teman.

Sebanyak lima perempuan menyukai pendapat yang diberikan oleh teman-teman mereka saat sedang berbelanja bersama, sementara 22 persen menghargai kenyataannya, rela menghabiskan uang lebih banyak jika berbelanja bersama teman. Dan seperempat dari perempuan menyukai fakta mengenai teman-teman mereka yang memiliki kesabaran saat berbelanja, daripada gelisah ingin cepat pergi dari toko pakaian.

Dan 43 persen mengatakan, sepanjang hari dapat menjadi begitu menyenangkan. "Survei ini membuktikan, meskipun faktanya perempuan menghabiskan lebih banyak uang saat berbelanja dengan teman-teman mereka, setidaknya mereka memiliki waktu yang berkualitas bersama teman-teman saat sedang berbelanja,” ujar juru bicara tersebut.

"Anda tidak bisa memberikan nilai pada persahabatan dan waktu berkualitas yang dihasilkan, sehingga menghabiskan sedikit uang saat bersama mereka bukanlah merupakan hal yang buruk,” tambahnya.

Penelitian ini juga mensurvei para perempuan untuk mengetahui, apakah ada kerugian saat berbelanja dengan teman-teman, selain mengeluarkan uang yang lebih?

Ditemukan, satu dari 10 gadis remaja telah membeli item seperti yang dianjurkan oleh teman mereka, ketika kembali ke rumah ternyata pakaian itu kurang disukai oleh dirinya. Kemudian, hanya lebih dari sepertiga kadang-kadang mereka merasa bosan saat harus berputar-putar elanja dari satu toko ke toko lain, hanya karena mereka belum menemukan item yang disukai. Dan, 28 persen tidak suka kalau teman-teman mereka memakan waktu terlalu lama untuk memutuskan apa yang harus dibeli.

Sumber : kompas.com

Atasi Problem Kartu Kredit Anda



Tidak ada salahnya untuk berhati-hati, terutama ketika berurusan pada kondisi keuangan Anda. Kita bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan setiap bulannya dan tentunya Anda ingin memastikan bahwa pengeluaran dan pemasukan dapat berjalan dengan baik, bukan?

Nah, terlebih lagi, pada zaman sekarang, penggunaan kartu kredit sudah seperti uang berjalan yang dapat digesek kapan saja ketika Anda ingin berbelanja. Kehati-hatian pada bagian ini termasuk pada penggunaan nilai kartu kredit Anda. Ingin mengatasi masalah tersebut? Ada tiga cara yang dapat Anda lakukan guna menahan dan mengontrol penggunaan kartu kredit agar tidak berlebihan.

Menutup kartu kredit
Anda mungkin berpikir itu merupakan langkah terbaik agar tidak lagi bergantung pada kartu kredit sebagai alat transaksi. Akan tetapi, dengan menutup salah satu kartu kredit Anda, justru sebaliknya, itu dapat meningkatkan pemanfaatan kartu kredit lainnya. Jadi, cara baiknya adalah dengan mengurangi limit pada kartu kredit Anda.

Tidak menggunakan kartu kredit
Sekali lagi, Anda mungkin berpikir telah melakukan hal yang benar dengan tidak menggunakan kartu kredit sama sekali. Justru, jika Anda tidak menggunakannya, tagihan berbentuk iuran kartu masih tetap harus Anda bayarkan. Karena itu, Anda harus mengetahui prioritas atas penggunaan kartu kredit yang benar, yaitu gunakan kartu kredit di saat benar-benar dibutuhkan, jangan gunakan hanya untuk membeli belanjaan yang kecil, kemudian lunasi tagihannya dengan lunas, jangan membayar tagihan minimalnya saja.

Rencana membeli "gadget" baru
Biasanya, penjualan gadget selalu memiliki promo dengan penggunaan kartu kredit. Namun, sebelum memutuskan dan tergiur untuk membeli berdasarkan promo tersebut, alangkah baiknya jika Anda benar-benar melihat persentase cicilan yang diberikan oleh promo kartu kredit itu. Karena itu, meski promo yang ditampilkan nol persen, tagihan yang akan Anda terima bisa tidak sesuai dengan yang ditawarkan. Karena itu, teliti terlebih dahulu dan ketahui dengan jelas sebelum Anda memutuskan untuk membeli gadget terbaru.

Hindari membuat kesalahan-kesalahan ini untuk menjaga stabilitas tagihan kartu kredit Anda.

Sumber : kompas.com

Related Posts