Thursday, September 19, 2019

Latte Effect

GAYA hidup merupakan sebuah kebutuhan sekunder manusia. Dapat berubah kapan saja sesuai tren. Kotler, ahli manajemen pemasaran mengungkapkan bahwa gaya hidup atau lifestyle menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam beraksi dan berinteraksi.

Hal inilah yang kemudian benar-benar dimanfaatkan pasar. Mereka seakan tahu mengenai kebiasaan yang tengah menjadi tren saat ini. Ya, melepas penat dengan diselingi obrolan ringan seusai jam bekerja selesai di sebuah coffee cafe menjadi pilihan yang sedang diminati saat ini. Kebiasaan untuk duduk dan menikmati waktu luang di cafe kopi dengan ditemani secangkir kopi terus berkembang dengan diiringi pula bertambahnya jumlah kafe kopi di manapun, termasuk di Yogyakarta.

Di Amerika, kebiasaan ini disebut dengan latte effect. Sebuah istilah tentang keborosan kelompok kelas menengah Amerika yang menghabiskan uangnya rata-rata sebesar US$ 3 setiap hari hanya untuk membeli secangkir kopi daripada menyisakan uang tersebut untuk ditabung (Indonesian Finance Today, 2016). Latte effect berbeda dengan kebutuhan konsumsi anda sehari-hari (makan pagi, siang, atau malam). Bagaimana dengan di Indonesia?

https://krjogja.com/web/news/read/23521/Latte_Effect


Dunia keuangan dan gaya hidup memunculkan istilah baru akhir-akhir ini, istilah yang muncul karena gaya hidup yang berimbas kepada keuangan si pelaku.

Latte effect adalah sebuah kondisi dimana seseorang melakukan pengeluaran (biasanya untuk ngopi) atau pengeluaran untuk cemilan yang dilakukan hampir setiap hari.

Latte effect populer belakangan, karena ada yang terjerat beban hutang atau tidak mampu menabung bukan karena tidak bisa, namun kartu kredit penuh dengan billing tagihan ngopi dan terakumulasi dalam jumlah yang cukup fantastic akhirnya.

https://datapolis.id/the-latte-effect/


Di Amerika Serikat, kebiasaan meminum kopi di kedai-kedai seperti Starbucks melahirkan sebuah istilah ekonomi “The Latte Effect” atau kadang-kadang disebut “Starbucks Effect”. Sebuah istilah tentang keborosan kelompok kelas menengah Amerika yang menghabiskan uangnya rata-rata sebesar US$ 3 setiap hari hanya untuk membeli secangkir kopi ketimbang menabung. Itu belum termasuk uang yang dikeluarkan untuk membeli makanan kecil teman meminum kopi.

Kebiasaan tersebut membuat khawatir sejumlah perencana keuangan di Amerika bahwa jika uang US$ 3 tersebut dapat diinvestasikan maka bisa memberikan jaminan masa pensiun. Dalam kalkulasi sederhana, tanpa membeli kopi selama sebulan bisa hemat US$ 90 dan setahun US$ 1.080. Bayangkan berapa angka yang bisa diungkit (leverage) dari dana sebesar itu, dengan imbal hasil 8% selama 10 tahun?

https://kauadalahkata.wordpress.com/2011/05/19/the-latte-effect-2/


Latte factor tak hanya berwujud kopi, ia bisa macam-macam, mulai dari biaya membeli air mineral kemasan, belanja cemilan, hingga biaya transfer antar bank. Setiap orang memiliki latte factor-nya masing-masing.

Survei internal yang dilakukan Bank Permata menunjukkan 9 dari 10 orang menggelontorkan lebih dari Rp900 ribu untuk latte factor setiap bulannya. Pengeluaran latte factor terbesar adalah pada kebutuhan sandang yang sekunder, seperti lipstik, sepatu dan baju—hanya untuk menambah koleksi, tas, syal, aksesori, dan lainnya. Angkanya mencapai 58 persen.

Pengeluaran terbesar kedua tercatat pada taksi atau transportasi online yang mencapai 15 persen. Ini adalah jenis pengeluaran yang bisa dihemat jika menggunakan kendaraan umum massa seperti kereta atau bus.

Lalu ada biaya membeli makanan dan minuman ringan yang mencapai 11 persen. Sementara untuk kopi setiap pagi menghabiskan 9 persen dari total pengeluaran latte factor masing-masing responden. Ada pula biaya untuk membeli air mineral, rokok, hingga biaya administrasi bank.

https://tirto.id/latte-factor-pengeluaran-kecil-yang-membuat-bokek-cilW


The Latte Factor: Why You Don't Have to Be Rich to Live Rich
You are richer than you think!
Learn my three secrets to financial freedom.
The Latte Factor, a fast, easy read reveals how anyone—from millennials to baby boomers—can still make their dreams come true.

https://www.thelattefactor.com/

Related Posts