Thursday, January 16, 2014

Perencanaan Kondisi Keuangan Masa Depan


oleh Harris Turino




Sudah menjadi satu fenomena yang umum bahwa banyak di antara rekan-rekan kita, ataupun orang-orang di sekitar kita yang sering mengeluh bahwa kondisi keuangannya morat-marit.

Jumlah utangnya menggunung dan melebihi pendapatannya, bahkan melebihi jumlah asset yang dimilikinya. Dalam kondisi seperti ini yang biasanya menjadi kambing hitam adalah kecilnya jumlah pendapatan yang dimilikinya.

Padahal akar permasalahan yang sebenarnya bukan berada pada sisi pendapatan saja, tetapi kegagalan mengelola keuangan. Banyak di antara kita yang tidak memiliki perencanaan keuangan, bahkan tidak pernah berpikir untuk merencanakan kondisi keuangan, apalagi di masa mendatang.

Perencanaan keuangan sebenarnya merupakan aktivitas mutlak yang harus dilakukan oleh setiap orang dan inilah yang akan membedakan antara kelompok orang-orang yang selalu terjebak oleh kesulitan likuiditas dan kelompok orang-orang yang bisa menikmati hidupnya. Tulisan ini akan mencoba untuk membahas secara sederhana, bagaimana seseorang harus mulai merencanakan keuangannya.



Mendiagnosa kondisi keuangan

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam penyusunan rencana keuangan adalah mendiagnosa kondisi keuangan pribadi kita saat ini. Yang perlu diperhatikan dalam mendiagnosa kondisi keuangan adalah besarnya total pendapatan, total pengeluaran, besarnya aset dan kewajiban hutang yang kita miliki.

Secara umum jelas bahwa jumlah total pendapatan tidak boleh melebihi total pengeluaran. Bagi orang yang memiliki pendapatan tetap tiap bulan maka dengan mudah bisa diperkirakan besarnya total pendapatan dalam satu tahun, termasuk pendapatan non rutin seperti tunjangan hari raya dan bonus. Maka pengeluarannya harus diatur tidak melebihi total pendapatan rutin yang dimilikinya.

Pendapatan non rutin tidak boleh dialokasikan untuk menanggung total pengeluaran, tetapi harus dialokasikan untuk tujuan investasi atau memperkuat dana darurat. Sedangkan bagi orang yang memiliki jenis pendapatan variabel (tidak tetap) maka total pengeluarannya tidak boleh melebihi 80% rata-rata pendapatannya.
Pos berikutnya yang perlu dicermati adalah asset. Kita sering sekali keliru mendefinisikan tentang aset dalam kaitannya dengan perencanaan keuangan.

Aset sebenarnya adalah segala sesuatu yang memberikan hasil atau mendukung aktivitas produktif kita. Contoh yang sederhana adalah rumah yang kita tinggali dan kendaraan yang kita pakai bisa digolongkan ke dalam aset karena mendukung aktivitas produktif kita, sedangkan villa, stereo set, gitar akustik, tongkat golf dan kendaraan kedua yang jarang kita pakai, jelas bukan merupakan kategori aset. Tabungan dan investasi adalah salah satu ujud nyata aset yang memberikan imbal hasil.

Utang adalah hal yang jamak dilakukan dan sebenarnya bukan hal yang perlu ditakuti. Utang pada hakikatnya adalah menambah daya beli kita dengan menarik pendapatan kita di masa mendatang ke masa kini.

Yang perlu dicermati dalam hal utang adalah jenis utang dan besarnya kewajiban cicilan yang harus kita tanggung. Kredit rumah dan kendaraan produktif jelas merupakan jenis utang yang wajar dan bisa ditoleransi, tetapi utang kartu kredit adalah jenis hutang yang mutlak harus dihindari. Tingkat bunga utang kartu kredit rata-rata mencapai 35 – 48 persen per tahun dan ini jelas membebani likuditas keuangan kita.

Mengingat besarnya tingkat bunga kartu kredit, maka penggunaan kartu kredit harus diwaspadai sebatas demi kepraktisan dan kenyamanan saja dan bukan untuk meningkatkan daya beli kita dengan cara berutang.

Dalam hal mengelola utang, besarnya total kewajiban pembayaran cicilan utang kita tidak boleh melebihi 30 persen dari total pendapatan kita. Bila kita sudah terjebak pada kondisi kewajiban membayar hutang yang melebihi ambang batas tersebut, maka retrukturisasi utang mutlak harus dilakukan dengan memprioritaskan pada utang-utang yang memiliki bunga tinggi, seperti utang kartu kredit, kredit tanpa agunan dan sejenisnya.


Memiliki Dana Darurat

Langkah kedua dalam penyusunan rencana keuangan adalah memeriksa ketersediaan dana darurat yang kita miliki. Dana darurat adalah dana yang sewaktu-waktu harus tersedia bila muncul pengeluaran yang tidak terduga.

Banyak orang tidak memikirkan ketersediaan dana darurat dalam perencanaan keuangan mereka, sehingga ketika muncul pengeluaran tidak terduga maka yang sering dilakukan adalah menambah kemampuan daya beli dengan menciptakan hutang, dan biasanya jenis utangnya adalah utang dengan tingkat bunga tinggi seperti hutang kartu kredit dan kredit/pinjaman tanpa agunan.

Padahal jelas bahwa utang sebenarnya sama sekali tidak boleh dijadikan andalan untuk menutup pengeluaran tidak terduga ini. Di sinilah pentingnya ketersediaan dana darurat, sehingga kita tidak terjebak lilitan utang berbunga tinggi.

Besarnya dana darurat yang harus dimiliki dalam perencanaan keuangan bervariasi, mulai dari 5 sampai 20 kali total pengeluaran bulanan kita, tergantung dari beban yang kita tanggung. Bila kita masih single maka cukup memiliki dana darurat 5 bulan total pengeluaran, sedangkan semakin banyak anggota keluarga kita, maka semakin besar dana darurat yang harus kita siapkan.

Patokan yang sederhana adalah tiap anggota keluarga yang menjadi tanggunan kita harus memiliki dana darurat 5 bulan total pengeluaran. Sehingga bila kita sudah menikah dan memiliki 2 anak, maka total besarnya dana darurat yang kita miliki adalah 20 kali total pengeluaran bulanan kita. Dana darurat ini bukan termasuk kategori investasi, tetapi tetap dana darurat ini harus diinvestasikan agar berkembang.

Pilihan jenis investasi untuk dana darurat adalah investasi yang sifatnya likuid dan memiliki tingkat risiko investasi yang relatif kecil. Investasi pada dana darurat bukan untuk tujuan pertumbuhan tetapi lebih pada ketersediaan sewaktu-waktu dan tidak lekang oleh inflasi. Harus disadari bahwa besarnya dana darurat ini harus meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup kita. 


Membuat Daftar Pengeluaran

Langkah ketiga dalam penyusunan rencana keuangan adalah membuat daftar pengeluaran. Pada tahap ini yang mutlak dilakukan adalah memeriksa jenis pengeluaran yang selama ini kita jalani.

Secara garis besar jenis pengeluaran itu bisa dibagi menjadi empat bagian, yaitu membayar kewajiban hutang, pengeluaran rutin seperti biaya rumah tangga, listrik, telepon, dan lain-lain, investasi dan pengeluaran pribadi.

Seperti sudah dijelaskan pada langkah pertama di atas, besarnya kewajiban membayar utang (cicilan) tidak boleh melebihi 30 persen dari total pendapatan kita. Dan ini harus ditempatkan pada prioritas pertama dari sisi pengeluaran.

Menunda kewajiban pembayaran utang hanya akan menimbulkan peluang terciptanya utang baru di masa depan yang memiliki tingkat bunga lebih tinggi. Prioritas kedua dalam pengeluaran adalah mengelola pengeluaran rutin.

Harus dibedakan secara jelas antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pribadi. Pengeluaran rutin adalah jenis pengeluaran yang mutlak harus dilakukan untuk mendukung aktivitas produktif kita, tidak bisa dihemat tanpa menurunkan kualitas hidup dan tidak bisa dihindari, sedangkan pengeluaran pribadi adalah jenis pengeluaran yang harus dikorbankan bila terjadi penurunan pendapatan.

Besarnya pengeluaran rutin harus dijaga pada kisaran 50 persen dari total pendapatan kita. Bila pengeluaran rutin sudah melebihi ambang batas 60 persen dari total pendapatan kita, maka kita tidak memiliki kesempatan untuk berinvestasi.

Akibatnya kita akan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup di masa yang akan datang. Jadi bila pengeluaran rutin sudah mendekati ambang batas, kita harus bekerja lebih giat lagi agar total pendapatan kita meningkat.

Investasi juga harus menjadi prioritas dalam alokasi “pengeluaran” kita. Investasi ini berguna untuk meningkatkan kualitas hidup kita di masa yang akan datang. Investasi akan menambah aset yang kita miliki dan menjadi sumber pendapatan pasif.

Budaya investasi harus mulai dilakukan sejak dini, seberapa kecilpun pendapatan kita. Besarnya alokasi “pengeluaran” untuk investasi minimal adalah 10 persen dari total pendapatan kita. Agar kondisi ini tercapai, maka alokasi investasi bukan dari sisa pendapatan kita setelah dikurangi dengan pengeluaran, tetapi memang sudah dialokasikan begitu kita menerima pendapatan.

Perlu dipahami bahwa investasi tidak sama dengan menabung, karena menabung hanya memberikan tingkat pertumbuhan asset yang relatif sangat kecil. Semakin muda usia kita semakin besar bobot (persentasi) investasi kita di instrumen-instrumen investasi yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi untuk mendukung masa depan keuangan kita.

Harus disadari bahwa investasi yang memberikan tingkat imbal hasil tinggi selalu memiliki tingkat risiko yang tinggi dan tingkat resiko tersebut harus tetap sesuai dengan karakteristik toleransi risiko yang kita miliki. Semakin mapan kondisi ekonomi kita, maka alokasi aset dalam bentuk investasi harus semakin besar, sampai pada gilirannya kita bisa mencapai kebebasan finansial bila hasil yang kita terima dari kerja asset investasi kita sudah melebihi atau paling tidak mendekati hasil kerja produktif kita.

Pengeluaran pribadi adalah satu-satunya jenis pengeluaran yang boleh dan harus dikorbankan ketika terjadi kenaikan persentasi pengeluaran di ketiga pos pengeluaran yang lainnya. Penundaan dan pengurangan pada pos pengeluaran pribadi tidak akan mengurangi kualitas hidup kita dan tidak membahayakan kondisi keuangan kita di masa yang akan datang.

Hal ini jelas berbeda apabila kita mengurangi alokasi pengeluaran kita pada ketiga pos prioritas pengeluaran yang pertama. Salah satu cara untuk mengendalikan pengeluaran pribadi adalah dengan membuka akun khusus di bank yang digunakan untuk mendukung pengeluaran pribadi ini dan akun ini hanya berisi sisa dari pendapatan kita bulan sebelumnya setelah dikurangi dengan total pengeluaran kita di ketiga pos pengeluaran prioritas yang tidak boleh diganggu gugat.

Akun khusus inilah yang digunakan mendanai pengeluaran pribadi agar tidak menggerogoti ketiga pos pengeluaran prioritas. Dengan adanya akun khusus ini maka kita juga tidak perlu repot-repot untuk menghitung besarnya alokasi pengeluaran pribadi yang boleh dilakukan.

Setelah kita membenahi kondisi keuangan kita maka kita harus memasuki langkah keempat, yaitu merencanakan tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang kita. Dalam menentukan tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang harus jelas tergambar tujuan keuangan yang ingin dicapai dan kurun waktu untuk mencapainya.

Target tujuan tentu saja harus realistis dan disesuaikan dengan kondisi kita. Target jangka panjang kemudian dipecah-pecah menjadi target-target jangka pendek dan strategi mencapai tujuan tersebut.

Salah satu faktor yang paling menentukan keberhasilan pencapaian tujuan keuangan adalah komitmen dan ketertiban kita mematuhi strategi yang sudah ditentukan. Perencana keuangan profesional dari dunia perbankan bisa dilibatkan untuk menata tujuan keuangan kita.

Semoga tulisan ini memberikan inspirasi bagi kita untuk menata ulang dan memperbaiki kondisi keuangan pribadi kita. Selamat berinvestasi.


Harris Turino
Faculty Member Prasetiya Mulya Business School, Pelaku Bisnis dan Pengamat Pasar Modal serta Kandidat Doktor Manajemen Strategik Universitas Indonesia

Sumber :
http://female.kompas.com

Related Posts