Sunday, December 24, 2023

Usia Sudah 40 Tahun, Tidak Ada Kata Terlambat untuk Investasi

Tiba-tiba umur sudah kepala 4, sudah beranjak diatas 40 tahunan.

Ketika menginjak usia 40-an tahun, idealnya seseorang sudah relatif mapan dari sisi kehidupan finansial. Karena diasumsikan telah bekerja atau memiliki penghasilan minimal selama 15 tahun. Dimana rentang waktu selama 15 tahun memiliki penghasilan sendiri memungkinkan seseorang memiliki banyak aset. Seperti rumah, kendaraan pribadi, tabungan, investasi atau mungkin kepemilikan saham di sebuah bisnis.

Namun, harus diakui, beban finansial yang dia pikul juga masih sangat banyak. Biaya sekolah anak yang terus meningkat seiring kenaikan tingkat pendidikan mereka, ditambah lagi tuntutan gaya hidup yang kian meningkat. 

Sehingga kadang dirasa pengelolaan finansialnya belum optimal. Dimana investasi yang dimiliki baru sebatas tabungan biasa di deposito dan emas. 

Banyak orang beranggapan bahwa usia 40-an sudah terlambat untuk memulai usaha. 
Apakah tidak terlambat berinvestasi di umur 40?. 
Tentu saja tidak.

Bahkan usia 40 tahun dapat menjadi momentum tepat untuk memulai bisnis. Di usia yang lebih matang, ternyata banyak keunggulan dan peluang ketika kita menjalankan bisnis. Ditemukan fakta bahwa orang tua lebih banyak memulai bisnis dalam beberapa tahun terakhir. 

Tujuan utama investasi di usia 40 tahun haruslah untuk dana pensiun di usia 56 tahun. Jadi, kita harus mengoptimalkan waktu selama 16 tahun untuk berinvestasi.

Sebelum berinvestasi, alangkah baiknya kamu melakukan financial check up. Jangan memaksakan diri untuk berinvestasi jika keuangan belum sehat. Ini karena investasi adalah percepatan, bukan perbaikan.

Jangan sampai berinvestasi seperti membeli kucing dalam karung. Kamu harus tahu apa yang kamu beli. Ikuti seminar tentang investasi, baca buku, workshop, dan lain sebagainya. Kamu juga bisa konsultasi keuangan dan investasi dengan lembaga profesional.

Investasi sama seperti kamu bekerja, butuh rencana, eksekusi dan review. Dari hasil review ini kita akan tahu sudah sesuai atau belum dengan rencana. Jika sudah, maka tingkatkan. Jika belum, lakukan perbaikan agar hasil investasi sesuai target.

Sebelum memutuskan untuk membeli apapun yang sedang menjadi tren saat ini, seleksi dan pertimbangkan dengan baik. Tanyakan kembali, apakah hal tersebut dibutuhkan atau tidak. Jika kurang bermanfaat, ada baiknya menahan diri meskipun mampu. Ketahuilah gengsi tak akan ada habisnya dan tak memberikan keuntungan apapun terhadap keuangan.

Pastikan bebas dari hutang. Jangan coba sekali-sekali meminjam uang, apalagi jika hanya untuk sesuatu yang kurang perlu atau memenuhi gengsi semata. Utang bukan cuma membuat beban, utang juga bisa menjadi kebiasaan yang kurang baik bagi kesehatan keuangan. Hindari pula menggunakan kartu kredit jika memang belum mampu. Tak ada salahnya hidup sederhana dan hemat sesuai kebutuhan.

Trading bukanlah pilihan yang tepat untuk membangun kekayaan di usia berapapun, terutama bagi mereka yang bukan seorang trader profesional. Karena faktanya lebih banyak kegagalan dibanding keberhasilan  yang dialami oleh mereka yang melakukan trading. Kalau kita masih  berusia 20 tahun dan coba-coba trading dengan nominal kecil, mungkin tidak terlalu berdampak pada keuangan. Tapi ketika prioritas Anda lebih beragam di usia 40 tahun, disarankan untuk fokus saja berinvestasi secara pasif. Anda tentunya banyak membutuhkan waktu untuk mengurus pekerjaan, me time dan keluarga untuk juga disibukkan dengan aktivitas trading yang memakan waktu serta emosi.. 

Instrumen pasar modal seperti reksadana saham atau saham lebih mungkin membantu Anda membangun dana pensiun karena imbal hasilnya bisa di atas 7% per tahun bahkan bisa di atas 20% per tahun.

Pilihan instrumen investasi yang mampu tumbuh 20% per tahun diantaranya produk reksadana, saham, atau properti. Reksadana saham tepat sebagai pilihan untuk investasi jangka panjang. Di pasar saat ini ada banyak produk reksadana yang mampu tumbuh di atas 20% per tahun. Begitu juga properti yang bisa tumbuh melampaui inflasi. Pilihlah produk investasi yang tepat berdasarkan profil risiko pribadi dan kinerja historis produk tersebut.

Jika kamu sudah memahami, maka yang harus kamu lakukan hanyalah lakukan sekarang. Buka akun investasi, dan mulai berinvestasi. Jika kamu hanya diam di tempat, kamu tidak akan kemana-mana. Investasi butuh keahlian dan jam terbang, dan kedua hal itu hanya bisa didapatkan dengan praktik langsung.

Tips Investasi Usia 40 Tahun

Tips Mulai Berbisnis di Usia 40 Tahun ke Atas

Usia 40 tahun dapat menjadi momentum tepat untuk memulai bisnis Anda. Dalam hal ini, investasi seperti Obligasi Pemerintah juga dapat menjadi pendukung bisnis yang tepat. Di usia yang lebih matang, ternyata banyak keunggulan dan peluang ketika kita menjalankan bisnis.

Banyak orang beranggapan bahwa usia 40-an sudah terlambat untuk memulai usaha. Namun, The Kauffman Foundation menemukan fakta bahwa orang tua lebih banyak memulai bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Berniat memulai usaha di usia ini? Mari ketahui tips dan kelebihannya daripada pebisnis muda berikut ini.

Tips Berbisnis di Usia 40 Tahun ke Atas
Usia tepat untuk memulai bisnis yaitu saat kita siap menjalaninya. Banyak orang di usia yang lebih matang ataupun tua berlomba-lomba memulai lembaran bisnis mereka. Adapun alasan memulai bisnis dapat didasari oleh keinginan mencoba hal baru, melakukan rencana bisnis yang tidak sempat terealisasi di usia muda, serta masih banyak lagi.

Memulai bisnis memerlukan langkah dan tips yang tepat. Terlebih di usia 40-an, mari simak tips berikut ini agar bisnis berjalan lancar.

● Memiliki Rencana Bisnis yang Matang
Merencanakan bisnis dengan matang memerlukan banyak waktu. Bahkan, proses awal ini dapat memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Untuk itu, menyisihkan waktu untuk memikirkan bisnis mulai jenis usaha, keuangan, hingga pemasaran perlu dilakukan.

Terkadang, membangun rencana bisnis bukanlah hal mudah dan menyebabkan kita kehilangan motivasi. Namun, dengan mengetahui arah bisnis secara tepat, Anda dapat menemukan rencana yang solid sebagai dasar memulai bisnis.

● Mengatur Finansial dengan Baik
Di usia 40-an, Anda mungkin telah memiliki finansial yang stabil untuk memulai bisnis. Namun, berhati-hati dalam hal finansial juga harus dilakukan. Hal ini karena Anda tentu memiliki kebutuhan dan tanggung jawab besar daripada saat usia muda.

Kesalahan apa pun dapat memengaruhi keberlanjutan bisnis dan finansial dalam hidup. Oleh karena itu, dana berbisnis haruslah diatur sedemikian rupa.

Rencana cadangan untuk keuangan dalam berbisnis juga dapat Anda rencanakan. Untuk mendukung bisnis, investasi Obligasi terbaik dari penerbit tepercaya dapat dijadikan pilihan.

● Memanfaatkan Relasi yang Ada
Di usia 40-an, pengalaman dan jaringan relasi tidak dapat diragukan lagi. Anda tentu telah bertemu dengan banyak orang yang dapat dijadikan panutan serta pendukung bisnis.

Relasi yang dimiliki pebisnis dengan usia yang matang tentu berbeda dibandingkan usia muda. Jaringan kolega dan pertemanan yang lebih luas adalah kelebihan saat memulai bisnis di usia 40-an. Dengan relasi yang ada, Anda dapat meminta dukungan mereka baik dalam hal perencanaan bisnis, pemasaran, hingga sumber modal.

Relasi memang kelebihan yang tidak dapat dimiliki dalam waktu singkat. Dukungan orang-orang yang berpengalaman ini juga menjadikan bisnis lebih maju. Anda dapat memanfaatkan relasi untuk meminta saran dan nasihat mengenai bisnis yang akan dijalankan.

● Bergabung dengan Komunitas Bisnis
Tips selanjutnya yaitu bergabung dengan komunitas bisnis yang sesuai dengan bidang usaha Anda. Hal ini membuat Anda dapat mengetahui persaingan yang ada dan melakukan riset pasar dengan jelas.

Selain itu, komunitas bisnis dapat menjadi ajang kerja sama dan bertukar pikiran mengenai bisnis masing-masing. Komunitas bisnis membuat kita dapat bertemu dengan pebisnis dari berbagai kalangan usia.

● Sertakan Pendapat Keluarga
Keputusan untuk memulai bisnis di usia yang tidak lagi muda haruslah melibatkan dukungan dan saran keluarga. Walaupun keluarga tidak berkecimpung langsung dalam bisnis, tetapi mereka memegang peran yang penting terutama untuk memotivasi dan mendukung jalannya bisnis.

Anda dapat mengomunikasikan rencana masa depan, keuntungan, hingga kelancaran bisnis yang dijalani. Dengan komunikasi yang terbuka, bisnis yang dijalani akan menuai kesuksesan dan Anda memiliki motivasi tinggi untuk terus berkembang.

Itulah beberapa tips memulai bisnis di usia 40-an. Dengan langkah dan perencanaan yang baik, Anda dapat mencapai kesuksesan di usia yang tak lagi muda. Bagaimana? Siap memaksimalkan peluang yang ada?

Alasan Penting untuk Memulai Bisnis di Usia 40 Tahun
Ada banyak alasan yang membuat Anda perlu mengambil langkah untuk memulai bisnis di usia 40 tahun. Pada usia ini, Anda memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki pebisnis lain. Oleh karena itu, kelebihan tersebut haruslah dimanfaatkan dan dapat menjadi pondasi penting dalam berbisnis.

Lantas, apa saja alasan yang membuat Anda harus memulai bisnis di usia 40-an? Mari simak informasi berikut ini.

● Dipercaya oleh Investor
Investor lebih menyukai pebisnis dengan usia yang matang karena memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Selain itu, passion yang lebih besar terhadap usaha membuat investor menaruh kepercayaan tinggi. Pebisnis dengan usia 40-an juga memiliki pemikiran yang bijaksana dan lebih cerdas.

● Kepercayaan Diri yang Tinggi
Usia yang lebih tua membuat kepercayaan diri dalam berbisnis lebih tinggi. Apalagi, jika bisnis tersebut sudah Anda rencanakan sejak usia muda. Kepercayaan diri juga didukung dengan motivasi besar agar bisnis berjalan sukses.

● Mampu Mencapai Visi
Pebisnis muda dapat memiliki pemikiran yang plin plan sehingga tujuan bisnis tidak dapat tercapai. Dikutip dari ukmsumut.com, pebisnis muda juga memiliki kecenderungan untuk berpindah dari satu bisnis ke bisnis yang lain saat menuai kegagalan.

Hal ini berbeda dengan Anda yang memulai bisnis di usia lebih matang. Visi dari usaha yang dimiliki dapat dicapai dengan terarah dan tentunya dengan disiplin tinggi. Lagi-lagi, faktor pengalaman dan kegagalan di masa lalu membuat Anda lebih serius dalam menjalani bisnis.

Itulah beberapa alasan yang dapat menjadi motivasi penting untuk memulai bisnis di usia 40 tahun. Menjadi pebisnis di usia yang tak lagi muda bukanlah halangan. Sebaliknya, ternyata Anda memiliki kelebihan yang dapat dimaksimalkan.

https://www.dbs.id/id/treasures-id/articles/tips-mulai-berbisnis-di-usia-40-tahun-ke-atas



Cara Memulai Investasi di Usia 40 Tahunan, Belum Terlambat Kok!
Senin, 03 Juli 2023, 10:50 WIB
 
Tidak ada yang namanya terlambat, termasuk dalam berinvestasi. Meski kamu sudah berusia 40 tahun, berinvestasi tetap worth it untuk dijalani.

Founder Finansialku.com, Melvin Mumpuni menuturkan bahwa tujuan utama investasi di usia 40 tahun haruslah untuk dana pensiun di usia 56 tahun. Jadi, kita harus mengoptimalkan waktu selama 16 tahun untuk berinvestasi.

Yang jelas, tidak ada kata terlambat.

Teman dari investasi adalah waktu. Pada tahun 1998 terjadi krisis moneter di Indonesia yang menyebabkan pasar saham turun dan anjlok. Tetapi pada tahun 2007, semuanya meroket hingga jatuh kembali pada tahun 2008. Namun, semuanya berhasil terlewati dan kembali meroket hingga tahun 2019, lalu muncullah Covid-19 yang menyebabkan penurunan kembali. Tetapi saat ini, di tahun 2023, semua pasar saham telah pulih dan kembali menjulang.

Pada intinya, pasar saham akan selalu naik-turun, sehingga tidak ada yang namanya terlambat dalam berinvestasi. Bahkan, salah satu keuntungan dalam berinvestasi di usia 40 tahun adalah kondisi penghasilan yang sudah stabil. Namun ada 5 poin penting yang harus kamu perhatikan sebelum memulai investasi, yaitu:

1. Pastikan kondisi keuangan kamu sehat

Sebelum berinvestasi, alangkah baiknya kamu melakukan financial check up. Jangan memaksakan diri untuk berinvestasi jika keuangan belum sehat. Ini karena investasi adalah percepatan, bukan perbaikan.

Pastikan dulu kesehatan keuangan kamu dengan hal ini:

Pemasukan lebih besar dari pengeluaran
Kamu bisa berdonasi dan berderma secara rutin
Punya dana darurat dalam jumlah ideal yakni 6-12 kali pengeluaran bulanan
Utang dalam kondisi sehat, aset lebih besar dari utang dan cicilan maksimal 35% penghasilan
Punya proteksi atau asuransi

2. Punya rencana investasi yang jelas

Banyak orang berinvestasi tanpa rencana dan tujuan yang jelas. Maka, alangkah baiknya kamu tentukan terlebih dahulu rencana investasi kamu untuk apa, berapa target  keuntungan yang ingin dicapai, berapa rupiah risiko maksimal yang bisa diterima, berapa lama periode investasinya, syariah atau tidak dan lain sebagainya.

3. Tahu apa yang kamu beli

Jangan sampai berinvestasi seperti membeli kucing dalam karung. Kamu harus tahu apa yang kamu beli. Ikuti seminar tentang investasi, baca buku, workshop, dan lain sebagainya. Kamu juga bisa konsultasi keuangan dan investasi dengan lembaga profesional.

4. Review investasi secara berkala

Investasi sama seperti kamu bekerja, butuh rencana, eksekusi dan review. Dari hasil review ini kita akan tahu sudah sesuai atau belum dengan rencana. Jika sudah, maka tingkatkan. Jika belum, lakukan perbaikan agar hasil investasi sesuai target.

5. Lakukan sekarang

Jika kamu sudah memahami sampai tahap ini. Maka yang harus kamu lakukan hanyalah lakukan sekarang. Buka akun investasi, dan mulai berinvestasi. Jika kamu hanya diam di tempat, kamu tidak akan kemana-mana. Investasi butuh keahlian dan jam terbang, dan kedua hal itu hanya bisa didapatkan dengan praktik langsung.

https://wartaekonomi.co.id/read505926/cara-memulai-investasi-di-usia-40-tahunan-belum-terlambat-kok



Lakukan 9 Cara Ini Jika Ingin Bebas Finansial Usia 40 Tahun
 13 Sep 2023 | 19:55 WIB

Mandiri secara finansial di usia 40 atau bahkan lebih muda lagi, menjadi impian tiap orang. Meraih financial freedom agar hari tua bisa hidup dengan tenang, tidak mustahil dilakukan.

Namun, untuk bisa mencapainya, perlu perencanaan atau strategi dalam mengatur keuangan. Simak tips meraih kebebasan finansial sesegera mungkin ini, seperti dikutip dari situs ruangmenyala.com.

1. Jalankan Rencana Hidup Sebaik Mungkin

Ketahui tujuan atau target dalam hidup yang ingin diraih di masa depan. Kemudian, coba susun strategi atau rencana untuk menuju ke sasaran tersebut. Tak perlu terburu-buru, cukup lakukan secara konsisten dan bertahap. Selama perjalanan tersebut, cari pengalaman sebanyak mungkin. Bisa dengan membuka usaha sampingan atau menjadi freelancer.

2. Buat Anggaran

Membuat anggaran akan membantu dalam pengelolaan keuangan seefisien mungkin. Alokasikan pemasukan maupun pengeluaran secara tepat. Biasakan selalu mencatat setiap hal terkait keuangan, mulai dari belanja bulanan, bayar cicilan, bonus dari kantor, dan lain sebagainya.

3. Jangan Turuti Gengsi

Sebelum memutuskan untuk membeli apapun yang sedang menjadi tren saat ini, seleksi dan pertimbangkan dengan baik. Tanyakan kembali, apakah hal tersebut dibutuhkan atau tidak. Jika kurang bermanfaat, ada baiknya menahan diri meskipun mampu. Ketahuilah gengsi tak akan ada habisnya dan tak memberikan keuntungan apapun terhadap keuangan.

4. Siapkan Dana Darurat

Siapkan dana darurat agar tabungan tidak terganggu bila sewaktu-waktu terdapat kebutuhan mendadak di luar rencana. Andaikan tiba-tiba sakit atau ada pandemi yang membuat tak bisa bekerja dan menghasilkan uang. Di sinilah dana darurat berguna.

5. Sisihkan Dana Pensiun

Mulai sisihkan sedikit penghasilan untuk persiapan dana pensiun. Sehingga tak perlu bekerja seumur hidup dan bisa segera bebas finansial usia 40 tahun.

6. Gunakan Asuransi

Asuransi bisa jadi salah satu solusi agar bisa bebas finansial usia 40 tahun. Seperti asuransi kesehatan sehingga tidak perlu lagi khawatir atau bingung mencari dana untuk membayar biaya perawatan yang cukup tinggi. Sebab, asuransi akan menanggung semuanya. Dengan kata lain, asuransi bermanfaat sebagai bentuk antisipasi terhadap kejadian-kejadian tak terduga di masa mendatang.

7. Investasi Sedini Mungkin

Di samping menabung, menyiapkan dana pensiun dan darurat, mulailah berinvestasi. Ada berbagai jenis investasi dengan karakteristik masing-masing, mulai dari reksa dana, emas, saham, deposito, surat negara, dan masih banyak lagi. Sesuaikan saja dengan kemampuan.

8. Fokus pada Aset Aktif

Memiliki aset-aset aktif bisa memberikan passive income. Sehingga ketika tidak bekerja, penghasilan tetap ada.

9. Hindari Utang

Pastikan bebas dari hutang. Jangan coba sekali-sekali meminjam uang, apalagi jika hanya untuk sesuatu yang kurang perlu atau memenuhi gengsi semata. Utang bukan cuma membuat beban, utang juga bisa menjadi kebiasaan yang kurang baik bagi kesehatan keuangan. Hindari pula menggunakan kartu kredit jika memang belum mampu. Tak ada salahnya hidup sederhana dan hemat sesuai kebutuhan.

https://investor.id/tips/340512/lakukan-9-cara-ini-jika-ingin-bebas-finansial-usia-40-tahun



Siapkan Ini Saat Membuat Rencana Investasi di Usia 40-an

Maychelie Vincent Liyanto, S.Ak., S.H., M.Ak., CFP®
Perencana Keuangan PINA

Tidak ada kata telat untuk membuat rencana investasi. Mulai dari sekarang, supaya kamu tidak kehilangan lebih banyak waktu menyiapkan dana pensiun.

Siapkan Ini Saat Membuat Rencana Investasi di Usia 40-an
Ah, siapa yang tak rindu dengan masa muda? Seperti yang orang-orang katakan, masa-masa muda adalah momen terbaik. Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Di masa muda dulu, saya tak banyak berpikir mengenai cicilan rumah, tabungan pendidikan anak, atau biaya kesehatan yang kini terasa semakin membesar.

Dulu, ketika menerima gaji, saya hanya berpikir membelanjakan uang untuk membeli makanan favorit, membeli pakaian baru—agar bisa tampil menarik ketika nongkrong bersama sahabat, mentraktir pacar, dan singkatnya bersenang-senang.

Sekarang, di umur 40-an, prioritas saya berbeda.

Saya tak lagi sering bersenang-senang demi tujuan pribadi. Ada pasangan dan rumah tangga yang harus dipikirkan; anak-anak dan impian mereka yang harus didukung; dan tentu saja, seperti yang dilakukan oleh orang Timur lainnya, orang tua yang perlu dibuat bahagia.

Beranjak dewasa, saya menyadari perlu memikirkan tujuan finansial dengan saksama. Saya sadar harus memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mempersiapkan masa tua yang semakin dekat.

Saya jadi teringat dengan salah satu teman baik di masa kuliah dulu, Nikki. Saat masih duduk di bangku kuliah, ia kehilangan ayahnya yang kena serangan jantung di usia 50-an., Nikki menangis ketika saya dan beberapa sahabat datang ke upacara pemakaman ayahnya.

Sebagai seorang dewasa yang baru berumur 20-an, saya hanya bisa memberinya ucapan duka dan kalimat penyemangat. Tak pernah terpikir bagi saya, bahwa kehilangan ayah di usia semuda itu akan berpengaruh banyak dalam kehidupannya.

Beberapa hari setelah ayahnya dimakamkan, Nikki mengajak saya berbicara berdua. Ia menawarkan saya nasi kotak buatan ibunya. Ia sekarang berjualan makanan untuk membantu biaya kuliahnya. Ia juga bercerita, bahwa ayahnya meninggal dalam keadaan tak punya asuransi, serta tak punya tabungan masa tua.

Ibunya, yang waktu itu berumur 40-an, harus mencari cara demi menghidupi keluarga. Ia mengingatkan pada saya bahwa kita perlu memiliki tabungan agar tak kehilangan “pegangan” jika hal tidak terduga terjadi.

Sekitar tiga atau empat tahun lalu, saya bertemu kembali dengan sahabat saya itu. Sama seperti saya, Nikki juga sudah berkeluarga. Ia memiliki satu anak, perempuan. Kini, ia bekerja di sebuah perusahaan start-up. Setelah berbagi cerita konyol yang kami lakukan semasa kuliah, ia kemudian bercerita bahwa beberapa tahun kemarin ia mulai membuat rencana investasi.

Dari pengalamannya, ia mengaku bahwa berinvestasi memberikan banyak keuntungan. Ia kemudian mengajak saya untuk ikut berinvestasi--katanya, untuk pensiun nanti. 

Nikki mengaku, tak ada kata terlambat bagi kita untuk mulai berinvestasi, karena ia juga baru memulainya beberapa tahun kemarin. Saya ingat perkataannya waktu itu, sooner is better than later. Beberapa hari kemudian, saya meneleponnya dan berkata bahwa saya tertarik untuk mulai membuat rencana investasi untuk retirement plan.

Sebagai sahabat, ia lalu berbagi tips seputar investasi, yang tentu sangat berguna bagi saya. Saya kemudian melengkapi tips yang saya dapat dengan mencari lebih banyak hal seputar investasi di internet, terutama pilihan investasi bagi saya yang tak lagi muda.

Satu hal yang banyak saya temukan di internet; bahwa tak peduli berapa pun umurmu saat ini, jangan biarkan waktumu terbuang lebih banyak lagi. Kamu mungkin telah kehilangan banyak waktu untuk “curi start” dalam berinvestasi, tapi tak jadi masalah. Yang penting, mulailah sekarang. 

Yes, you still have time to build up your investment AND your retirement. Ingin mulai berinvestasi seperti saya? Konsultasikan masalah keuanganmu dulu ke perencana keuangan profesional dari PINA. GRATIS!

Selain itu, berikut beberapa saran dalam merencanakan investasi di umur 40-an yang sudah saya kumpulkan.

Mari Mulai Cek Kondisi Finansial Saat Ini
Pertama, cari tahu dulu, apa prioritasmu? Ambil pena dan kertas, kemudian jawab pertanyaan berikut:

Kapan kamu akan pensiun?
Di mana kamu akan tinggal?
Seperti apa gaya hidupmu sekarang?
Seperti apa gaya hidup yang kamu inginkan nanti?
Seperti apa gaya hidup pasanganmu? (Kalau kamu sudah menikah)
Berapa banyak tabunganmu? Berapa banyak yang bisa kamu investasikan?
Melihat pengeluaranmu sekarang, apa yang bisa kamu kurangi agar kamu punya lebih banyak uang untuk berinvestasi?

Itu adalah beberapa pertanyaan yang perlu kamu tanyakan—dan kamu jawab. Let’s start by knowing your financial condition. 

Save More, Spend Less
Saran yang paling gamblang di umur yang tak lagi muda ini adalah perbanyak menabung, kurangi menghamburkan uang.

Saat kamu masih berumur 20 atau 30-an, kata “pensiun” rasanya masih jauh dari pandangan. Kini, menginjak usia 40-an, kamu harus lebih bertanggung jawab atas keadaan finansialmu.

Selain itu, di usia ini, pengeluaran kita juga berbeda, misalnya biaya PBB tahunan, gaji asisten rumah tangga, dan sebagainya. Kalau sudah memiliki anak, kamu juga harus menyiapkan biaya sekolah anakmu yang tidak murah. Seluruh elemen finansial ini harus kamu dipikirkan baik-baik, karena dibutuhkan planning yang baik serta investasi yang strategis untuk tiap pengeluaran tersebut.

Inilah mengapa, ada satu hal yang juga perlu kamu garis bawahi; buat bujet yang bisa membantumu stay on track—dan benar-benar bisa kamu ikuti setiap bulannya. Ambil lagi pena dan kertasmu tadi, lalu lihat apakah ada pengeluaran lain yang bisa kamu kurangi sekarang agar bisa memiliki lebih banyak tabungan di masa depan?

Kalau kamu mengikuti sistem bujet 50/30/20, kamu mungkin ingin mengubahnya menjadi 30% tabungan dan 20% bersenang-senang, atau bahkan mungkin 40% tabungan dan 10% bersenang-senang.

Kemudian, bagi porsi tabunganmu menjadi 10% cash dan 20% investasi atau 5% cash dan 35% investasi. Usahakan untuk lebih banyak menaruh porsi uangmu dalam investasi. Remember, maximize what you have now so you can have more in the future.

Tunda Pensiun 

Faktanya, usia bekerja seseorang kini lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak 2019, usia pensiun di Indonesia telah berubah dari 55 tahun jadi 57 tahun. Perubahan usia pensiun tersebut dimaksudkan untuk memperkuat pendanaan Dana Jaminan Sosial Pensiun di masa yang akan datang, dan juga karena usia harapan hidup di Indonesia mencapai di atas 70 tahun.

Tak hanya itu, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 Pasal 15 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun juga menyebutkan bahwa usia pensiun akan bertambah satu tahun setiap tiga tahun.

Katakanlah saat ini usiamu 45 tahun, kamu seharusnya pensiun 12 tahun lagi. Kenyataannya, di tahun 2033 (saat kamu berusia 57 tahun dan harusnya pensiun) nanti, batas usia pensiun yang diberikan pemerintah mungkin berubah lagi menjadi 61 tahun! Kamu bahkan masih bisa bekerja sampai 2039, ketika umurmu mencapai batas pensiun 63 tahun.

Ini berarti, kamu masih memiliki lebih banyak waktu, kalau masih ingin bekerja dan menggunakan uang yang kamu dapatkan untuk berinvestasi demi retirement fund. 

Tujuan Utama di Usia 40-an

Kamu sudah mencari tahu apa saja prioritasmu? Bagus. Sudah membuat bujet dan rencana keuanganmu di masa depan? Perfect. Sekarang, mari kita pertimbangkan rencana tersebut dan sesuaikan dengan keadaan finansialmu.

Sisihkan waktu untuk memikirkan long-term financial goal-mu. Kalau kamu sudah menikah, akan lebih baik jika kamu juga mengajak pasanganmu untuk membahas masalah ini, karena tujuan finansialmu akan memengaruhi kehidupan kalian sebagai pasangan.

Sekarang, bahaslah poin-poin berikut dengan pasangan:

Berapa banyak uang yang kamu dapatkan setiap bulannya?
Apakah pasanganmu juga bekerja? Jika ya, berapa banyak yang kalian berdua dapatkan setiap bulannya?
Berapa banyak pengeluaran utama dan tabungan kalian setiap bulannya?
Apakah pengeluaran tersebut akan berubah dalam waktu dekat? Misalnya, anakmu akan masuk SD dan biaya sekolahnya akan bertambah. Berapa banyak yang sudah kamu siapkan untuk: tabungan, investasi, dan pensiun?
Apa saja yang akan kamu butuhkan dalam 5, 10, atau 20 tahun ke depan? Sertakan seluruh faktor tersebut dalam financial goal-mu.

Setelah itu, perhitungkan juga beberapa faktor berikut:

1. Utang-utang besarmu
Misalnya cicilan rumah atau mobil. Cari tahu kapan kamu akan melunasinya. 10 tahun lagi? 5 tahun lagi? Setelah berhasil melunasinya, apa yang akan kamu lakukan pada bujet cicilan tersebut?

Saran saya, biarkan bujetmu tetap sama, namun pindahkan ke bujet investasi. Dengan begini, kamu punya tambahan porsi untuk rencana investasi. 

2. Cari tahu berapa banyak uang yang kamu siapkan untuk dana pensiun
Ini adalah saat yang paling tepat untuk mengecek lagi seberapa banyak yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapi masa tua, dan apa saja investasi yang kamu butuhkan agar bisa pensiun dengan tenang, tanpa bergantung pada anak untuk “membiayai” masa tua.

3. Kalau punya anak, cari tahu seberapa banyak uang yang kamu perlukan demi masa depannya
Setidaknya, kamu perlu menyiapkan uang sampai anakmu selesai kuliah. Apakah nanti anakmu akan kuliah di luar negeri? Berapa besar biaya yang ia butuhkan? Berapa besar biaya hidupnya per bulan?

Kids grow up fast, jadi kamu harus memikirkan biaya hidupnya mulai dari sekarang. Ya, cara terbaik untuk menyiapkan uang pendidikan anakmu adalah dengan membuat rencana investasi.

Setelah kamu mengetahui seperti apa keadaan keuanganmu, berapa banyak pendapatanmu, apa saja pengeluaranmu, dan seperti apa goal-mu ke depannya, barulah kamu bisa menentukan seberapa besar investasi yang kamu butuhkan. 

Persiapan Pensiun untuk Usia 40-an: Membuat Rencana Investasi
Finally, mari kita bicarakan hal yang paling penting. Bagaimana cara membuat rencana investasi untuk dana pensiun bagi kamu yang berumur 40-an.

Berikut ini adalah alokasi aset investasi yang bisa dipertimbangkan:

Saham: 70-75%
Obligasi: 20-25%
Cash: 5%
Mengapa tidak memaksimalkan seluruh uangmu ke dalam saham, karena kamu membutuhkan return yang besar dalam waktu yang singkat?

Begini, volatilitas atau tingkat fluktuasi saham sangatlah tinggi. Kamu mungkin bisa mendapatkan return besar dalam waktu singkat. Namun ingat, risiko bermain saham pun besar, yang berarti kamu juga bisa kehilangan uang dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Trik menghadapi situasi ini adalah dengan dengan melakukan diversifikasi pada portofolio investasimu. Dengan begini, ketika nilai sahammu berkurang, kamu dapat menutupi kerugiannya dengan investasi yang lain. 

Ya, kamu memang bisa menaruh porsi lebih besar dalam aset investasi yang agresif seperti saham, agar bisa menandingi laju inflasi. Namun seimbangkan juga dengan aset lain dengan risiko yang lebih rendah dibanding pasar saham.

Agresif tak berarti kamu juga bisa bersikap ceroboh. Stick with investments that have a track record of producing returns and avoid deals that are "too good to be true."

Di usia 40-an ini, kamu harus lebih serius membangun investasimu. Kalau ini adalah kali pertamamu membuat rencana investasi—seperti saya—maka maksimalkan waktu dan aset yang kamu miliki.

Kini, bangun portofoliomu lebih serius lagi. Kita sedang berada di puncak karier, di mana kita mungkin tak akan mendapatkan pendapatan yang lebih baik dari sekarang, jadi manfaatkanlah situasi ini.

https://pina.id/artikel/detail/siapkan-ini-saat-membuat-rencana-investasi-di-usia-40-an



Umur 40 Tahun, Usahakan Punya Ini Agar Gak Miskin Mendadak

Di usia kepala empat, seseorang tentu diharapkan sudah mapan secara finansial. Namun kemapanan bukan hanya dinilai dari besarnya pendapatan, melainkan juga dari keamanan finansial yang cukup baik.
Banyak masalah finansial yang bisa datang tak kenal waktu dan mengganggu keuangan Anda kapan saja. Masalah-masalah tersebut bisa saja muncul karena ketidakcakapan kita dalam mengelola dan mengamankan keuangan, atau dari faktor eksternal.

Bukan tidak mungkin, hal itu akan menghancurkan keuangan Anda hingga akhirnya Anda harus memulai semuanya dari nol.

Lantas apa saja produk finansial yang bisa mengamankan keuangan mereka dalam jangka panjang? Berikut ulasannya.

3 jenis tabungan
Satu tabungan saja tentu sangatlah riskan, lantaran Anda akan kesulitan dalam mengelola keuangan Anda. Setidaknya ada memiliki tiga jenis tabungan untuk keperluan yang berbeda-beda.

Pertama adalah tabungan dana darurat dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, yang tujuannya adalah untuk mengantisipasi segala kebutuhan mendesak dan tidak direncanakan sama sekali.

Kedua adalah tabungan sinking fund yang bertujuan untuk menghadapi seluruh pengeluaran Anda yang dibayar tahunan. Sebut saja seperti pajak kendaraan, pajak rumah, biaya liburan keluarga, dan lain sebagainya.

Dan yang terakhir adalah tentu saja rekening tabungan untuk operasional sehari-hari.

Asuransi kesehatan
Memang benar bahwa BPJS Kesehatan bisa menanggung hampir seluruh penyakit yang ada. Namun asuransi swasta bisa memberikan Anda sebuah kepraktisan dalam berobat.

Sayangnya, menunda membeli asuransi kesehatan bisa berdampak sulit mendapat persetujuan untuk memiliki produk ini di masa tua.

Oleh karena itu, pertimbangkanlah untuk menyisihkan uang setara maksimal 10% dari pemasukan untuk membeli asuransi kesehatan di masa muda.

Asuransi jiwa
Khusus bagi Anda yang punya tanggungan, baik itu orangtua, adik, atau keluarga Anda sendiri, maka Anda wajib memiliki produk keuangan yang satu ini.

Asuransi jiwa akan memberikan orang yang Anda cintai sebuah proteksi finansial di kala Anda sebagai pencari nafkah kehilangan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab. Bisa jadi karena cacat tetap total, atau meninggal dunia.

Ketika musibah itu terjadi, maka perusahaan asuransi jiwa akan mencairkan uang pertanggungan yang bisa dipakai oleh keluarga untuk membiayai hidup.

Tak cuma itu, uang santunan dari asuransi jiwa juga bisa dimanfaatkan untuk memperlancar proses balik nama harta waris dan lain sebagainya.

Baca:Nasabah Asuransi Ini Ungkap Mudahnya Proses Klaim RS
Produk investasi untuk dana pensiun
Bukan rahasia lagi, usia kepala empat menandakan bahwa tidak lama lagi Anda akan memasuki masa tidak produktif. Maka investasi dana pensiun tentu sangat dibutuhkan.

Semestinya, investasi ini sudah dilakukan di usia 20 tahunan. Namun apa daya jika orang yang bersangkutan baru saja melek finansial di usia mendekati kepala 4?

Tidak ada kata terlambat untuk investasi, Anda pun harus memulainya sejak dini demi masa depan yang aman.

Adapun instrumen keuangan yang cocok untuk dana pensiun adalah instrumen yang bersifat high risk dan high return. Sebut saja seperti dana pensiun lembaga keuangan, reksa dana campuran, reksa dana saham, atau saham.

Namun lakukanlah diversifikasi investasi dengan membeli instrumen lain agar risiko investasi Anda bisa lebih terkontrol. Belilah surat utang negara, emas, atau instrumen pasar uang sebagai penyeimbang.

https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20230822092251-72-464934/umur-40-tahun-usahakan-punya-ini-agar-gak-miskin-mendadak



Tips Memulai Investasi di Usia 40an Menurut Financial Planner FUNDtastic

Seiring dengan inklusi keuangan yang semakin luas di masyarakat, teknologi keuangan juga semakin marak mengundang masyarakat untuk mulai berinvestasi belakangan ini.Tidak jarang mereka yang memasuki usia 40an baru memulai perjalanan investasi mereka. Biasanya, tujuan investasi terdekat mereka yakni kebebasan finansial di masa pensiun. Terhitung usia pensiun 65-70 tahun, maka jangka waktu investasi yang optimal adalah 20-25 tahun.

Apakah tidak terlambat berinvestasi di umur 40? Tentu saja tidak.

Mari kita telaah lebih lanjut melalui pertanyaan paling popular yang ditanyakan para investor pemula berusia 40 tahun yang sering ditemui Yehosyuah Beniha Noah, Perencana Keuangan FUNDtastic  : 

1. Apa yang seharusnya menjadi prioritas finansial saya di usia 40an ini?

Prioritas finansial setiap orang tentu berbeda-beda. Penting untuk Anda menentukan tujuan finansial Anda sebelum merencanakan membangun kekayaan Anda. Untuk mempermudah, Anda dapat mengelompokkan misi keuangan dengan gunakan strategi yang disebut Segitiga REKA, atau Segitiga Rencana Keuangan.

Cara menentukan prioritas keuangan Anda secara gambaran besar dapat menggunakan 3 pengelompokkan, yakni tujuan kebutuhan tersier, sekunder dan kebutuhan primer. Pertama, buatlah daftar tujuan-tujuan keuangan Anda dan jangka waktu yang Anda inginkan untuk meraihnya. Setelah itu, kelompokkan tujuan keuangan Anda dengan Segitiga Reka diatas. Pengelompokkan dengan skema di atas membuat Anda dapat menentukan di antara tujuan-tujuan keuangan tersebut manakah yang ternyata prioritas (need) Anda.

2. Bagaimana sebaiknya saya mulai berinvestasi di usia 40an?

Sebelum memulai berinvestasi Anda perlu menentukan terlebih dahulu tujuan yang Anda ingin capai. Investasi merupakan alat atau kendaraan yang akan Anda gunakan untuk meraih tujuan tersebut. Tujuan tersebut harus spesifik, bukan misalnya “bertambah kaya”. Anda perlu menentukan tujuan yang realistis tapi juga tidak terlalu mudah untuk dicapai agar Anda dapat lebih mudah menentukan dan mengambil keputusan finansial dengan lebih akurat. 

Maka jelas bahwa langkah pertama Anda untuk memulai investasi adalah menentukan misi keuangan Anda. Berdasarkan prioritas finansial yang telah dibahas di pertanyaan pertama, selanjutnya Anda perlu tentukan jangka waktu yang Anda targetkan untuk mencapainya. Setelah itu, Anda perlu tentukan instrumen investasi yang sesuai untuk meraih tujuan keuangan tersebut.

3. Berapa banyak sebaiknya saya mulai berinvestasi? Berapa persen dari gaji?

Berdasarkan perencanaan keuangan pada umumnya, formula menggunakan gaji Anda untuk berinvestasi adalah 15% sampai 30%. Namun, bila ternyata Anda sanggup berinvestasi di atas itu maka akan jauh lebih baik untuk keuangan Anda. Pastikan untuk dengan detail menentukan tujuan dan skala prioritas keuangan Anda terlebih dahulu sebelum menentukan jumlah yang Anda mampu dan perlu investasikan setiap bulannya. Kemampuan besar kecilnya jumlah dana untuk diinvestaskani bukan hanya berdasarkan pemasukan bulanan yang Anda miliki, namun juga tergantung skala prioritas. Dengan begitu, Anda bisa  memahami jumlah yang Anda mampu dan perlukan untuk berinvestasi.

4. Apakah Trading pilihan yang tepat untuk dapat imbal hasil cepat di usia 40an ini?

Trading bukanlah pilihan yang tepat untuk membangun kekayaan di usia berapapun, terutama bagi mereka yang bukan seorang trader profesional. Mengapa? Karena faktanya lebih banyak kegagalan dibanding keberhasilan  yang dialami oleh mereka yang melakukan trading. Kalau Anda masih  berusia 20an dan coba-coba trading dengan nominal kecil, mungkin tidak terlalu berdampak pada keuangan Anda. Tapi ketika prioritas Anda lebih beragam di usia 40an tahun ini, disarankan untuk fokus saja berinvestasi secara pasif. Anda tentunya banyak membutuhkan waktu untuk mengurus pekerjaan, me time dan keluarga untuk juga disibukkan dengan aktivitas trading yang memakan waktu serta emosi.. 

5. Apa instrumen terbaik untuk berinvestasi di usia 40an ini?

Semua instrumen sama baiknya, , tapi perlu sesuai dengan tujuannya. Bila Anda telah menentukan tujuan investasi dengan jelas, maka instrumen investasi Anda haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jenis instrumen dapat Anda tentukan berdasarkan prioritas anda dan jangka waktu yang Anda butuhkan. Investasi adalah kendaraan, maka instrumen dapat Anda ibaratkan sebagai jenis kendaraannya. Misalnya, kendaraan mobil yang cocok untuk perjalanan jauh adalah sama seperti reksa dana saham yang pas untuk tujuan keuangan jangka panjang seperti dana pensiun atau pendidikan anak. Apakah cocok bila Anda menuju ke minimarket yang jaraknya adalah 20 meter dan menempuhnya dengan kendaraan mobil? Maka seperti itu juga instrumen investasi, untuk tujuan keuangan yang pendek lebih disarankan reksa dana pasar uang yang cenderung konservatif dengan volatilitas rendah.. Maka dari itu, perlu tentukan dahulu misi keuangan Anda sebelum memulai berinvestasi.

6. Bagaimana saya bisa tentukan tingkat toleransi risiko?

Toleransi risiko dapat diukur dari seberapa berani Anda dalam  mengambil risiko di kehidupan sehari hari. Jika Anda cenderung menolak ajakan teman berbisnis dengan  cuan besar namun risiko rugi yang tinggi, maka Anda sebenarnya konservatif.

Namun, perjalanan dan pelajaran hidup Anda akan mengubah toleransi risiko dalam berinvestasi seiring berjalannya waktu. Mengutip Warren Buffet yang adalah tokoh bisnis dan investor legendaris  di dunia, 

“Risk comes from not knowing what you’re doing”. 

Salah satu contoh kasus klien saya, awalnya beliau disarankan untuk berinvestasi di reksa dana pasar uang yang berisiko cukup rendah. 6 bulan kemudian seiring dengan beliau tambah mengerti tentang investasi, beliau mulai berani berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap dan sekarang sudah berani berinvestasi di reksa dana saham dengan tujuan jangka panjang. Artinya toleransi risiko dapat berubah seiring dengan bertambahnya pengetahuan Anda tentang investasi.

7. Manajer Investasi atau Perencana Keuangan seperti apa yang tepat untuk saya?

Manajer Investasi dapat diukur dari banyak hal, Anda perlu menentukan terlebih dahulu apa yang Anda butuhkan. Apakah Anda butuh Manajer Investasi yang stabil? Atau yang miliki pertumbuhan (growth) tinggi? Atau harus miliki Good Corporate Governance yang ketat?

Namun, memang menilai Manajer Investasi bukanlah perkara yang mudah, Anda perlu berkonsultasi secara mendalam dengan Perencana Keuangan Anda. Anda bisa juga manfaatkan  fitur Wealth Creation di aplikasi FUNDtastic. Perencana keuangan tersertifikasi FUNDtastic sudah lakukan due diligence terhadap banyak sekali Manajer Investasi untuk berikan skor pada pengalaman, sertifikasi dan pencapaian mereka dalam mengelola dana investor. Kami sudah cover kebutuhan Anda meng-screening Manajer Investasi ini.

8. Berapa banyak sebaiknya jumlah dana pensiunan saya?

Kebutuhan dana pensiun setiap orang dapat berbeda. Secara umum, Anda bisa pakai formula ini:

Ekspektasi pemasukan per bulan X 240.
(Pemasukan per bulan yang diharapkan ketika pensiun dikalikan dengan 240) 
Contoh:, Jika ketikapensiun Anda ingin memiliki pemasukan 5 juta rupiah sebulan,
maka 5 juta X 240 atau 1,2 milyar rupiah lah yang Anda butuhkan untuk dana pensiun nanti. 

Mengapa 1,2 milyar? Karena kalau dana 1,2 milyar itu Anda investasikan ke instrumen konservatif seperti reksa dana pasar uang dengan imbal hasil (return) 5% per tahun atau 60 juta rupiah per tahun, setara dengan 5 juta per bulan yang bisa Anda pakai untuk kebutuhan hidup saat pensiun nanti. Harap diingat, nilai tersebut belum ditambah dengan perhitungan inflasi.

https://fundtastic.co.id/news/read/16/tips-memulai-investasi-di-usia-40an-menurut-financial-planner-fundtastic



Belum Terlambat Memulai, Inilah Tips Investasi di Usia 40an
By Dion -14 December 201808017

Ketika menginjak usia 40-an tahun, idealnya seseorang sudah relatif mapan dari sisi kehidupan finansial. Anggapan umum ini sejatinya tidak terlalu salah. Saat seseorang telah menginjak umur kepala empat, ia diasumsikan telah bekerja atau memiliki penghasilan minimal selama 15 tahun. Rentang waktu selama 15 tahun memiliki penghasilan sendiri memungkinkan seseorang memiliki banyak aset. Seperti rumah, kendaraan pribadi, tabungan, investasi atau mungkin kepemilikan saham di sebuah bisnis.

Citra kemapanan ini pula yang melekati profil Rahmad (41 tahun), seorang manajer di sebuah perusahaan swasta di ibukota. Di usia awal 40-an, Rahmad memang terhitung sudah cukup mapan. Karirnya semakin menanjak. Anak-anaknya mulai memasuki usia remaja. Aset-aset penting seperti rumah, kendaraan pribadi, dan tabungan sudah dia miliki.

Namun, harus diakui, beban finansial yang dia pikul juga masih sangat banyak. Biaya sekolah anak yang terus meningkat seiring kenaikan tingkat pendidikan mereka, ditambah lagi tuntutan gaya hidup yang kian meningkat. Imbasnya, Rahmad merasa pengelolaan finansialnya belum optimal. Ia belum memiliki investasi apapun, baru sebatas tabungan biasa di deposito dan emas. Rahmad belum pernah mencoba berinvestasi di produk pasar keuangan sejauh ini. Padahal kurang dari 15 tahun lagi, Rahmad akan memasuki usia pensiun.

Profil Rahmad mungkin terbilang banyak ditemui dalam keseharian masyarakat Indonesia. Penghasilan sudah memadai, tetapi kurang agresif dalam mengembangkan aset. Kebanyakan masyarakat Indonesia hanya berani sebatas menabung di produk tabungan bank, deposito, dan emas. Padahal tingkat pertumbuhan tiga instrumen tersebut seringkali kalah jauh dari laju inflasi.

Mengutip hasil survei InsideID yang dikutip oleh Kontan (Februari 2018), 79% dari responden yang disurvei mengaku menyisihkan pendapatan ke produk tabungan dan hanya 21% saja yang berinvestasi. Itupun kebanyakan yang memilih berinvestasi di emas (40%), deposito (37%), disusul properti, reksadana dan saham.

Menilik angka inflasi tahunan yang mencapai 6% menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), maka sebuah aset hanya bisa disebut berkembang bila mampu bertumbuh melampaui angka tersebut. Kesalahan dalam memilih instrumen pengembang aset yang tepat bisa berakibat tujuan keuangan gagal tercapai, tak terkecuali rencana dana pensiun.

Memulai investasi di usia 40 tahun, mengapa tidak?
Nah, mungkin saat ini Anda sudah berkepala empat dan memahami pentingnya berinvestasi untuk persiapan masa pensiun. Tetapi, mungkin Anda gamang dan merasa sudah terlambat untuk memulai investasi. Jangan dulu khawatir. Bila saat ini usia Anda masih di awal kepala empat, sebenarnya Anda masih memiliki cukup waktu untuk melakukan investasi jangka panjang terutama untuk menyiapkan kebutuhan di masa pensiun kelak.

Anda memiliki waktu antara 10 tahun-15 tahun untuk mempersiapkan kebutuhan dana pensiun. Untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang di atas lima tahun seperti dana pensiun, Anda perlu memilih instrumen keuangan yang mampu mengalahkan inflasi dalam jangka panjang. Produk konservatif seperti tabungan bank atau deposito relatif sudah tidak mampu mengalahkan laju inflasi dalam jangka panjang. Dua produk tersebut sudah selayaknya Anda hapus dari pilihan instrumen dana pensiun.

Instrumen pasar modal seperti reksadana saham atau saham lebih mungkin membantu Anda membangun dana pensiun karena imbal hasilnya bisa di atas 7% per tahun bahkan bisa di atas 20% per tahun.

Lantas, apa saja tip penting yang perlu Anda cermati apabila memulai investasi di usia kepala empat? Mari melihat satu per satu jurusnya di bawah ini:

1. Tentukan tujuan keuangan
Ada banyak tujuan keuangan yang bisa Anda mulai di usia kepala empat. Tujuan keuangan bisa jangka pendek di bawah 3 tahun, jangka menengah yaitu antara 3-5 tahun dan tujuan keuangan jangka panjang di atas 5 tahun. Tujuan jangka pendek sebagai contoh adalah mengumpulkan dana liburan tahunan. Adapun tujuan keuangan jangka menengah contohnya adalah persiapan dana beribadah ke tanah suci atau mengejar pemenuhan kebutuhan dana kuliah anak. Untuk tujuan jangka panjang di atas 5 tahun antara lain adalah dana pensiun.

2. Ketahui kebutuhan dana
Sebagai contoh, Anda ingin memulai investasi untuk kebutuhan dana pensiun. Langkah pertama adalah Anda perlu menentukan terlebih dulu asumsi usia pensiun dan asumsi usia harapan hidup. Sebagai gambaran, usia Anda saat ini 40 tahun dan berencana pensiun di usia 55 tahun. Sedang asumsi usia harapan hidup anggaplah 65 tahun.

Berangkat dari asumsi itu, maka Anda memiliki waktu sekitar 15 tahun untuk menyiapkan dana pensiun yang akan Anda gunakan untuk hidup selama 10 tahun di masa tua. Anda bisa memanfaatkan kalkulator dana pensiun untuk mengetahui nilai kebutuhan dana pensiun yang harus Anda kumpulkan.

Anggaplah total kebutuhan dana pensiun Anda adalah Rp3,63 miliar. Maka nilai itulah yang menjadi target pengumpulan dana pensiun Anda, setelah dikurangi oleh tabungan pensiun yang saat ini mungkin sudah Anda miliki. Misalnya, tabungan pensiun di program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan atau tabungan pensiun di tempat Anda bekerja melalui program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

3. Pilih produk investasi
Setelah mengetahui nilai kebutuhan dana pensiun yang harus Anda kumpulkan, saatnya menentukan strategi investasi yang tepat. Anggaplah setelah dikurangi tabungan pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan dan DPLK, kebutuhan dana pensiun Anda adalah Rp2,7 miliar. Maka, Anda bisa memilih berinvestasi di produk yang mampu tumbuh 20% per tahun sebesar Rp2,38 juta per bulan selama 15 tahun.

Apa saja pilihan instrumen investasi yang mampu tumbuh 20% per tahun? Anda bisa menimbang berinvestasi di produk reksadana, saham, atau properti. Reksadana saham tepat sebagai pilihan untuk investasi jangka panjang. Di pasar saat ini ada banyak produk reksadana yang mampu tumbuh di atas 20% per tahun. Begitu juga properti yang bisa tumbuh melampaui inflasi. Pilihlah produk investasi yang tepat berdasarkan profil risiko pribadi dan kinerja historis produk tersebut.

4. Jangan lupakan asuransi
Memulai investasi di usia kepala empat bukan hal yang aneh ataupun terlambat. Anda masih bisa mengoptimalkan masa produktivitas finansial Anda untuk mewujudkan sebuah tujuan keuangan jangka panjang. Hanya saja, harus diakui di usia kepala empat Anda juga menghadapi beberapa risiko finansial yang perlu dikelola. Misalnya, risiko finansial akibat terjatuh sakit atau risiko finansial lain yang bisa mengancam stabilitas keuangan Anda.

Jadi, bila saat ini Anda belum memiliki asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, ada baiknya Anda menutup kebutuhan proteksi tersebut sesuai profil keuangan. Dengan menutup kebutuhan proteksi, langkah investasi Anda akan lebih nyaman.

https://avrist.com/lifeguide/2018/12/14/tips-investasi-di-usia-40/

Friday, December 22, 2023

Generasi Sandwich

Fenomena generasi sandwich saat ini menjadi ngetren.

Banyak yang berkeluh kesah karena hal ini. Orang yang terjebak dalam situasi ini dapat mengalami tekanan yang luar biasa. Bahkan generasi ini sering mengalami tekanan psikis hingga memicu gangguan fisik seperti penyakit.

Sandwich Generation (generasi sandwich) atau generasi terjepit dikenal sebagai kondisi seseorang yang menjadi tulang punggung, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan, yaitu dimana generasi sandwich ini harus menghidupi tiga generasi keluarganya yang terdiri dari orang tua, dirinya sendiri, dan anaknya. 

Seperti sebuah roti sandwich, di mana orang tua dan anak dianggap sebagai roti lapisan atas dan lapisan bawah, sedangkan seseorang yang terjebak dalam fenomena ini diibaratkan sebagai sebuah daging atau isi dari sandwich yang terhimpit di tengah-tengah roti.

Sandwich generation berada di angka 48,7 persen, non-sandwich dengan anak 41,5 persen, dan non-sandwich tanpa anak sebesar 9,8 persen. Banyak faktor yang membuat golongan usia produktif berada di generasi ini. 

Pertama, karena generasi sebelumnya kurang memiliki literasi keuangan sehingga tidak ada tabungan untuk menyiapkan dana pensiun. 

Kedua, terjadi musibah dalam keluarga. Salah satunya tidak bisa mencari penghasilan lagi sehingga generasi saat ini harus bertanggung jawab. 

Ketiga, lantaran salah mengambil keputusan finansial seperti investasi bodong hingga gagal dalam dunia bisnis. 

Para generasi sandwich memiliki beban hidup yang cukup bahkan sangat berat. Mereka perlu mengatur keuangannya agar memutus rantai generasi sandwich dan berinvestasi untuk masa depan.

Generasi sandwich menjadi tiga ciri berdasarkan perannya, yaitu:.

1. The Traditional Sandwich Generation.

Orang dewasa berusia 40 hingga 50 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan finansial.

2. The Club Sandwich Generation,

Orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua, anak, cucu (jika sudah punya), dan atau nenek kakek (jika masih hidup).

3. The Open Faced Sandwich Generation.

Siapapun yang terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan merupakan pekerjaan profesionalnya (seperti pengurus panti jompo) termasuk ke dalam kategori ini.


Dampak berbahaya yang bisa dialami oleh seseorang dalam generasi ini, yaitu diantaranya:

Tingkat stres yang lebih tinggi, karena banyaknya anggota keluarga yang harus dibiayai membuat seseorang dalam generasi sandwich berpeluang tinggi untuk mengalami stres. Hal itu terjadi karena mereka akan selalu mengalami kekhawatiran jika ada satu generasi yang tidak bisa dibiayai atau diberi makan. 

Burnout atau kelelahan fisik dan juga mental pada diri sendiri.

Stres yang berkepanjangan, ditambah dengan beban pekerjaan yang semakin menumpuk, para generasi sandwich akan mengalami burnout di mana mereka merasa lelah fisik dan mental. Sehingga orang akan rentan terhadap penyakit fisik seperti kebotakan dini, pusing, dan kelelahan secara terus-menerus. Serta berisiko mengalami penyakit mental seperti panic attack atau depresi akut.

Perasaan bersalah atau merasa tidak puas.

Rasa bersalah jika mengalami kegagalan, atau merasa tidak puas saat mencapai sesuatu, juga menjadi dampak dari sandwich generation. Perasaan karena gagal sebagai tulang punggung keluarga, serta kehilangan satu dari sekian sumber penghasilan, dapat dialami oleh mereka jika gagal dalam karier. 

Mudah merasa khawatir.

Para generasi sandwich juga mudah untuk mengalami kekhawatiran jika terjadi sesuatu di luar rencana mereka. Misalnya, jika anak dan orang tua mengalami masalah kesehatan pada saat bersamaan, artinya mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak. Saat keuangan sedang pas-pasan, akan timbul perasaan cemas karena adanya pilihan yang sangat sulit dan memerlukan keputusan dalam waktu cepat.


Bagaimana cara memutus rantai generasi sandwich?.

Memutus rantai generasi sandwich bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Perlu konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan, berikut beberapa langkah yang bisa diambil.

1. Miliki tabungan rencana.

Miliki tabungan rencana yaitu tabungan dengan setoran rutin secara bulanan yang memiliki fasilitas auto debit dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana dan penarikannya dibatasi sesuai ketentuan bank.

Tabungan rencana ini bisa digunakan untuk tujuan misalnya pernikahan, Haji atau Umrah, pendidikan, wisata, dan lainnya. 

2. Menyiapkan program pensiun.

Menabung dengan membayar sejumlah uang yang sudah ditetapkan secara rutin dan hanya bisa diambil ketika memasuki usia pensiun. Hal ini merupakan langkah awal yang baik sebagai bukti sayang kamu kelak kepada anak dan berguna untuk menjamin kehidupan masa tua.

3. Miliki asuransi kesehatan.

Hal ini harus benar-benar harus diperhatikan agar kita sekeluarga mendapatkan jaminan kesehatan atas rawat inap, rawat jalan, pengobatan untuk gigi, penggantian kacamata, melahirkan sesuai dengan batasan yang dijamin polis.

Kita bisa memilih untuk memiliki asuransi kesehatan dari pemerintah (BPJS Kesehatan) atau dari swasta. 

4. Kurangi gaya hidup konsumtif.

Mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu merupakan langkah pertama, untuk itu kita perlu menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

5. Menyiapkan dana pendidikan anak.

Orang tua perlu menyiapkan biaya pendidikan anak untuk masa depan dimulai dari sekarang untuk meringankan beban orang tua dikemudian hari.


Jika kamu adalah generasi sandwich, maka tak ada salahnya untuk terbuka dengan orang tua untuk membahas kemampuan memberikan bantuan finansial. Dengan komunikasi yang terbuka, nantinya diharapkan sang orang tua akan mengerti dan tidak terlalu besar menuntut sehingga beban dan tingkat stress anak sedikit berkurang.

Sandwich Generation

Apa Itu Sandwich Generation? Ketahui Serba-Serbinya Berikut

Fenomena generasi sandwich kini banyak terjadi di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini biasanya terjadi pada seorang anak dalam suatu keluarga, di mana ia harus menghidupi orang tua, keluarganya sendiri, dan anak-anaknya dalam waktu bersamaan. Hasilnya, mereka sering mengalami tekanan psikis hingga memicu gangguan fisik seperti penyakit.

Bagi yang belum mengetahui apa itu sandwich generation, beberapa orang menganggap ini sebagai hal biasa sebagai bakti seorang anak terhadap keluarganya. Kenyataannya, orang yang terjebak dalam situasi ini dapat mengalami tekanan yang luar biasa. Padahal, dengan sejumlah langkah efektif yang dilakukan sejak dini, Anda dapat memperbaiki kondisi keuangan keluarga sehingga mencegah terjadinya fenomena generasi sandwich.


Apa itu Generasi Sandwich?

Seperti yang disebutkan di atas, generasi sandwich adalah sebuah fenomena di mana seseorang harus menghidupi tiga generasi keluarganya yang terdiri dari orang tua, dirinya sendiri, dan anaknya. Istilah ini dicetuskan oleh professor asal Kentucky University, yaitu Dorothy A. Miller, pada tahun 1981 dalam bukunya Social Work.

Ia menganalogikan fenomena ini seperti sebuah roti sandwich, di mana orang tua dan anak dianggap sebagai roti lapisan atas dan lapisan bawah, sedangkan seseorang yang terjebak dalam fenomena ini diibaratkan sebagai sebuah daging atau isi dari sandwich yang terhimpit di tengah-tengah roti.

Di Indonesia sendiri, sandwich generation cukup umum ditemui. Berdasarkan statistik dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2017, sebanyak 77,82 persen keluarga ditopang oleh anggota keluarga yang bekerja, dan hanya sekitar 7 persen yang mampu menghidupi dirinya sendiri lewat uang pensiun atau hasil investasi.

Sementara itu, lebih dari 50 persen lansia tinggal bersama anak, menantu, hingga cucunya dalam satu rumah yang sama. Hanya sekitar 20 persen saja lansia yang tinggal bersama pasangannya, sementara 9 persen memilih untuk hidup sendiri karena berbagai faktor.


Dampak dari Sandwich Generation

Setelah mengetahui apa itu sandwich generation, Anda juga wajib memahami dampak berbahaya yang bisa dialami oleh seseorang dalam generasi ini.


- Tingkat stres yang lebih tinggi

Banyaknya anggota keluarga yang harus dibiayai membuat seseorang dalam generasi sandwich berpeluang tinggi untuk mengalami stres. Hal itu terjadi karena mereka akan selalu mengalami kekhawatiran jika ada satu generasi yang tidak bisa dibiayai atau diberi makan. Sehingga, mereka bahkan tidak bisa menabung atau menggunakan penghasilan untuk diri sendiri. Prioritas mereka adalah memenuhi kebutuhan hidup orang yang ditanggung.


- Burnout atau kelelahan fisik dan juga mental pada diri sendiri

Sebagai hasil dari stres yang berkepanjangan, ditambah dengan beban pekerjaan yang semakin menumpuk, para generasi sandwich akan mengalami burnout di mana mereka merasa lelah fisik dan mental. Jika hal ini sampai terjadi, orang tersebut akan rentan terhadap penyakit fisik seperti kebotakan dini, pusing, dan kelelahan secara terus-menerus. Sementara itu, mereka juga bisa berisiko mengalami penyakit mental seperti panic attack atau depresi akut.


- Perasaan bersalah atau merasa tidak puas

Rasa bersalah jika mengalami kegagalan, atau merasa tidak puas saat mencapai sesuatu, juga menjadi dampak dari sandwich generation. Perasaan karena gagal sebagai tulang punggung keluarga, serta kehilangan satu dari sekian sumber penghasilan, dapat dialami oleh mereka jika gagal dalam karier. Namun, sekalipun mereka mampu mencapai karir yang cemerlang, mereka tidak akan merasa puas.

Hal ini terjadi karena mereka akan berusaha keluar dari ketakutan akan kekurangan dana untuk menghidupi anggota keluarga yang jumlahnya banyak. Hasilnya, mereka akan bekerja lebih keras lagi, yang berisiko meningkatkan stres dan depresi.


- Mudah merasa khawatir

Para generasi sandwich juga mudah untuk mengalami kekhawatiran jika terjadi sesuatu di luar rencana mereka. Misalnya, jika anak dan orang tua mengalami masalah kesehatan pada saat bersamaan, artinya mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak. Saat keuangan sedang pas-pasan, akan timbul perasaan cemas karena adanya pilihan yang sangat sulit dan memerlukan keputusan dalam waktu cepat.


Penyebab Terciptanya Sandwich Generation

Terdapat sejumlah faktor yang bisa menyebabkan terciptanya sandwich generation. Faktor-faktor tersebut adalah;


- Kurangnya kemampuan dalam finansial

Faktor pertama penyebab sandwich generation adalah kurangnya kemampuan seseorang dalam mengatur finansial. Misalnya, mereka tidak mempersiapkan tabungan untuk hari tua atau tidak memiliki simpanan cadangan untuk mencegah terjadinya hal yang memerlukan dana dalam jumlah besar. Sehingga, saat sudah waktunya untuk pensiun dan tidak lagi aktif bekerja, mereka tidak memiliki banyak uang untuk menghidupi kehidupannya sendiri dan harus bergantung kepada anak.


- Membeli barang-barang yang tidak penting

Kebiasaan membelanjakan uang untuk barang yang tidak penting ternyata juga bisa menjadi faktor terciptanya sandwich generation. Hal itu terjadi karena orang tersebut tidak mampu menentukan prioritas dan selalu membeli barang yang diinginkan dibandingkan dengan barang yang dibutuhkan.


- Orang yang dulunya merupakan generasi sandwich

Sejumlah negara berkembang mengalami masalah dalam memberantas situasi sandwich generation. Mereka menganggap bahwa anggota keluarga yang bekerja keras untuk menghidupi banyak anggota keluarga lainnya merupakan hal lumrah. Hasilnya, anak-anak yang terbiasa melihat fenomena ini kelak akan melakukan hal yang sama, di mana saat hari tua mereka akan bergantung kepada anak-anak mereka pula.


Cara Meminimalisir Terjadinya Sandwich Generation

Dengan mengetahui apa itu sandwich generation dan faktor yang menciptakannya, Anda juga perlu tahu bahwa kabar baiknya, situasi ini dapat diminimalisir. Artinya, banyak orang yang bisa terhindar dari generasi sandwich. Caranya adalah dengan melakukan beberapa hal ini:


- Mencatat pengeluaran dan pemasukan

Anda perlu mencatat setiap pengeluaran, baik untuk membeli kebutuhan atau barang lainnya, serta mencatat pemasukan yang diterima. Dengan begini, Anda bisa memonitor keuangan dengan baik dan mencoret pengeluaran yang kurang begitu penting kedepannya.


- Mengelola keuangan dengan bijak

Dengan mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan, Anda bisa mengelola keuangan dengan baik. Anda dapat mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, sehingga bisa fokus untuk menabung atau membeli barang yang merupakan kebutuhan saja.


- Memiliki penghasilan yang cukup, tidak dari satu sumber saja

Anda bisa mencari penghasilan di luar penghasilan utama. Sebagai contoh, Anda dapat memulai bisnis sampingan atau melakukan investasi. Alhasil, Anda tidak perlu kebingungan jika sewaktu-waktu memerlukan dana yang besar untuk keperluan bersifat mendadak.


- Komunikasikan bersama kerabat

Jika Anda sedang terjebak dalam situasi sandwich generation, yakinlah bahwa Anda tidak sendiri. Bagilah beban Anda kepada teman atau kerabat yang dipercaya. Jika memiliki saudara kandung, coba ajak mereka untuk diskusi agar kebutuhan keluarga bisa Anda tanggung sama-sama. Dengan begitu, beban finansial pun bisa sedikit berkurang, sehingga Anda dapat menabung lebih banyak.


Sumber :

https://www.prudentialsyariah.co.id/id/pulse/article/apa-itu-sandwich-generation/

3 Jenis Generasi Sandwich

Ada 3 Jenis Generasi Sandwich, Kamu Yang Mana?

15 June 2023 13:45


Indonesia merupakan negara yang secara natural mengalami Generasi Sandwich. Lihat saja bagaimana berbagai tuntutan dan keluh kesah Eva Manurung kepada menantunya mengenai uang bulanan untuk hidup dengan dalih sudah membesarkan anaknya Virgoun.

Pola pikir anak adalah investasi terbaik untuk hari tua tampaknya lebih menyilaukan dibandingkan dengan investasi saham yang secara ajaib mampu memberikan keuntungan dengan bunga berbunga atau compound interest.

Inilah salah satu alasan mengapa Generasi Sandwich tumbuh subur di Indonesia.

Beban seorang anak untuk menanggung beban orang tua baru satu jenis generasi sandwich dari tiga jenis. Apa saja jenisnya?


1. Traditional sandwich generation

Mereka yang masuk dalam kategori ini menanggung beban hidup orangtuanya, sekaligus pasangan dan anaknya. Tipe ini merupakan tipe yang seringkali diperbincangkan karena merupakan tipe umum dan sering menjadi studi kasus para perencana keuangan.


2. Club Sandwich Generation

Beban club sandwich generation tentu lebih besar ketimbang yang tradisional. Hal itu disebabkan karena, club sandwich menanggung beban keuangan keluarga di atas orangtuanya yang tidak lain adalah kakek-neneknya.

Dan bukan tidak mungkin, bisa saja mereka menanggung biaya hidup cucu-cucunya apabila mereka sudah memiliki cucu. Generasi sandwich yang satu ini umumnya berasal dari seseorang yang lahir dari keluarga besar.


3. Open faced sandwich generation

Kalau yang satu ini, umumnya adalah mereka yang sudah berkeluarga tapi belum memiliki anak. Namun pastinya, mereka harus menanggung beban orangtua.

Sekilas, beban keuangan mereka memang lebih kecil ketimbang tipe tradisional dan club sandwich. Mereka masih bisa melakukan ancang-ancang dalam hal keuangan untuk mengantisipasi masalah ini jika mereka memiliki momongan di kemudian hari.

Baik tipe tradisional dan open faced, sejatinya ada pula kategori extended yang merupakan kepanjangannya.

Disebut extended apabila mereka tidak hanya menanggung orangtua, melainkan saudara-saudara kandung mereka yang tidak lain adalah anak dari orangtuanya.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20230614060713-72-445676/ada-3-jenis-generasi-sandwich-kamu-yang-mana

BEBAN BERAT GENERASI SANDWICH

BEBAN BERAT JADI GENERASI SANDWICH. KAMU SALAH SATUNYA?

Pasti Sobat Sikapi sudah familiar kan dengan kata “sandwich’’? Tapi kalau generasi sandwich, apakah kamu sudah pernah mendengar sebelumnya atau baru pertama kali mengetahuinya?

Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller. Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya.

Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich dimana sepotong daging terhimpit oleh 2 buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.

Dikutip dari berbagai sumber, generasi sandwich terjadi pada seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki rentan umur dari 30 hingga 40 tahun. Namun ada pula yang menyebutkan rentang umur antara 30 hingga 50 tahun. Namun, seorang Aging and Elder Care Expert (seniorliving.org) bernama Carol Abaya mengkategorikan generasi sandwich menjadi tiga ciri berdasarkan perannya.

1. The Traditional Sandwich Generation

Orang dewasa berusia 40 hingga 50 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan finansial.


2. The Club Sandwich Generation

Orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua, anak, cucu (jika sudah punya), dan atau nenek kakek (jika masih hidup).


3. The Open Faced Sandwich Generation

Siapapun yang terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan merupakan pekerjaan profesionalnya (seperti pengurus panti jompo) termasuk ke dalam kategori ini.

Jika dilihat dari bebannya saja, dari sini kita sudah bisa merasakan bahwa generasi ini memiliki beban hidup yang cukup bahkan sangat berat. Lantas, mengapa generasi sandwich ini dapat terjadi?

Banyak faktor yang melatarbelakanginya, namun pada umumnya ini terjadi karena kegagalan finansial orang tua. Bukan maksud menyalahkan sepenuhnya, tapi orang tua yang tidak memiliki perencanaan finansial yang baik untuk masa tuanya akan berpotensi besar untuk membuat sang anak menjadi generasi sandwich berikutnya. Dan selanjutnya sang anak akan mengikuti jejak orang tuanya kelak sebagai orang tua yang tidak mandiri di masa tuanya, dan pada akhirnya berlanjut begitu seterusnya.

Bagaimana cara memutus rantai generasi sandwich?

Memutus rantai generasi sandwich bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Perlu konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan. Tak perlu untuk merasakannya terlebih dahulu. Bagi kamu yang saat ini beruntung karena belum berada di posisi ini, maka tak ada salahnya untuk mengikuti 6 langkah ini agar kamu dan generasi selanjutnya tidak lagi merasakan beban berat ini.


1. Miliki tabungan rencana

Jika kamu merasakan kesulitan untuk menabung, maka memilih tabungan rencana adalah sesuatu yang tepat. Tabungan rencana adalah tabungan dengan setoran rutin secara bulanan yang memiliki fasilitas auto debit dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana dan penarikannya dibatasi sesuai ketentuan bank (https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/DetailMateri/421).

Tabungan rencana ini ada banyak jenisnya yaitu pernikahan, Haji atau Umrah, pendidikan, wisata, dan lainnya. Jadi apapun tujuanmu di masa depan, kamu dapat mengelola keuanganmu dengan bijak dan disiplin dengan tabungan rencana. Apalagi tabungan ini juga mendapatkan polis asuransi jiwa yang sesuai dengan ketentuan masing-masing bank.


2. Menyiapkan program pensiun

Sama dengan menabung, Sobat Sikapi akan membayar sejumlah uang yang sudah ditetapkan secara rutin dan hanya bisa diambil ketika memasuki usia pensiun. Program pensiun adalah langkah awal yang baik sebagai bukti sayang kamu kelak kepada anak dan berguna untuk menjamin kehidupan masa tua Sobat sehingga nantinya dapat meminimalisir terjadinya generasi sandwich pada anak Sobat.

Saat ini, program pensiun dapat dimiliki oleh siapapun, tidak hanya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki program pensiun dari pemerintah. Jika kamu bukan ASN, maka kamu bisa menyiapkan program pensiun dengan mendaftarkan diri ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), yang telah dibahas secara lengkap di link: https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10482


3. Miliki asuransi kesehatan

Semakin bertambahnya usia, ketahanan tubuh akan semakin mudah turun yang berimbas pada kesehatan. Hal ini harus benar-benar kamu perhatikan dengan membuat asuransi kesehatan baik untuk diri sendiri, orang tua, maupun anak. Dengan memiliki asuransi ini kamu akan mendapatkan jaminan kesehatan atas rawat inap, rawat jalan, pengobatan untuk gigi, penggantian kacamata, melahirkan sesuai dengan batasan yang dijamin polis.

Kamu bisa memilih untuk memiliki asuransi kesehatan dari pemerintah (BPJS Kesehatan) atau dari swasta. Kamu bisa memilih perusahaan asuransi swasta yang telah terdaftar dan diawasi oleh OJK (bit.ly/PerusahaanAsuransi2019 dan bit.ly/AgenAsuransiDes2019).


4. Kurangi gaya hidup konsumtif

Konsumtif atau tidaknya gaya hidup seseorang memang relatif dan tergantung dengan kemampuan seseorang. Namun tidak ada salahnya kita mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu. Langkah pertama sebelum menguranginya, kamu harus menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginanmu.


5. Menyiapkan dana pendidikan anak

Dana pendidikan anak juga tak kalah penting sebagai upaya memutus mata rantai ini. Dengan asuransi pendidikan, orang tua dapat menyiapkan biaya pendidikan anak untuk masa depan dimulai dari sekarang dan tentu saja ini akan meringankan beban orang tua dikemudian hari.

Sebelum memilih asuransi pendidikan, pastikan kamu memperkirakan perhitungan biaya pendidikan anak secara detail, seperti akan memilih sekolah di mana yang disesuaikan dengan kemampuan finansial. Pilihlah perusahaan asuransi yang telah terdaftar dan diawasi oleh OJK (bit.ly/PerusahaanAsuransi2019 dan bit.ly/AgenAsuransiDes2019).


6. Mengajarkan anak untuk menabung dan belajar mandiri secara finansial

Perilaku gemar menabung harus diajarkan sedini mungkin oleh siapapun. Begitu pula jika kamu memiliki anak, maka segeralah untuk mengajarkan mereka belajar menabung, membedakan kebutuhan dan keinginan, hingga memotivasi untuk membeli kebutuhan mereka dari uang hasil menabung. Hal ini efektif untuk membuat anak menjadi semangat menabung. Selain menabung di celengan, kenalkan anak untuk membuka tabungan di bank yang kini terdapat program khusus anak yaitu Simpanan Pelajar (SimPel) untuk pelajar SD hingga SMA dan Simpanan Mahasiswa & Pemuda (SiMuda) untuk usia 18 hingga 30 tahun (https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20563) .

Jika Sobat Sikapi merupakan salah satu yang sedang mengalami menjadi generasi sandwich, maka tak ada salahnya untuk terbuka dengan orang tua untuk membahas kemampuan memberikan bantuan finansial. Memang pada ajaran agama dan prinsip budaya yang kita anut, anak diajarkan untuk berbakti dan membahagiakan orang tua. Namun, akan menjadi kurang tepat apabila kemudian diartikan jika orang tua yang sudah tidak berpenghasilan dapat dengan bebas menggantungkan diri pada anaknya yang bekerja. Dengan komunikasi yang terbuka, nantinya diharapkan sang orang tua akan mengerti dan tidak terlalu besar menuntut sehingga beban dan tingkat stress anak sedikit berkurang.

Semoga, kamu tidak menjadi generasi sandwich selanjutnya atau bahkan menjadi orang tua (generasi atas) yang dianalogikan sebagai roti penghimpit!


Sumber :

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20570

Monday, December 18, 2023

Strategi Hidup Frugal

Strategi Hidup Frugal di Tengah Arus Gaya Hidup Sosialita

21 July 2023 10:20

Frugal living bukan berarti memotong pengeluaran bulanan dan membuatmu menderita. Akan tetapi frugal living punya tujuan suci, yakni jalan untuk mencapai tujuan finansial. Frugal living adalah konsep hidup yang fokus pada prioritas keuangan dan mampu mengatur pengeluaran.

Seseorang yang ingin menerapkan gaya hidup frugal harus paham apa tujuan keuangan mereka dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Jadi dalam menjalani gaya hidup ini harus ada visi dan misi hidup, add list impian dan tujuan hidup di masa depan.

Frugal living ini yang menjadi strategi untuk mencapai visi keuangan tersebut. Gaya hidup ini tidak serta merta membuat seseorang dari makan 3 hari sekali menjadi 1 hari saja. Atau secara ekstrim berhemat seperti memotong anggaran bulanan misalnya Rp10 juta menjadi hanya Rp1 juta per bulan.

Ada langkah-langkah yang harus diterapkan dalam menjalani gaya hidup ini. Misalnya saja evaluasi pengeluaran selama ini, membuat prioritas dalam pengeluaran, bahkan dalam frugal living yang hemat kamu juga perlu investasi.

Ada beberapa metode atau strategi yang bisa kamu terapkan dalam menjalani frugal Living. Apa saja? 


Cash is King, Utang Harus Lunas!

1. Evaluasi dan Lacak Pengeluaran

Pertama, kamu harus tahu ke mana perginya uangmu selama sebulan. Pengeluaran apa saja yang selama ini membuat uangmu pergi. Kamu bisa mulai mencatat pemasukan dan pengeluaranmu di aplikasi yang menyediakan fitur anggaran. 

Cobalah dua bulan mencatat setiap pengeluaran, dan kamu bis amelakukan analisis serta pemetaan. Paling mudah adalah bisa mulai memilah berapa % untuk pengeluaran, berapa % untuk menabung, berapa % untuk hiburan, dan berapa % pemasukan anda untuk bayar cicilan.

Catatan ini bisa jadi modal awal untuk mengevaluasi pengeluaran. Setelah itu bisa mulai membangun prioritas pengeluaran dan mulai mencari pengganti dari pengeluaran yang kiranya boros.

Misalnya, pengeluaran paling besar adalah makanan. Kamu bisa mulai memasak untuk menghemat beberapa rupiah dari beli makanan di luar. Jika masak bagimu berat, kamu bisa gunakan jasa katering rumahan yang harganya bisa lebih murah ketimbang membeli makanan.

Atau kamu bisa berinvestasi dengan membeli mesin kopi seharga Rp1 jutaan dan tiap minggu mengeluarkan Rp100-150 ibu untuk membeli kopi bubuk atau kapsul kopi. Sehingga kamu bisa lebih hemat untuk membeli kopi seharga Rp40-50 ribu per gelas.


2. Lunasi atau Refinancing Hutang

Salah satu strategi lain untuk menghemat atau menjalani frugal living adalah mulai melunasi hutang-hutang mulai dari yang kecil. Dari mana uangnya? Bisa dari bonus tahunan atau bahkan merelakan Tunjangan Hari Raya yang dibagikan tiap tahunnya.

Jika belum cukup, kamu bisa melakukan refinancing hutang dengan cara melunasi hutang-hutang dengan bunga besar dengan hutang yang memiliki tingkat bunga rendah.

Misalnya kamu memiliki hutang pinjaman online yang bunga besar dan cicilan besar tiap bulannya. Kmau bisa melunasinya dengan pinjaman produk bank yang memiliki bunga pinjaman jauh lebih kecil sehingga beban tiap bulan tidak besar.


Investasi & Kontrol Belanjamu

3. Manfaatkan Diskon

Manfaatkan diskon-diskon atau potongan bisa jadi pilihan karena harga yang jauh lebih murah ketimbang jika membeli dengan harga normal. Salah satu contoh bisa dilakukan adalah membeli barang saat ada live di media sosial. Sebab harganya biasanya ada diskon hingga puluhan persen.

Atau ketika ada program dari pusat perbelanjaan seperti Transmart Full Day Sale akan dimulai pada 22 Juli 2023 sejak toko buka hingga pukul 22.00 WIB dengan promo-promo menarik diskon hingga 70%. Diskon seharian ini juga akan digelar di seluruh Transmart se-Indonesia.

Diskon ini berlaku untuk sejumlah produk, termasuk kebutuhan rumah tangga, aneka bahan-bahan pokok, hingga barang elektronik dan sepeda listrik.


4. Rencana Makan

Biasanya makanan jadi variabel pengeluaran terbesar dalam anggaran seseorang. Perencanaan makan dapat menghemat uang untuk makanan sekaligus menghilangkan pemborosan. Untuk merencanakan makan secara efektif, buka lemari es, freezer, dan dapur kamu dan lihat apa yang kamu miliki.

Cobalah merencanakan makanan berdasarkan apa yang sudah kamu miliki alih-alih membeli semua bahan. Misalnya, jika Anda memiliki sekotak pasta, bisa rencanakan memakan pasta dan hanya membeli bumbunya.

Makan makanan berdasarkan apa yang sudah kamu miliki menghemat uang dan memaksa Anda untuk menjadi kreatif. Punya sekotak telur dan tomat potong dadu? Buatlah hidangan shakshuka yang terinspirasi dari Timur Tengah. Punya roti dan daging giling? Membuat bakso buatan sendiri.


5. Investasi

Investasi adalah kunci untuk membangun kekayaan dan membuat uang Anda bekerja untuk kamu. Berivestasi bisa diinstrumen yang mampu mengalahkan inflasi untuk melindungi uangmu. Misalnya saja saham, reksa dana, atau Surat Berharga Negara (SBN).

Kamu harus mulai berinvestasi sesegera mungkin, karena waktu merupakan faktor penting untuk membangun'sarang telur yang kokoh' alias kekayaan.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20230720120319-72-455834/strategi-hidup-frugal-di-tengah-arus-gaya-hidup-sosialita?page=all

Tren Gaya Hidup Frugal Living

Mengenal Tren Gaya Hidup Frugal Living

Gaya hidup frugal living telah menjadi tren yang semakin populer di kalangan anak muda. Konsep frugal living berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan yang bijaksana dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang tren gaya hidup frugal living dan bagaimana hal tersebut dapat memberikan manfaat positif dalam kehidupan sehari-hari bersama kampus swasta terbaik di Bali dan Nusa Tenggara, Institut Bisnis dan Telnologi Indonesia (INSTIKI).

Frugal living berbeda dengan hidup hemat secara ekstrem, civitas INSTIKI. Frugal living memiliki tujuan yang sama, yaitu mengendalikan pengeluaran agar tidak melebihi pendapatan. Konsep ini mengajarkan untuk berfokus pada kebutuhan dasar daripada mengedepankan keinginan konsumtif yang berlebihan. Dengan cara ini, individu dapat membangun kestabilan finansial jangka panjang dan mencapai kebebasan finansial lebih cepat.


Menyusun Rencana

Salah satu aspek penting dalam frugal living adalah pengelolaan anggaran. Dengan menyusun rencana anggaran yang disiplin, seseorang dapat mengidentifikasi area pengeluaran yang dapat dikurangi atau dihilangkan. Misalnya, mengurangi makan di luar, membatasi belanja impulsif, atau mencari alternatif murah untuk kebutuhan sehari-hari.


Gaya Hidup Minimalist

Selain itu, frugal living juga mendorong gaya hidup minimalist. Ini berarti mengurangi kepemilikan barang yang tidak diperlukan dan menghargai apa yang kita miliki. Mengurangi konsumsi barang berarti menghemat uang dan juga berdampak positif pada lingkungan karena mengurangi limbah dan dampak karbon.


Kreatifitas dan Mandiri

Gaya hidup frugal living juga mengajarkan nilai-nilai seperti kreativitas dan mandiri. Dengan mencari cara alternatif untuk mencapai tujuan atau kepuasan tanpa harus mengeluarkan banyak uang, individu akan mengasah keterampilan dan kemampuan mereka. Misalnya, memperbaiki barang yang rusak daripada membeli yang baru.


Mengurangi Stress

Selain manfaat finansial, frugal living juga berdampak pada kesejahteraan pribadi. Dengan mengurangi stres tentang masalah uang, individu dapat merasa lebih tenang dan bahagia. Mereka dapat fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, seperti hubungan sosial, kesehatan, dan perkembangan diri.

Tidak hanya itu, gaya hidup frugal living juga membantu mengurangi tekanan pada lingkungan. Dengan membeli produk yang tahan lama, menghindari pemborosan, dan mengurangi sampah, individu dapat berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan planet kita.

Meskipun gaya hidup frugal living memiliki manfaat yang banyak, tentu saja tidak selalu mudah untuk diimplementasikan. Memerlukan komitmen dan kesadaran untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan konsumtif. Namun, dengan sedikit kesabaran dan tekad, manfaat jangka panjang yang diperoleh dari frugal living akan sangat berharga.


Sumber :

https://instiki.ac.id/2023/08/03/mengenal-tren-gaya-hidup-frugal-living/

Frugal Living, Hidup Hemat Bukan Pelit

6 Tips untuk Mulai Frugal Living, Hidup Hemat Bukan Pelit! Berikut 6 tips mudah untuk memulai frugal living. Cara hidup hemat, tapi bukan pelit. 

Jumat, 11 Agustus 2023

Banyak orang ingin menjadi kaya dan hidup nyaman tanpa kekurangan dari sisi finansial. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah dengan mengikuti pola hidup hemat atau frugal living saat ini agar menuai hasilnya di masa tua.  

Frugal living merupakan sebuah konsep yang mengutamakan efisiensi dalam penggunaan uang. Seorang menerapkan pola hidup hemat akan memiliki banyak pertimbangan pada setiap biaya yang dikeluarkan. 

Hidup hemat bukan berarti pelit kepada diri sendiri. Untuk menerapkan frugal living, Anda tak harus membeli barang-barang yang murah. Bisa jadi, Anda justru akan lebih memilih barang dengan harga yang harga yang sedikit mahal, namun berkualitas baika agar memberikan manfaat yang paling besar untuk jangka waktu lama.  

Anda tertarik untuk menerapkan pola hidup hemat? Berikut 6 tips mudah memulai frugal living seperti dilansir dari India Times, Kamis (10/8/2023).  6 Tips untuk Mulai Frugal Living 

1. Bedakan "Needs vs Wants" 

Anda harus selalu dapat mengenali perbedaan antara pengeluaran yang diperlukan (needs) dan yang tidak perlu (wants).  Kemampuan untuk membedakan perbedaan dalam pengeluaran Anda sangat penting saat anda mulai menabung. 

Hal ini akan berdampak sehingga pada kehidupan sehari-hari anda. Penting untuk memprioritaskan dan mengurus biaya yang diperlukan terlebih dahulu, misalnya biaya sewa, pembayaran otomatis, pinjaman gaji atau pembayaran uang muka, kebutuhan harian anda, misalnya makanan, bensin, utilitas, obat-obatan, dan pengeluaran apa pun yang terkait didalamnya. 

2. Simpan semua struk belanja  

Simpan kuitansi Anda untuk memudahkan melacak pengeluaran secara nyata. Cobalah mulai buat anggaran atau budgeting. Kegiata ini dapat membantu Anda memantau dan mengelola semua biaya Anda di satu tempat. Saat musim pajak tiba, menyimpan catatan tanda terima dengan hati-hati juga dapat membantu Anda menerima pengembalian pajak yang lebih baik. 

3. Do It Yourself (DIY) 

Kembangkan kemampuan hemat uang dengan usaha dan kemauan sendiri. Anda dapat mulailah memperhitungkan hal dasar dan simpel yang sering anda gunakan dan menentukan prioritas biaya yang lebih sedikit secara konsisten. Salah satu contoh yang paling mudah adalah dengan memasak dibandingkan membeli.  Anda juga bisa mencuci baju sendiri dibandingkan menitipkan di laundry pakaian. Coba untuk mengolah barang-barang yang tidak terpakai agar bisa digunakan untuk keperluan lain.  

4. Jangan takut nawar 

Cobalah sekali-kali untuk menawar saat berbelanja di pasar. Meski terasa tak tega dengan pedagang, Anda bisa mencoba menawar ketika membeli sebuah barang. Jika penawaran Anda diterima, hal itu akan membuat Anda merasa senang karena dapat menghemat uang.  

5. Reduce, Reuse, Recycle 

Memanfaatkan benda-benda tua dengan mengolahnya untuk digunakan kembali dengan cara baru dan menarik dengan teknik reduce, reuse, recycle. Anda akan terkejut dengan apa yang dapat Anda lakukan untuk menggunakan kembali barang-barang usang. Alih-alih membuang barang-barang, bangunlah proyek-proyek menarik dengan cara menggunakan kembali barang-barang lama. Kegiatan ini bisa menjadi hal yang menyenangkan apabila dilakukan bersama teman atau keluarga.  

6. Jangan belanja barang yang tak perlu  

Jangan menyepelekan hal mendasar seperti furniture rumah, kebutuhan fashion pria dan wanita, makanan, berbelanja di toko bahan makanan, atau bahkan paket keanggotaan di pusat kebugaran yang jarang Anda pakai.  Anda dapat hidup dengan hemat jika Anda mulai merencanakannya dengan benar hal-hal yang dibutuhkan dan tidak diperlukan agar tidak terjadi pemborosan pengeluaran secara berlebihan.


Sumber :

https://finansial.bisnis.com/read/20230811/55/1683945/6-tips-untuk-mulai-frugal-living-hidup-hemat-bukan-pelit.

Thursday, December 14, 2023

Investasi Generasi Sandwich

Apa Bisa Generasi Sandwich Berinvestasi untuk Masa Depan? 

24 Nov 2022

Senior Area Manager Mirae Asset Sekuritas, Linda Homiya menuturkan banyak faktor yang membuat golongan usia produktif berada di generasi ini.

Sandwich Generation (generasi sandwich) atau generasi terjepit dikenal sebagai kondisi seseorang yang menjadi tulang punggung, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan, mulai dari orang tua, diri sendiri dan keluarga jika sudah menikah. 

Dikutip dari Astra Life bersama Katadata Insight Center pada September 2021, sandwich generation berada di angka 48,7 persen, non-sandwich dengan anak 41,5 persen, dan non-sandwich tanpa anak sebesar 9,8 persen. Senior Area Manager Mirae Asset Sekuritas, Linda Homiya menuturkan banyak faktor yang membuat golongan usia produktif berada di generasi ini. 

Pertama, karena generasi sebelumnya kurang memiliki literasi keuangan sehingga tidak ada tabungan untuk menyiapkan dana pensiun. Kedua, terjadi musibah dalam keluarga. Salah satunya tidak bisa mencari penghasilan lagi sehingga generasi saat ini harus bertanggung jawab. Ketiga, lantaran salah mengambil keputusan finansial seperti investasi bodong hingga gagal dalam dunia bisnis. 

Para generasi sandwich memiliki beban hidup yang cukup bahkan sangat berat. Mereka perlu mengatur keuangannya agar memutus rantai generasi sandwich dan berinvestasi untuk masa depan. Lantas bagaimana caranya? 

Mengutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), para generasi terjepit perlu memiliki tabungan rencana, menyiapkan program pensiun. Kemudian memiliki asuransi kesehatan, kurangi gaya hidup konsumtif, menyiapkan dana pendidikan hingga mengajarkan anak untuk menabung dan belajar mandiri secara finansial. 

Sementara itu, Linda menuturkan para generasi sandwich harus bisa mengelola pendapatan dan pengeluaran. Memiliki penghasilan lebih besar dibandingkan pengeluaran. "Kita harus punya sumber income yang banyak sehingga nantinya ada sisa untuk di investasikan," kata Linda dalam saluran YouTube Mirae Asset Sekuritas dikutip Tirto, Kamis (24/11/2022). 

Setelah memiliki penghasilan dan bisa berinvestasi, Linda menyarankan agar para generasi terhimpit memiliki ilmu berinvestasi. Salah satunya menonton tips-tips berinvestasi yang aman. Generasi ini, kata Linda juga harus fokus dalam berinvestasi khususnya investasi dalam jangka panjang. 

"Jadi jangan cuma sebentar. Rutin melakukan setiap bulan, misalnya sudah mendapatkan penghasilan lebih diinvestasikan, belajar," kata Linda. Linda menyarankan agar para generasi roti jepit ini untuk menggunakan saham sebagai instrumen investasi. 

Dia yakin walaupun saham memiliki risiko yang besar bukan berarti tidak bisa berinvestasi. Salah satunya dengan mencari saham yang fundamental. Tidak lupa, sebelum membeli saham perlu memperhatikan laporan keuangan atas saham yang akan dipegang. 

Linda menyarankan agar memilih saham yang rutin membagikan dividen. "Kita bisa lihat secara long term saham ini memiliki kenaikan terus. Bisa cuan capital gain, bisa cuan dividen dari saham tersebut," bebernya. 

Kemudian, Linda menyarankan agar mereka membeli saham saat harga sedang murah. Lalu bisa juga memulainya dengan modal sedikit demi sedikit dan tidak mengharapkan keuntungan tinggi dalam waktu dekat. 

Dia pun tidak menampik generasi terimpit ini sulit untuk membeli saham. Karena itu Linda menyarankan agar mereka bisa berinvestasi di instrumen reksadana yang dinilai lebih fleksibel dan risiko rendah. 

Linda optimistis para generasi terjepit bisa memutus rantai dengan berinvestasi. Dengan cara rajin menabung saham dan memiliki mental yang kuat. "Saya yakin generasi sandwich bisa memiliki keinginan untuk hidup lebih baik lagi, sehingga harus sering-sering belajar dan punya mental yang kuat, rajin nabung saham," pungkasnya.


Sumber :

https://tirto.id/apa-bisa-generasi-sandwich-berinvestasi-untuk-masa-depan-gyW6

Friday, December 8, 2023

Unit Link (lagi)

Beberapa waktu lalu banyak orang yang protes terhadap produk asuransi.

Pada saat proses pemasarannya, para agen memberikan iming-iming keuntungan investasi yang besar kepada nasabah, namun pada prakteknya malah banyak nasabah yang mengalami kerugian.

Produk yang dimaksud adalah sebuah proteksi sekaligus investasi, yang dirasa lebih menguntungkan sehingga banyak konsumen yang tertarik membeli.

Tercatat dalam 10 tahun terakhir, produk ini telah tumbuh 10 ribu persen. 

Banyak konsumen yang terbuai dengan iming-iming kombinasi investasi dan proteksi dalam satu produk yang saat dijelaskan oleh marketing mempunyai 1000 manfaat.

Investasi dan asuransi, belakangan berkembang bukan hanya sebagai produk proteksi, tetapi juga mulai dikombinasikan dengan produk investasi. Produk ini dikenal sebagai unit link.

Dari website resmi ojk.go.id, didefinisikan bahwa Asuransi Jiwa Unit Link adalah kontrak asuransi yang memberikan manfaat perlindungan dengan premi rendah sekaligus investasi. Jenis asuransi ini memberikan manfaat perlindungan asuransi kematian dan investasi sekaligus.

Jadi singkatnya, Unit Link merupakan perkawinan antara 2 produk keuangan, yaitu asuransi jiwa berjangka + reksadana. Ditawarkan melalui polis asuransi jiwa, sehingga menjadikan produk ini BUKAN produk investasi, tapi ada TAMBAHAN fitur berinvestasi.

Reksadana dan Unit Link pada dasarnya adalah produk keuangan yang persis sama. Dana dari para investor akan masuk ke dalam suatu wadah dan dikelola oleh seorang Manajer Investasi. 

Jadi, jika berbicara resiko dan potensi keuntungan investasi untuk berbagai jenis dana kelolaan dari mulai pasar uang, campuran, hingga saham, akan memiliki akhir sama saja. 

Namun, suatu produk yang dijual independen dan harus dibandingkan dengan suatu produk lain, tentu saja ada fitur-fitur penting yang akan sangat membedakan dan bisa berdampak terhadap rencana keuangan Anda.

Membeli produk unit link itu ibarat menyelam sambil minum air. Sekali membeli, dua sasaran langsung kita raih. Pertama, memperoleh perisai asuransi untuk melindungi kita dari kejadian tak terduga di masa depan. Kedua, mendapatkan manfaat investasi yang akan menambah aset kita.

Hal ini karena di dalam skema produk unit link, uang yang disetorkan nasabah tidak hanya diperuntukkan membayar premi asuransi, tetapi juga diinvestasikan oleh perusahaan asuransi melalui manajer investasi, agar nilainya terus berkembang.

Produk ini memang memiliki minat yang tinggi dari publik lantaran asuransi unit link membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang kian berkembang, dan memberikan manfaat melalui pembayaran klaim dan dana hasil investasi.

Namun unit link sejatinya tidak bebas risiko. Salah satunya risiko penurunan nilai investasi.

Kekurangan dari unit link lainnya adalah konsumen tak dapat melacak ke mana dananya diinvestasikan dan biaya apa saja yang harus dikeluarkan menyusul pilihan investasi tersebut. 

Karena unit link berbeda dengan produk investasi seperti reksa dana. 

Juga berbeda jika kita mengambil asuransi dan investasi secara terpisah, karena nasabah akan sangat leluasa menentukan keputusan keuangannya. Mereka bisa mengurangi atau bahkan menyetop investasinya tanpa khawatir kehilangan perlindungan dari asuransinya.

Anda harus sadar, meski setoran premi asuransi hanya berdurasi 7 hingga 10 tahun, namun biaya asuransi akan terus terdebit dari rekening hingga polis tidak berlaku. Sehingga, ada kemungkinan investasi Unit Link Anda akan terambil secara otomatis oleh porsi asuransi untuk bayar premi.

Biaya yang tinggi pada polis unit link sehingga kita jangan berharap akan meraih investasi optimal di lima tahun pertama. Pasalnya, di periode tersebut, hasil investasi kita akan dikurangi dengan biaya akusisi. 

Oleh karena sebelum memutuskan membeli produk unit link, pastikan pilih jenis unit link yang sesuai dengan profil pribadi kita. Misalnya, nasabah konservatif jangan memilih unit link dana saham yang berisiko tinggi, sebaliknya nasabah agresif jangan memilih unit link pendapatan tetap yang memberi imbal hasil rendah.

Jadi, Seperti solusi finansial lainnya, asuransi dapat mendukung kebutuhan Anda sekaligus dapat disesuaikan dengan rencana masa depan Anda. Dalam memilih asuransi, Anda bukan hanya memperhitungkan berapa jangka waktu polis, melainkan Anda perlu memperhatikan manfaat dan risiko-risiko yang mungkin terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman. 

Sebagai contoh, pemahaman atas risiko investasi pada Polis unit link bisa jadi baru Anda pahami ketika Polis sudah lama issued. 

Untuk memahami risiko investasi tersebut dapat ditanyakan dan dikonfirmasikan kembali sebelum Anda menyetujui ilustrasi dan memutuskan untuk membeli Polis.

Sekali lagi, Apapun yang Anda pilih, pastikan sesuai dengan kebutuhan Anda dan Anda memahami seluruh ketentuan dalam Polis sebelum menyetujui untuk membeli produk Asuransi tersebut.

Related Posts