Friday, December 22, 2023

Generasi Sandwich

Fenomena generasi sandwich saat ini menjadi ngetren.

Banyak yang berkeluh kesah karena hal ini. Orang yang terjebak dalam situasi ini dapat mengalami tekanan yang luar biasa. Bahkan generasi ini sering mengalami tekanan psikis hingga memicu gangguan fisik seperti penyakit.

Sandwich Generation (generasi sandwich) atau generasi terjepit dikenal sebagai kondisi seseorang yang menjadi tulang punggung, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan, yaitu dimana generasi sandwich ini harus menghidupi tiga generasi keluarganya yang terdiri dari orang tua, dirinya sendiri, dan anaknya. 

Seperti sebuah roti sandwich, di mana orang tua dan anak dianggap sebagai roti lapisan atas dan lapisan bawah, sedangkan seseorang yang terjebak dalam fenomena ini diibaratkan sebagai sebuah daging atau isi dari sandwich yang terhimpit di tengah-tengah roti.

Sandwich generation berada di angka 48,7 persen, non-sandwich dengan anak 41,5 persen, dan non-sandwich tanpa anak sebesar 9,8 persen. Banyak faktor yang membuat golongan usia produktif berada di generasi ini. 

Pertama, karena generasi sebelumnya kurang memiliki literasi keuangan sehingga tidak ada tabungan untuk menyiapkan dana pensiun. 

Kedua, terjadi musibah dalam keluarga. Salah satunya tidak bisa mencari penghasilan lagi sehingga generasi saat ini harus bertanggung jawab. 

Ketiga, lantaran salah mengambil keputusan finansial seperti investasi bodong hingga gagal dalam dunia bisnis. 

Para generasi sandwich memiliki beban hidup yang cukup bahkan sangat berat. Mereka perlu mengatur keuangannya agar memutus rantai generasi sandwich dan berinvestasi untuk masa depan.

Generasi sandwich menjadi tiga ciri berdasarkan perannya, yaitu:.

1. The Traditional Sandwich Generation.

Orang dewasa berusia 40 hingga 50 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan finansial.

2. The Club Sandwich Generation,

Orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua, anak, cucu (jika sudah punya), dan atau nenek kakek (jika masih hidup).

3. The Open Faced Sandwich Generation.

Siapapun yang terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan merupakan pekerjaan profesionalnya (seperti pengurus panti jompo) termasuk ke dalam kategori ini.


Dampak berbahaya yang bisa dialami oleh seseorang dalam generasi ini, yaitu diantaranya:

Tingkat stres yang lebih tinggi, karena banyaknya anggota keluarga yang harus dibiayai membuat seseorang dalam generasi sandwich berpeluang tinggi untuk mengalami stres. Hal itu terjadi karena mereka akan selalu mengalami kekhawatiran jika ada satu generasi yang tidak bisa dibiayai atau diberi makan. 

Burnout atau kelelahan fisik dan juga mental pada diri sendiri.

Stres yang berkepanjangan, ditambah dengan beban pekerjaan yang semakin menumpuk, para generasi sandwich akan mengalami burnout di mana mereka merasa lelah fisik dan mental. Sehingga orang akan rentan terhadap penyakit fisik seperti kebotakan dini, pusing, dan kelelahan secara terus-menerus. Serta berisiko mengalami penyakit mental seperti panic attack atau depresi akut.

Perasaan bersalah atau merasa tidak puas.

Rasa bersalah jika mengalami kegagalan, atau merasa tidak puas saat mencapai sesuatu, juga menjadi dampak dari sandwich generation. Perasaan karena gagal sebagai tulang punggung keluarga, serta kehilangan satu dari sekian sumber penghasilan, dapat dialami oleh mereka jika gagal dalam karier. 

Mudah merasa khawatir.

Para generasi sandwich juga mudah untuk mengalami kekhawatiran jika terjadi sesuatu di luar rencana mereka. Misalnya, jika anak dan orang tua mengalami masalah kesehatan pada saat bersamaan, artinya mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak. Saat keuangan sedang pas-pasan, akan timbul perasaan cemas karena adanya pilihan yang sangat sulit dan memerlukan keputusan dalam waktu cepat.


Bagaimana cara memutus rantai generasi sandwich?.

Memutus rantai generasi sandwich bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Perlu konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan, berikut beberapa langkah yang bisa diambil.

1. Miliki tabungan rencana.

Miliki tabungan rencana yaitu tabungan dengan setoran rutin secara bulanan yang memiliki fasilitas auto debit dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana dan penarikannya dibatasi sesuai ketentuan bank.

Tabungan rencana ini bisa digunakan untuk tujuan misalnya pernikahan, Haji atau Umrah, pendidikan, wisata, dan lainnya. 

2. Menyiapkan program pensiun.

Menabung dengan membayar sejumlah uang yang sudah ditetapkan secara rutin dan hanya bisa diambil ketika memasuki usia pensiun. Hal ini merupakan langkah awal yang baik sebagai bukti sayang kamu kelak kepada anak dan berguna untuk menjamin kehidupan masa tua.

3. Miliki asuransi kesehatan.

Hal ini harus benar-benar harus diperhatikan agar kita sekeluarga mendapatkan jaminan kesehatan atas rawat inap, rawat jalan, pengobatan untuk gigi, penggantian kacamata, melahirkan sesuai dengan batasan yang dijamin polis.

Kita bisa memilih untuk memiliki asuransi kesehatan dari pemerintah (BPJS Kesehatan) atau dari swasta. 

4. Kurangi gaya hidup konsumtif.

Mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu merupakan langkah pertama, untuk itu kita perlu menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

5. Menyiapkan dana pendidikan anak.

Orang tua perlu menyiapkan biaya pendidikan anak untuk masa depan dimulai dari sekarang untuk meringankan beban orang tua dikemudian hari.


Jika kamu adalah generasi sandwich, maka tak ada salahnya untuk terbuka dengan orang tua untuk membahas kemampuan memberikan bantuan finansial. Dengan komunikasi yang terbuka, nantinya diharapkan sang orang tua akan mengerti dan tidak terlalu besar menuntut sehingga beban dan tingkat stress anak sedikit berkurang.

No comments:

Post a Comment

Related Posts