Saturday, December 21, 2013

Pentingnya Membuat Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan panduan bagi kita untuk mengevaluasi kinerja usaha kita. Terkadang bagi UKM, laporan keuangan bukan merupakan hal yang diprioritaskan dalam berusaha. “Yang penting jalan dulu aja deh”, menurut para pelaku UKM apabila ditanyakan mengenai laporan keuangan.

Sebenarnya dengan laporan keuangan, informasi apa saja yang pelaku UKM bisa dapatkan?

1.      Usahaku Untung atau Rugi? 

Inilah pertanyaan pertama semua pelaku usaha yang membutuhkan laporan keuangan. Usahaku ini untung atau rugi. Apabila teman-teman UKM mempunyai minimum pencatatan uang masuk dan keluar dari kegiatan usahanya, laporan laba rugi ini bisa dengan mudah dibuat. Cukup dengan menjumlahkan semua penghasilan yang didapat dari penjualan produk atau jasa kita dikurangi dengan semua biaya yang kita keluarkan. Laporan laba rugi ini masih sederhana sekali, cocoknya untuk jasa dan perdagangan sederhana.

2.      Usahaku Berkembang Tidak Ya? 

Indikator usaha kita berkembang atau tidak, dapat dilihat dari laporan bulan per bulan yang dihasilkan dari laporan laba rugi. Contohnya, apabila penjualan kita meningkat (biasa disebut omzet), maka usaha kita berarti berkembang dari sisi penjualan. Nah sekarang tinggal teman-teman cek juga untuk biayanya. Normalnya adalah total biaya kurang dari total penjualan yang berarti laba/untung. Apabila usaha kita berkembang tetapi masih rugi, dapat dibuat evaluasi kira-kira biaya apa yang mempengaruhi hal tersebut.

3.      Perkembangannya Sudah Sesuai Harapan 

Terkadang harapan pelaku UKM untuk usahanya sederhana saja. Bisa tidak ya usaha saya ini menggantikan pekerjaan utama saya? Itulah harapan pada umumnya. Pelaku UKM bisa mengevaluasi posisi laba usahanya dan melakukan simulasi  apabila ingin berhenti dari pekerjaan utama nya. Normalnya adalah usaha tersebut dapat menutup biaya gaji pemilik dan karyawan dan masih menghasilkan laba. Tetapi jangan langsung diukur dengan gaji yang besar, karena bisa jadi usaha yang kita dirikan masih membutuhkan dana untuk berkembang.

4.      Produk atau Jasa Mana yang Paling Menguntungkan 

Dengan membagi penjualan berdasarkan kategori, evaluasi yang dihasilkan bisa sampai dengan apakah produk atau jasa mana yang paling menguntungkan. Contoh : apabila kita berjualan pulsa, pulsa dari operator manakah yang lebih untung dan yang manakah yang lebih cepat lakunya. Hal ini dapat dijadikan penentuan strategi, kita akan berfokus pada produk atau jasa yang mana. 

5.      Apakah Harus Lanjut atau Tutup   

Pertanyaan ini biasanya ditanyakan para pelaku UKM yang secara terus menerus menyetor uang untuk tambahan modal usahanya. Dengan laporan keuangan, contohnya setelah Anda memiliki laporan keuangan selama 2 tahun, usaha yang Anda jalankan ternyata omset penjualan belum mencapai target dan biaya yang dikeluarkan tidak bisa dikurangi. Artinya apakah pilihan usaha tersebut akan dilanjutkan atau dihentikan saja. Dengan begitu, penilaian kita lebih obyektif dan bukan berdasarkan perasaan kita pribadi.

Sekian artikel mengenai kegunaan dari laporan keuangan. Semoga dapat membantu pelaku UKM dalam mengembangkan bisnisnya.

Sumber:
http://portalpengusaha.com/

Tuesday, December 17, 2013

Perencanaan Keuangan saat Punya Anak Lagi


Senang rasanya, ketika berencana untuk menambah anak lagi dengan pasangan.  Buat saya sendiri, hamil dan ketika anak masih bayi adalah masa yang paling membuat was-was sekaligus juga menyenangkan. Was-was karena si bayi belum bisa menolong diri sendiri, sehingga orangtua harus menjaga kondisi si bayi supaya aman dan nyaman. Senang karena melihat pertumbuhan mereka yang sangat pesat di usia tersebut.

Ternyata, hamil dan mengurus si sulung saat masih bayi dengan mengurus adiknya, sangatlah berbeda. Secara mental, tentunya ketika anak pertama cenderung serba takut.  Semua dilakukan serba hati-hati, karena pengalaman mengurus bayi yang masih minim. Namun ketika si adik lahir, rasa percaya diri dalam mengurusnya lebih tinggi, karena pengalaman mengurus si kakak. Walaupun tidak sama persis, tapi setidaknya sudah punya skills dasarnya.

Begitu juga dalam merencanakan keuangan. Bagi yang sudah pernah memiliki anak, sedikit banyak sudah bisa menghitung dana apa saja yang dibutuhkan. Mulai dari pengeluaran bulanan, seperti biaya kebutuhan sehari-hari untuk anak, atau biaya menggunakan jasa pengasuh. Begitu juga dana yang dikeluarkan untuk kesehatan, seperti vaksinasi berikut biaya kunjungan ke dokter .  Dari pengalaman sebelumnya dengan anak pertama, Anda dapat mengetahui perkiraan kenaikan pengeluaran bulanan jika anak berikutnya lahir.

Memiliki anak kedua, selain sudah siap dengan pengalaman, biasanya pengeluaran-pengeluaran untuk anak kedua ini bisa jauh lebih kecil dibandingkan ketika kakaknya lahir seperti membeli tempat tidur bayi, pakaian, peralatan mandi, atau stroller. Jika jarak anak tidak terlalu jauh, dan barang-barang tersebut masih layak pakai maka anggaran belanja bisa dikurangi.

Yang perlu dipersiapkan tidak hanya masalah anggaran belanja maupun pengaturan cash flow, tapi juga tambahan tujuan investasi. Dana pendidikan pun perlu dipersiapkan, oleh karena itu kita pelu meningkatkan kemampuan dalam menyisihkan dana untuk investasi tersebut.  Lebih baik lagi, persiapan dana pendidikan ini dilakukan pada saat berencana untuk memiliki anak kedua, sehingga persiapannya akan lebih matang dan beban investasi bisa lebih ringan.

Jadi, punya anak lagi? Yuk persiapkan keuangan anda dengan matang untuk menyambut kelahirannya!

Sumber :
http://qmfinancial.com

Friday, December 13, 2013

Satu Rekening atau Banyak Rekening Di Beberapa Bank


Berapa banyakkah jumlah rekening yang Anda miliki? Satu bank atau banyak bank? Percaya atau tidak, bagaimana Anda mengatur rekening Anda tidak hanya membantu Anda merapikan keuangan atau finansial Anda, tetapi juga dapat saja memberikan Anda berbagai keuntungan lainnya. Jadi yang manakah yang lebih baik? Satu bank atau banyak rekening di berbagai bank?

Keuntungan hanya menggunakan satu bank

Satu Rekening Bank

Walaupun pada kenyataannya hal ini sudah sangat jarang terjadi tapi hanya menggunakan satu bank juga memiliki keuntungan tersendiri dibandingkan mereka yang memiliki banyak rekening. Beberapa di antaranya adalah kesederhanaan pastinya. Dengan semuanya berada di satu temapt, Anda hanya perlu mengunjungi satu bank, transaksi hanya melalui satu rekening dan hanya perlu mengingat satu set informasi terkait rekening Anda.

Tanyakan diri Anda sebelum membuka rekening di bank lain

Tetapi seiring berjalannya waktu maka strategi finansial Anda juga akan berubah. Dari yang tadinya Anda hanya menggunakan satu bank, karena berbagai kondisi Anda diharuskan untuk membuka rekening lain di bank lain, atau mungkin Anda memang ingin membuka rekening di bank lain. Apapun alasan Anda, sebelum Anda membuka rekening di bank lain coba tanyakan 4 pertanyaan berikut ini ke diri Anda.

1. Apakah ada kemungkinan Anda akan "Meminjam dari Diri Anda Sendiri"?

'Meminjam Dari Diri Anda Sendiri'

Salah satu alasan mengapa orang-orang membuka beberapa rekening adalah karena mereka ingin mengorganisir keuangan mereka menjadi 'uang cadangan' dan 'uang sehari-hari'. Uang cadangan ini dapat saja adalah uang perusahaan, uang darurat, atau uang yang memang bukan untuk kebutuhan sehari-hari Anda.

Dengan begitu maka Anda hanya akan mengambil uang dari rekening untuk kebutuhan sehari-hari Anda, dan Anda tidak akan menyentuh uang terpisah yang memang Anda siapkan untuk kebutuhan ke depan. Ini adalah salah satu alasan yang baik mengapa Anda mulai membuka rekening baru di bank lain.

Jika Anda hanya memiliki satu rekening dan tidak memiliki catatan keuangan yang matang, maka ada kemungkinan Anda akan 'meminjam uang dari diri Anda sendiri'. Hal ini akan membuat Anda bingung dan berusaha mengembalikan uang tersebut ke satu-satunya rekening Anda lagi. Setelah beberapa lama maka ada kemungkinan Anda akan mulai melupakan semua itu kemudian mengulangnya dari awal lagi.

2. Apakah Anda dapat mendapatkan bunga yang lebih tinggi?

Suku bunga

Jika Anda memisahkan uang untuk kebutuhan-kebutuhan seperti ini, tentunya Anda ingin mendapatkan bank yang memiliki suku bunga tinggi. Setelah Anda menemukan bank yang memiliki suku bunga yang lebih tinggi dari bank Anda sebelumnya, maka Anda memiliki dua opsi di sini. Menutup rekening Anda sebelumnya dan memindahkan uang Anda ke rekening yang baru atau tetap menyimpan rekening Anda sebelumnya sebagai salah satu alternatif transaksi finansial Anda.

Tapi ketahuilah bahwa jika Anda tetap menyimpan rekening Anda yang sebelumnya, beberapa bank akan mengenakan biaya bulanan ke rekening Anda tersebut walaupun Anda tidak menggunakannya. Jika Anda memang tidak akan menggunakannya lebih baik menutupnya.

3. Apakah Akan merugikan Anda?

Merugikan Diri Anda

Tentunya sebelum melakukan segala sesuatu terkait keuangan Anda, Anda harus melakukan tugas Anda terlebih dahulu untuk melihat apakah tindakan tersebut akan merugikan Anda. Sebagai contoh, Anda mungkin telah menerterakan informasi rekening Anda di tagihan-tagihan Anda, seperti tagihan digital, tagihan pembayaran pemakaian listrik atau air, dan sejenisnya. Dan jika Anda memutuskan untuk menutup rekening ini maka tentunya Anda harus siap dengan segala kerepotan yang akan Anda hadapi saat menghadapi semua tagihan ini. Tugas lainnya adalah benar-benar mencari informasi lebih terkait bank tersebut, seperti biaya penutupan, jam dan proses transaksi, fasilitas, bunga, letak cabang, ATM, biaya bulanan dan sejenisnya.

Anda juga harus mengetahui bahwa untuk menutup suatu rekening terkadang tidaklah mudah. Ada beberapa bank yang mengharuskan Anda untuk mempertahankan jumlah minimum rekening terkait untuk beberapa waktu hingga rekening Anda benar-benar ditutup, beberapa lainnya mungkin akan mengharuskan Anda mengurus berbagai dokumen dan membayar biaya penututupan. Jadi sebelum membuka suatu rekening pastikan Anda benar-benar siap untuk membukanya.

4. Apakah Anda memang membutuhkan lebih dari satu rekening?

Banyak Rekening

Jika Anda adalah orang beruntung yang memiliki banyak uang, maka Anda harus memperkirakan berapa jumlah maksimum yang ingin Anda letakkan di satu rekening. Ketahui terlebih dahulu berapa biaya yang dapat dikembalikan asuransi bank terkait jika pada kasus terburuk, bank tersebut bangkrut. Usahakan agar jumlah uang pada rekening Anda tidak melebihi jumlah yang dapat dikembalikan asuransi bank tersebut.

Hal lainnya yang harus Anda tanyakan adalah apakah Anda memang membutuhkan banyak rekening? Untuk kebutuhan apa? Apakah tidak bisa menutup rekening sebelumnya setelah Anda membuka rekening yang baru? Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, beberapa bank akan mengenakan biaya bulanan terkait rekening Anda baik Anda menggunakannya atau tidak. Jadi semakin banyak rekening yang Anda miliki maka biaya bulanan Anda akan semakin besar.

Bagaimana Mengetahui apakah bank itu memang cocok untuk Anda?

Bank yang Cocok untuk Anda?

Untuk mengetahui apakah suatu bank benar-benar cocok untuk Anda, merupakan hal yang sangat relatif. Itu tergantung atas kebutuhan Anda, terlepas dari letak cabang, ATM, bunga dan seterusnya. Semua itu tergantung apakah Anda benar-benar akan bertransaksi melalui bank tersebut dan merasa nyaman akan hal tersebut.

Jika Anda jarang sekali bertransaksi namun nyaman-nyaman saja akan bank tersebut maka Anda boleh membuatnya menjadi rekening untuk uang cadangan Anda. Tapi jika Anda memang jarang bertransaksi dan sudah tidak merasa nyaman akan bank tersebut baik karena layanan yang kurang, selalu rame, dan sejenisnya maka jangan pilih bank tersebut. Sederhana bukan?

Sumber :
http://www.tahupedia.com

Arisan Termasuk Investasi?

Konsep arisan yang mewajibkan setiap pesertanya menyetor sejumlah uang tertentu dalam nilai yang sama, kemudian diundi untuk menentukan siapa yang berhak menerima uang atau barang tersebut, dinilai cukup menguntungkan dari segi keuangan. Bahkan, sebagian menganggap arisan sebagai bentuk investasi.

Memang arisan masa kini tidak hanya membuat kita menerima uang saja, tapi bisa berupa emas, berlian, atau tas-tas bermerek. Para peserta arisan merasa dengan mengikuti arisan mereka bisa untung karena mendapatkan barang-barang bernilai tersebut.

Tetapi pendapat tersebut ditepis perencana keuangan Taufik Gumulya. Menurutnya, arisan bukanlah bentuk investasi.

"Ikut arisan kan sama seperti kita membeli sesuatu. Bahkan jika hadiahnya adalah emas atau berlian. Itu sama dengan kita membeli emas atau berlian misalnya, dengan harga Rp 20 juta, tapi bayarnya mencicil," katanya.

Taufik menjelaskan, arisan dan investasi memiliki konsep yang berbeda. "Investasi adalah menunda sekarang untuk menikmati di kemudian hari. Sementara jika ikut arisan dia membayar untuk barang yang akan dia dapat," ujarnya.

Jika dalam investasi ada kemungkinan untung atau rugi, maka mengikuti arisan pasti kita akan dapat. Selain itu dalam investasi kita juga bisa melakukan pengelolaan sehingga nilai aset akan bertambah di masa datang.

Kelebihan dari mengikuti arisan, menurut Taufik, adalah jika kita mendapat atau menarik kocokan pertama. "Tapi keuntungannya lebih berupa times value of money. Kalau dapat terakhir sama saja kaya kita membeli sesuatu, atau mengumpulkan uang sendiri," paparnya.

Sumber :
http://www.vemale.com

Friday, December 6, 2013

Evaluasi Keuangan Anda


“Until you can show that you can handle what you’ve got, you won’t get any more. The habit of managing your money is more important than the amount.”

Salam readers,

Saya sangat menyukai quote yang saya peroleh ketika belajar mengenai “money personality” beberapa tahun silam. Saya percaya, yang kita dapatkan di dunia ini akan disesuaikan dengan kapasitas diri kita. Saat ingin dapat lebih besar, sudahkah menjadi wadah yang juga lebih besar dibandingkan sebelumnya?

Sebagai ilustrasi, anak kita yang berusia lima tahun merengek minta es krim cone (bukan gelas) yang terdiri atas tiga scoops dengan rasa berbeda. Karena sayang, kita mengabulkan. Belum tuntas disantap, es krim terjatuh. Anak menangis minta gantinya.

Sadar akan kurangnya kemampuan dan kapasitas anak dalam memegang dan memakan es krim cone 3 tumpuk, apakah Anda akan membelikan yang sama atau menggantinya dengan ukuran lebih kecil sesuai kapasitasnya?

Sama halnya dengan uang. Saya percaya Tuhan mencukupkan atau melebihkan rezeki seseorang berdasarkan kapasitas yang dimilikinya. Sang Pemberi rezeki tidak akan menambah rezeki hingga yakin kita mampu menangani, mengelola, dan bertanggung jawab terhadap yang sudah ada.

Karena itulah, saat ingin mengubah kondisi finansial, Anda harus bisa mengevaluasi perilaku terhadap uang. Ingat, dalam mengelola uang, 80 persennya terkait dengan tingkah laku kita terhadap uang selama ini. Coba tengok, apa yang mesti diperbaiki dari kebiasaan terhadap uang.

Untuk mengevaluasi kondisi keuangan, mulailah dengan arus kas. Cek, pengeluaran selama ini, lebih banyak untuk kebutuhan atau keinginan. Kondisi rasio pengeluaran bulanan terhadap pendapatan juga perlu dievaluasi. Jika di bawah 70 persen, itu pertanda kondisi keuangan yang sehat.

Kemudian, perlu juga mengecek porsi tabungan dan investasi serta kondisi harta dibandingkan utang yang Anda miliki. Rasio berinvestasi terhadap total pendapatan sebaiknya di atas 15 persen. Di saat bersamaan, Anda pun harus bisa menjaga rasio utang terhadap total pendapatan yang harus di bawah 35 persen setiap bulan.

Pemeriksaan aset. Perlu diperiksa, apakah jumlah tabungan dana cadangan sudah mencapai 3-6 bulan pengeluaran?

Anda juga perlu mengevaluasi kinerja portofolio investasi guna mengetahui nilai aset bersih (real asset) saat ini dibanding awal tahun. Sebaiknya konsisten dengan jangka waktu tujuan finansial Anda. Simpan baik-baik hasrat ingin mencairkan.

Tak kalah pentingnya, periksa ulang tujuan finansial Anda. Dalam berbagai aspek, tujuan dalam kehidupan mengalami perubahan seiring perjalanan waktu.

Miliki jejak buku pencapaian tujuan Anda, seberapa banyak waktu tersisa. Hal ini terkait dengan perlu atau tidak melakukan penyesuaian porsi instrumen investasi berdasarkan risikonya.

Evaluasi merupakan langkah awal saat kita hendak membuat resolusi baru. Apakah kebiasaan terhadap sekarang patut dipertahankan atau perlu kebiasaan baru guna memperbaiki kondisi Anda.

Ingat, melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda hanya ilusi! Lakukan hal yang sama terus-menerus maka hasil yang Anda dapatkan akan selalu sama.

Have fun(d)!

To serenity


Dwita Ariani, MM, RFA, RIFA
Twitter: @BundaWita
Financial educator dari Zelts Consulting

Sumber : id.berita.yahoo.com

Wednesday, December 4, 2013

6 Pilihan Mengatur Gaji Pasangan



Tantangan ketika menikah adalah bagaimana mengelola keuangan bersama. Maklum saja, selama ini hidup sendiri-sendiri, bebas menggunakan gaji untuk kesenangan masing-masing, mendadak harus saling berbagi dan menabung untuk tujuan bersama. Haruskah setiap pasangan menyatukan penghasilan dalam satu rekening, atau bisakah tetap hidup dengan rekening masing-masing?

Tidak ada satu cara pasti untuk mengelola keuangan atau mengatur penghasilan pasangan, karena semuanya tergantung dari situasi yang dialami masing-masing pasangan. Untuk Anda, perencana keuangan Sophia Bera dari Cahill Financial Advisors, Inc. memberi pilihan enam cara pengelolaan uang yang mungkin akan cocok untuk cara hidup Anda dan pasangan.

1. Membuka satu rekening bersama
Selain memiliki tabungan untuk menampung penghasilan masing-masing, Anda juga bisa membuka satu rekening bersama. Jumlah yang disetor masing-masing bisa sama atau berbeda. Cocok untuk: Pasangan yang memiliki penghasilan yang kurang lebih sama, untuk membayar sewa rumah, tagihan-tagihan, belanja kebutuhan sehari-hari, dan pengeluaran bersama lainnya.

"Memiliki rekening bersama memberikan masing-masing pasangan akses pada dana tersebut," ungkap perencana keuangan Sophia Bera. "Masing-masing harus percaya bahwa yang lain akan menggunakan uang dengan cara yang telah disepakati."

2. Menyisihkan persentase tertentu dari gaji
Caranya sama, membuka rekening bersama, namun jumlah setorannya ditentukan berdasarkan persentase penghasilan. Cocok untuk: Pasangan dengan penghasilan yang berbeda, baik dari jumlah maupun sumbernya. Jadi, meskipun Anda dan suami memiliki penghasilan yang jauh berbeda, masing-masing menyisihkan persentase yang sama dari gaji.

Idealnya, jumlah yang disetorkan di bawah 50 persen dari take-home pay masing-masing pasangan. Sebutlah misalnya 30 persen. Jadi jika gaji Anda Rp 5 juta, jatah setoran Anda Rp 1,5 juta. Sedangkan jika gaji suami Rp 10 juta, maka jatahnya Rp 3 juta. Tabungan semacam ini baik dilakukan untuk kebutuhan jangka panjang, misalnya biaya pendidikan anak di perguruan tinggi, naik haji, atau liburan. Di luar itu, Anda masih bisa membuka rekening pribadi dan menggunakannya untuk biaya hidup sehari-hari.

3. Salah satu membayar semua pengeluaran
Meskipun Anda dan suami sama-sama bekerja, hanya satu orang yang diputuskan untuk membayar semua pengeluaran. Cocok untuk: Pasangan yang salah satunya memiliki penghasilan jauh lebih besar, atau salah satu memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin mengasuh anak atau melanjutkan sekolah.

Cara ini dapat menguji apakah penghasilan salah seorang bisa mencukupi kebutuhan seluruh keluarga. Bila gaji suami lah yang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia bisa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengeluaran rumah tangga. Sebelum memutuskannya, Anda bisa berdiskusi lebih dulu. Jika suatu saat Anda kembali bekerja, apakah Anda harus ikut andil dalam membayar pengeluaran, atau menabung saja penghasilan Anda? Jenis pengeluaran seperti apa yang menjadi tanggung jawab Anda?

4. Masing-masing memilih jatah tagihan yang mampu dibayar
Cocok untuk: Pasangan dengan penghasilan yang sedang, sehingga masing-masing dituntut bertanggung jawab untuk membayar pengeluaran rumah tangga.

Setiap rumah tangga pasti memiliki pengeluaran dan tagihan yang harus dibayar, dari PAM, PLN, komunikasi (telepon dan internet), kartu kredit (yang digunakan untuk membeli peralatan rumah tangga), hingga cicilan mobil dan kontrakan rumah. Anda bisa memilih sendiri mana tagihan yang mampu Anda bayar, sesuai dengan penghasilan Anda. Misalnya, karena Anda punya penghasilan tetap dan lebih besar, Anda yang membayar kontrakan rumah, dan cicilan mobil. Sedangkan suami yang membayar kartu kredit, asuransi, PAM, PLN, dan komunikasi, karena ia bekerja di rumah dan selalu terhubung dengan internet.

“Yang paling penting, bicarakan hal ini lebih dulu, dan buat perencanaan yang efektif untuk Anda berdua," ujar Bera.

5. Menyatukan seluruh penghasilan dalam satu rekening
Cocok untuk: Anda yang ingin menyatukan milik berdua seutuhnya, atau untuk menghindari salah satu melakukan pemborosan terhadap rekening pribadi.

Ada dua cara yang bisa Anda pilih. Rekening ini digunakan untuk seluruh keperluan, dari membayar pengeluaran rumah tangga sampai tabungan bersama. Tantangannya: Anda harus disiplin menyisihkan uang di dalam rekening ini untuk ditinggalkan sebagai tabungan. Cara lain adalah membuat rekening bersama ini untuk pengeluaran tetap (seperti cicilan rumah dan kendaraan) dan tabungan, dan satu rekening lagi untuk biaya operasional sehari-hari termasuk untuk bersenang-senang atau liburan. Dengan pengelolaan seperti ini, Anda harus rajin membuat pembukuan bulanan untuk menghitung pengeluaran dan kemajuan nilai tabungan Anda.

6. Mengandalkan satu gaji saja
Cara ini mirip dengan cara nomor tiga di atas, namun dengan tujuan berbeda. Cocok untuk: Pasangan yang sama-sama bekerja, namun memutuskan untuk berhemat dan menabung lebih banyak. Misalnya, gaji suami digunakan untuk membiayai hidup sehari-hari, sementara gaji Anda ditabung untuk dana pensiun atau dana cadangan. Pengaturan ini bisa dilakukan untuk pasangan yang salah satunya memiliki penghasilan tidak tetap, belum mempunyai anak, dan jika sudah ada anak berencana menjadi ibu rumah tangga.

Gunakan gaji suami (atau gaji Anda, terserah gaji siapa yang akan digunakan) untuk membiayai seluruh pengeluaran, dari kebutuhan hidup sehari-hari, membayar tagihan-tagihan, gaya hidup, dan bila mungkin tabungan dan investasi. "Ini salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan pasangan untuk keuangan mereka, karena memaksa mereka untuk menjaga pengeluaran tetap rendah dan berhemat, serta menabung untuk kondisi darurat dan saat pensiun nanti," ujar Bera.

Pada awalnya, cara ini mungkin akan sulit dilakukan. Tetapi jika Anda disiplin, Anda akan sukses menjalankannya. Bahkan, rumah, liburan, atau pendidikan anak di luar negeri yang Anda impikan bisa tercapai lebih cepat.

Penulis : Felicitas Harmandini
Editor : Dini

Sumber :
http://female.kompas.com

Saturday, November 30, 2013

Mengamankan Risiko Cicilan KPR


DUA minggu lalu, untuk ke sekian kalinya dalam beberapa bulan terakhir, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate secara bertahap. Kini, menjadi 7,5 persen.

Imbasnya mulai terasa. Beberapa hari setelah pengumuman suku bunga oleh BI, ada pemberitahuan dari sebuah bank BUMN. Mereka menaikkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dari 10,5 persen menjadi 11,5 persen. Padahal dua bulan sebelumnya, suku bunga KPR di bank ini masih 9,5 persen. Artinya, sudah naik 2 persen dalam waktu tiga bulan terakhir.

Asumsikan saja Anda punya cicilan KPR dengan saldo utang terakhir Rp 100 juta. Jangka waktu pembayarannya masih delapan tahun lagi. Maka cicilan yang tadinya Rp 1,4 juta per bulan menjadi Rp 1,5 juta, ketika suku bunganya naik 1 persen. Selanjutnya naik lagi menjadi Rp 1,6 juta per bulan ketika dinaikkan kembali sebesar 1 persen.

Tentu kenaikan cicilannya akan lebih besar sejalan dengan sisa saldo KPR. Bahkan lebih besar lagi ketika usia kreditnya masih muda.

Tentu bukan sekadar akibat kenaikan suku bunga. Kenaikan cicilan KPR jadi tambah berat lantaran selama ini menikmati masa suku bunga fixed (tetap) selama satu tahun pertama. Umumnya, karena promo jadi hanya 6-8 persen. Jadi, besaran suku bunganya akan melonjak, misalnya dari 6 persen menjadi 11 persen. Akibatnya, cicilan melonjak drastis.

Apakah semua bank menaikkan suku bunga seperti bank plat merah itu? Boleh dibilang hampir pasti, kecuali bank syariah dengan akad KPR Murabahah (jual-beli).

Namanya juga jual beli, tentu harga jual yang sudah disepakati di awal tidak boleh berubah. Artinya, cicilan KPR yang tidak lain adalah cicilan pembelian rumah dari bank tidak akan mengalami kenaikan.

Dengan cicilan tetap hingga lunas, proyeksi arus kas (cash flow) menjadi lebih mudah. Ketenangan batin juga diperoleh karena tak perlu repot memantau pergerakan suku bunga.

Tapi ingat, di bank syariah bukan hanya akad murabahah yang digunakan. Sekarang bank syariah juga mulai gunakan akad lain yang cicilannya mengambang (floating). Jadi, pastikan kita memahami akadnya sebelum menyetujui.

Namun harus diakui, ada yang beranggapan bahwa akad KPR Murabahah di bank syariah mahal atau cicilannya tinggi. Menurut saya, itu karena konsumen tidak membandingkan fitur kredit yang sama antara bank syariah dengan bank konvensional.

KPR konvensional kerap menggunakan suku bunga mengambang, sehingga wajar berani mematok suku bunga rendah di awal. Jika suku bunga naik, tinggal naikkan saja cicilannya.

Apalagi bank konvensional sering juga memberikan masa promo selama 1 atau 2 tahun pertama dengan suku bunga khusus. Namanya juga promo, tentu sengaja dipatok lebih rendah agar terlihat murah. Namun ingat, itu cuma di awal. Setelah masa iklannya berakhir, kembali ke tingkat suku bunga pasar.

Karena itu, lebih bijak jika membandingkan cicilan KPR Murabahah dengan cicilan KPR yang fixed atau tetap selama suatu periode. Bukan yang promo.

Nah, bagi Anda yang sedang mencicil KPR, dengan kenaikan suku bunga seperti sekarang, bersiaplah membayar cicilan lebih besar. Jika merasa berat, jangan khawatir. Masih ada pilihan. Pindahkan KPR Anda ke bank lain.

Bagi yang sedang mempertimbangkan pembelian rumah, pilihan di tangan Anda. KPR biasa cicilan ringan di awal, tapi ikut naik sesuai suku bunga pasar. Atau, KPR Syariah dengan akad murabahah. Cicilannya tetap, sehingga bisa mengunci risiko.

Apa pun pilihannya, tetap jadikan rumahmu sebagai surgamu.

Saturday, November 16, 2013

Perencanaan Keuangan untuk Orang Awam


Apa yang saya perlu lakukan untuk membangun portfolio untuk waktu senja saya? Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh orang yang punya rencana dalam hidup, terutama secara keuangan. After all, seseorang tidak bisa bekerja selamanya. Akan ada waktu dimana secara produktivitas dan kemampuan, seseorang akan mengalami penurunan.

Jawaban dari pertanyaan ini dipengaruhi dua hal, yakni pengeluaran anda, dan juga pemasukan anda. dari segi pengeluaran, anda harus mengerti gaya hidup anda dan berapa yang anda perlukan untuk mempertahankan gaya hidup tersebut. Seseorang yang puas dengan Toyota Avanza, tentunya akan memerlukan lebih sedikit uang dari pada seseorang yang terbiasa diantar oleh supirnya dengan S Class.

Bukan hanya dari segi harga mobil, namun dari segi maintenance saja sudah jauh berbeda.
Artikel ini akan membahas lebih banyak dari segi pemasukan. Apa yang seseorang bisa lakukan untuk membangun sebuah portfolio yang bisa menunjang di hari tua? Berapa besar jumlah uang yang diperlukan?

Apa tipe investasi yang cocok?

Portfolio anda harus dibentuk dengan perencanaan yang matang, disiplin dan kesabaran. Dan hal ini tentu saja tidak mudah. Satu hal yang penting, tugas ini tidak dapat anda delegasikan kepada orang lain. Tidak ada orang di dunia yang lebih mengerti situasi keuangan dan ekspetasi anda dari pada anda sendiri. Anda bisa mencari konsultan, namun pada ujungnya, segala tanggung jawab perencanaan dan eksekusi berakhir pada anda sendiri.

Beberapa produk investasi yang anda bisa pergunakan di bawah ini. Saya juga sertakan ukuran kasar dari keuangan anda yang cocok dengan masing-masing produk. Saya juga urutkan menurut prioritas produk investasi.

1. Uang Kontan / Deposit
10 – 500 jt
Banyak orang tidak menyadari akan kekuatan uang kontan. Meskipun uang tidak memberikan return yang begitu banyak, namun uang kontan diperlukan sebagai buffer yang bisa menahan impact dari downturn ekonomi terhadap investasi anda. Ketika pasar saham rontok, bubble property pecah, anda perlu uang untuk menahan investasi anda. Bila anda dipaksa untuk menjual investasi anda dikarenakan krisis, maka anda telah melakukan kesalahan dalam money management anda.
Sebagai panduan kasar, jumlah cash yang anda perlukan adalah 10% dari total portfolio anda ditambah pengeluaran anda selama 12 bulan ke depan. Untuk return, saya sarankan anda memasukkannya ke dalam deposito dengan waktu cair yang berbeda, jadi setiap bulan, anda bisa memiliki opsi untuk mencairkan 1/12 dari total cash anda. Ada orang yang memilih untuk memasukan deposito setiap 2 bulan, dan hal itu sah-sah saja. Untuk mendapatkan bunga lebih tinggi, anda bisa mencari bank yang lebih kecil (BCA memberikan bunga paling rendah), namun memiliki reputasi, seperti Permata, BNI, Bukopin.

2. Properti
Pendapatan bebas sekitar 5-10 jt / bulan
Ketika anda memiliki uang cash yang cukup untuk kebutuhan anda (setelah kebutuhan anak, kesehatan terpenuhi), maka properti adalah produk terbaik untuk investasi anda. Mengapa properti? Karena secara umum, properti bisa melindungi anda dari inflasi, dan pada saat yang sama merupakan alat yang bisa bekerja buat anda, atau dengan kata lain investasi pasif. Ketika anda bekerja, hanya 1 orang yang dapat menghasilkan uang dengan 24 jam dan 2 tangan anda. Namun lain halnya dengan properti, secara alami, properti dapat menghasilkan pemasukan yang stabil, walaupun dalam beberapa kasus, lebih rendah dari deposito anda. Namun untuk jangka di atas 5 tahun, deposito tidak bisa melindungi anda dari gerogotan inflasi.
Tentu saja, pemilihan properti memerlukan tidak sedikit waktu. Sebagai pedoman, bila anda tidak memiliki banyak waktu untuk riset properti, hindari properti yang dikondisikan untuk digoreng. Anda tidak akan tahu di ujung mana anda masuk ke tahapan gorengan, biasanya bila anda tidak tahu, anda sedang berada di akhir gorengan. Saya sarankan untuk mencari properti yang memiliki yield bagus, dengan kata lain berpotensial untuk disewakan (ruko/apartemen). Di Indonesia, bila anda menemukan yield 4-5%, sudah cukup bagus.
Alasan lain berinvestasi di properti adalah anda bisa menggunakan bantuan bank. Meskipun bunga yang tidak rendah, namun bila anda mendapatkan properti yang menghasilkan cash setiap bulannya, maka biaya bunga seharusnya bisa tertutupi. Bila anda disiplin, maka investasi ini bisa merupakan investasi terbaik dalam hidup anda.

3. Asuransi Jiwa
Sekitar 3 – 5 jt / bulan
Sebelum anda bergegas menelepon agen asuransi anda, tolong baca pelan-pelan lagi. Asuransi jiwa. Bukan asuransi kesehatan. Kedua hal tersebut sangat berbeda dalam esensi. Asuransi jiwa merupakan investasi, sedangkan asuransi kesehatan adalah.. well.. asuransi. Meskipun anda mungkin akan berargumen tentang validnya asuransi kesehatan sebagai investasi, namun untuk post kali ini, saya hanya bisa mengatakan bahwa ada alasannya para penjual asuransi kesehatan menawarkan asuransi kesehatan plus investasi. Bila asuransi kesehatan adalah investasi, kenapa harus ditambahkan fitur investasi ke dalamnya?
Asuransi jiwa merupakah salah satu alat investasi yang paling kuat, disebabkan karena semua manusia pasti meninggal. Asuransi kesehatan belum tentu dipakai, karena tidak semua manusia jatuh sakit, namun berbeda halnya dengan asuransi jiwa. Permasalahannya hanya asuransi jiwa menghasilkan return yang bukan dinikmati anda sendiri, namun oleh orang lain, apakah istri anda, anak anda, atau keluarga anda. Intinya, asuransi jiwa adalah asuransi yang memberikan return yang bagus, namun bukan untuk anda sendiri.

4. Saham
Untuk solusi terakhir yang perlu anda pertimbangkan, adalah tentu saja saham. Bagi anda yang tidak punya waktu untuk memonitor saham anda (percaya atau tidak, sebagian besar orang jatuh dalam kategori anda), disarankan anda membeli reksa dana yang memiliki biaya rendah. Biaya tahunan yang lebih kecil dari 1%, dan biaya pembelian di bawah 2%. Berhati-hatilah karena biaya akan mempengaruhi performa dari investasi anda dengan signifikan.
Bagaimana anda tahu bila anda lebih baik duduk diam membeli reksa dana, atau anda lebih baik memilih saham anda sendiri? Bila anda tidak membaca berita setiap hari, tidak mengerti tentang pengaruh suku bunga, tidak bisa membedakan antara utang jangka panjang dengan pendek, tidak punya waktu untuk membaca setidaknya 4 buku keuangan dalam setahun, mata berkunang-kunang ketika melihat laporan keuangan, makan anda sebaiknya duduk manis dan membeli reksa dana. Jangan mengira bahwa dengan membaca analisa dan tips trading terhangat dari broker anda, anda bisa mendapat return yang memuaskan. Lupakan itu, and save your time and money!

Sumber : http://flog.co.id

Membangun Perencanaan Finansial dengan Lebih Bijak.


Perencanaan finansial kedepannya. saya rasa setelah cukup banyak menghabiskan materi untuk persiapan lebaran, maka inilah saatnya untuk mereset ulang perencanaan finasial yang kita lakukan agar menjadi lebih baik lagi.

Seperti anjuran para ahli yang menyimpulkan, bahwa kondisi finansial yang baik adalah kondisi dimana nilai pengeluaran bersifat lebih kecil dari pendapatan, sehingga minimal anda bisa menyimpan sekitar 20 % dari sisanya untuk tujuan lainnya.

Jujur saja menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk suatu tujuan finansial dan perencanaan masa depan sungguh terdengar sangat menarik dan sangat masuk diakal bagi siapapun. Namun kenapa faktanya begitu sulit untuk dilakukan? Jangankan menyimpan bahkan terkadang nilai total pengeluaran bisa saja jauh melebihi pendapatan.

Bagi anda yang sedang berhemat dan sedang berencana melakukan perencanaan finasial dengan lebih bijak, berikut 7 langkah awal untuk melakukannya:

1. Mempunyai rekening tabungan terpisah

Yang pertama, setiap kali mendapatkan income pisahkan budget yang merupakan kebutuhan pokok anda perbulannya. Setelahnya segeralah transfer sisa dari perhitungan kebutuhan pokok tersebut kedalam rekening terpisah sebagai simpanan yang tidak boleh diganggu gugat. Hal ini bertujuan untuk melatih anda agar mempunyai pandangan tentang stabilitas keuangan yang anda miliki.

2. Membuat rincian pengeluaran

Adalah suatu kewajiban bagi anda untuk mengetahui kemana perginya setiap sen dari uang anda. Anda mungkin akan terperangah melihat berapa banyak dari total uang yang sering anda habiskan dengan kegiatan anda diluar yang sebenarnya tidak terlalu berguna. Dengan membuat rincian catatan pengeluaran anda bisa memantau manakah sekiranya dari pengeluaran tersebut yang terlalu banyak dan layak untuk dibatasi.

3. Simpan kembalian dari sisa uang yang anda keluarkan

Boleh jadi anda akan menerima kembalian setelah anda membayar pajak ataupun berbelanja di mini market. Jangan lupa, anda bisa memanfaatkan uang receh ini sebagai sebuah celengan yang akan menambah nilai simpanan anda. Anda bisa membawa dan menukarkannya di bank ketika celengan anda sudah penuh terisi dan langsung memasukannya kedalam tabungan anda.

4. Pikirkan juga mengenai tambahan extra

Bagi anda yang mempunyai penghasilan tambahan, itu bukan berarti anda bebas menghabiskannya tanpa adanya tujuan yang jelas. Segeralah masukan / transfer pendapatan extra anda kedalam tabungan sebelum anda berubah pikiran mengenainya.

5. Pangkas biaya yang tidak perlu

Percaya atau tidak anda berpotensi menghemat puluhan hingga ratusan juta Rupiah pertahunnya. Jika anda merasa selama ini kegiatan anda diluar banyak menggangu stabilitas finansial anda, maka jangan ragu untuk meninggalkannya. Mungkin sesekali tidak ada masalah sekedar nongkrong atau makan di restoran dan cafe – cafe lainnya untuk memenuhi hasrat anda. Namun jika anda menjadikannya kebiasaan, bayangkan berapa banyak yang anda akan habiskan pertahunnya?

6. Mulailah dengan mengatur target realistis

Untuk mengatur perencanaan finansial anda dengan bijak, anda bisa mulai menyisihkannya dengan nilai dan angggran yang kecil terlebih dahulu. Pastikan anda melakukannya dengan konsisten pada setiap bulannya, jangan sampai anda berpikir untuk tidak lagi menabung karena tidak mempunyai uang, Ex: Akan sulit bagi anda untuk menghemat sebesar 500ribu perbulannya jika anda berpenghasilan sekitar 1 juta, namun dengan nilai yang lebih kecil katakanlah 100ribu perbulannya akan membuat anda terbiasa melakukannya sedikit demi sedikit hingga menuju tahap yang lebih tinggi lagi.

7. Jangan lupa tingkatkan perencanaan finansial anda dengan berinvestasi.

Tingginya tingkat inflasi serta pengaruh harga berbagai kebutuhan bahan pokok yang semakin meningkat tiap tahunnya, lambat laun akan mengurangi dan membuat nilai dari tabungan anda semakin menyusut. Setelah anda terbiasa dengan menabung maka ini saatnya anda berpikir kelevel yang lebih tinggi lagi. Berbicara mengenai pengembangan aset keuangan, maka pilihan terbaiknya adalah dengan berinvestasi, dimana dalam hal ini anda akan mendapatkan nilai plus ataupun keuntungan dari setiap modal yang anda tanamkan. Yang perlu anda lakukan hanyalah perlu mencocokan nilai simpanan anda dengan jenis instrument investasi yang sesuai dengan tujuan anda.

Semakin dini kita memulai perencanaan finansial dengan lebih matang maka semakin cepat pula kita akan merasakan manfaatnya.

Sumber : http://www.askapsocial.com

Tuesday, October 22, 2013

Mencatat Keuangan Harian


Mencatat keuangan harian itu perlu atau tidak? Bagi sebagian orang, mencatat pengeluaran atau keuangan harian adalah hal yang sangat membosankan, malas, tidak ada waktu, dan lain-lain. Ada yang berpikiran kenapa saya perlu repot-repot mencatat pengeluaran harian? Saya cukup datang ke perencana keuangan, bayar biaya konsultasi dapat deh itu cek kesehatan keuangan dan rencana keuangan. Merencanakan uang adalah semudah itu. Bagaimana pendapat Anda?

Penulis tidak berusaha membantah pendapat tersebut. Penulis juga setuju dengan orang yang berpikiran seperti itu, karena orang tersebut memiliki dana yang cukup untuk konsultasi dengan perencana keuangan. Namun bagi sebagian orang yang belum mampu menyewa jasa konsultan keuangan pribadi atau orang-orang yang memiliki pendidikan (edukasi) mengenai keuangan pribadi, mereka dapat melakukan perencanaan keuangan dari diri sendiri. Cara yang mudah untuk memulai mengatur keuangan yaitu dengan mencatat transaksi pribadi (uang masuk dan uang keluar).

Penulis pernah membaca sebuah tulisan seorang perencana keuangan dari luar negeri yang berkata:

“Menurut Anda, siapakah orang yang paling peduli dengan keuangan Anda?”

Menurut Anda apakah penasihat keuangan Anda adalah orang yang paling peduli dengan keuangan Anda? Apakah agen asuransi Anda? Apakah broker saham Anda? Apakah agen reksadana Anda? Atau Anda dan pasangan yang paling peduli dengan keuangan Anda?

Sebagian orang menjawab pertanyataan tersebut dengan: “Saya dan pasangan sayalah yang paling peduli dengan keuangan pribadi saya.”

Untuk memulai sesuatu yang baik agak repot didepan, coba mari kita liat contohnya:

Untuk mulai mengurangi berat badan, hal apa yang paling sulit? Tentu saja sulit untuk memulai berolahraga.
Untuk mulai meningkatkan nilai (bagi pelajar), hal apa yang paling sulit? Tentu saja sulit untuk memulai belajar.
Untuk Anda yang ingin mulai mengatur keuangan rumah tangga, hal apa yang paling sulit? Tentu saja sulit untuk mencatat.
Pernahkah Anda tahu berapa biaya parkir Anda sebulan? Berapa biaya untuk membeli pakaian? Memang biaya parkir dapat dikatakan pengeluaran yang cukup kecil (bagi sebagian orang).  Coba kita simulasikan biaya parkir (untuk di Jakarta):

Parkir di tempat kerja:

20 hari kerja x 9 jam kerja x Rp 3.000 per jam = Rp 540.000

Parkir di mall atau supermarket:

4 hari (setiap hari minggu) x 3 jam x Rp 3.000 per jam = Rp 36.000

Total biaya parkir Anda selama sebulan adalah Rp 576.000 per bulan. Pengeluaran kecil tetapi kalau ditumpuk lumayan juga.

Cara mencatat keuangan harian
Anda tidak perlu pusing dengan istilah debit, kredit dan lain-lain. Cukup gunakan istilah yang gampang Anda mengerti. Penulis menyarankan Anda menggunakan kata-kata seperti:

Uang masuk ke dompet      = ada sejumlah uang yang masuk ke dompet Anda. Biasanya berasal dari gaji bulanan, hasil investasi, bisnis dan lain-lain.

Uang keluar dari dompet    = ada sejumlah uang yang keluar dari dompet Anda. Contohnya adalah biaya listrik, telepon, tagihan kartu kredit, cicilan kendaraan, biaya sekolah anak dan lain-lain.

Jangan pusingkan istilah-istilah keuangan. Gunakan saja bahasa yang mudah, format penulisan yang sederhana, toh laporan keuangan tersebut dibaca oleh Anda dan pasangan (tidak dilaporkan ke badan tertentu).

Alat Bantu untuk Mencatat Keuangan Harian
Dimana saya bisa mencatat? Banyak sekali media yang bisa Anda gunakan untuk mencatat, mulai dari paling sederhana kertas dan pen, menggunakan aplikasi worksheet (seperti Microsoft Excel) dan menggunakan aplikasi-aplikasi khusus untuk merencanakan keuangan. Carilah media yang paling mudah dan sederhana, agar Anda dapat melakukan pencatatan kapanpun, dimanapun Anda berada. Sehabis dari restaurant, sehabis belanja dapur, sehabis membeli elektronik, bahkan sehabis Anda membayar uang parkir.

Jujur saja, penulis mengakui kebiasaan untuk mulai mencatat keuangan adalah hal yang sulit. Seperti halnya orang yang mau menurunkan berat badan, mulai berangkat ke gym atau berolahraga adalah hal yang sangat sulit. Tetapi setelah Anda berolahraga Anda akan mendapatkan manfaatnya. Serupa dengan berolahraga kebiasaan mencatat keuangan akan menghasilkan manfaat yang luar biasa, kalau tidak percaya silakan Anda coba? Jika Anda sudah mendapat manfaat dari mencatat transaksi pribadi, jangan lupa sebarkan kebaikan dan manfaatnya kepada banyak orang.

Jangan Malu, Jangan Ragu, Jangan Malas, Ayo Mencatat!!!

Sumber : http://www.finansialku.com

Wednesday, October 16, 2013

Perencanaan Keuangan di Usia 30-an


Menjelang usia 30 tahun, maka pengelolaan uang untuk bertahan hidup menjadi kian rumit. Dengan meningkatnya pendapatan, tanggung jawab finansial dan keputusan serta sejumlah tindakan bijaksana semakin diperlukan. Untuk itu, hindarilah kesalahan penggunaan uang yang sudah tidak perlu terjadi di usia 30-an.

Di usia tersebut, Anda seharusnya dapat mulai menikmati buah kerja keras Anda selama bekerja. Sementara itu, masa depan Anda memerlukan prioritas yang harus diambil khususnya terkait perencanaan keuangan.

Berikut 5 kesalahan keuangan yang tak boleh dilakukan di usia 30-an:


1. Menggunakan tabungan seenaknya

Jika Anda memiliki uang tabungan untuk dana pensiun, maka langkah yang Anda ambil sudah tepat. Namun jika tujuan Anda menabung masih belum jelas, memasuki usia 30-an Anda harus mulai memikirkan dan menentukannya.

Anda harus memiliki tujuan menabung, apakah digunakan sebagai dana untuk kondisi darurat, berwisata atau untuk biaya liburan akhir pekan.

Setelah itu, Anda harus mulai menentukan jumlah tabungannya, sepertiga atau setengah dari pendapatan Anda. Semua hal tersebut harus sudah mulai dilakukan saat berusia 30-an.


2. Membuat anggaran jangka pendek

Memasuki usia 30-an, berhentilah mengelola uang seperti tak ada lagi hari esok. Seringkali esok hari datang dengan tagihan dari hari kemarin.

Mulailah memiliki anggaran pengeluaran jangka panjang dalam hitungan tiga, lima, sepuluh tahun ke depan. Jika Anda sudah memiliki rumah, maka pikirkanlah soal renovasi dan tabungan anak.

Jangan biarkan pengeluaran-pengeluaran di masa depan mengejutkan Anda jika masih dihindari sejak dini. Mulailah merencanakan keuangan dan tabungan sejak usia 30-an untuk pengeluaran yang lebih besar di masa depan.

3. Tidak memikirkan soal tempat tinggal

Berusia 30-an merupakan waktu yang tepat untuk memikirkan rumah impian di masa depan. Jika Anda belum membelinya, pikirkan untuk menentukan gaya rumah yang sesuai dengan gaya hidup Anda.

Rumah memang tidak menentukan gaya hidup seseorang, tapi seringkali menyesuaikannya dengan gaya hidup bisa membuat Anda memiliki tempat tinggal yang tepat.

Membuat anggaran pembelian rumah sebaiknya dilakukan secara jangka panjang termasuk mengurus asuransi, perbaikan, perawatan dan segala perlengkapannya.

Menabung di usia tersebut untuk memiliki rumah idaman merupakan langkah yang harus diambil agar terhindar dari kesulitan finansial di masa mendatang.

4. Tidak menabung untuk dana pensiun

Banyak alasan yang membuat sebagian orang tidak memiliki rencana keuangan untuk pensiun. Sudah menjadi hal yang biasa, saat Anda mulai menabung untuk pensiun Anda akan merasa kekurangan selama berminggu-minggu.

Namun akan ada waktunya saat Anda menyadari biaya hidup pribadi sudah termasuk ke dalam dana pensiun yang lebih penting saat sudah tidak produktif nanti.

Mengingat pendapatan Anda akan terus meningkat dari tahun ke tahun, penting bagi Anda untuk menyiapkan dana simpanan pensiun yang akan berguna suatu hari nanti.


5. Tidak memiiki asuransi yang cukup

Asuransi yang baik sama pentingnya dengan tabungan dan rencana pensiun yang tepat. Apakah Anda memiliki ansuransi jiwa yang tepat? Apa dana asuransi tersebut tepat untuk melindungi rumah dan anggota keluarga?

Semua pertanyaan tersebut harus sudah dijawab saat Anda memasuki usia 30-an. Anda harus sudah memiliki asuransi yang tepat yang dapat membuat Anda bertahan di tengah berbagai persoalan keuangan yang muncul.

Sumber : http://bisnis.liputan6.com

Tuesday, October 15, 2013

Tabungan atau Asuransi


Produk tabungan di perbankan semakin beragam ditawarkan. Setelah ramai menawarkan bonus hadiah langsung, produk tabungan di bank juga banyak yang dijual dengan bundel asuransi. Seberapa menguntungkan produk bundling seperti itu? Biasakan meneliti dan menghitung cermat sebelum membeli produk.

Memiliki rekening tabungan bank kini sudah menjadi kebutuhan primer seiring dengan peningkatan kebutuhan transaksi yang banyak memanfaatkan jasa perbankan. Dahulu kala, masyarakat mungkin hanya mengenal tabungan nasional alias tabanas. Kini, ada tabungan pendidikan, tabungan haji, tabungan berhadiah langsung mulai mobil hingga gadget mahal, juga tabungan yang dilengkapi dengan perlindungan atau asuransi jiwa, dan lain sebagainya.

Khusus untuk tabungan yang dilengkapi dengan asuransi jiwa, Anda mungkin sudah banyak menemui di berbagai bank. Di Bank Mandiri, misalnya, ada Tabungan Rencana Mandiri, lalu di CIMB Niaga ada Tabungan Mapan, lalu ada pula Tabungan Taka di OCBC NISP, dan lain sebagainya.

Kebanyakan bundel tabungan dan asuransi itu melindungi kelanjutan pembayaran setoran tabungan ketika si nasabah meninggal dunia. Alhasil, si ahli waris tetap mendapatkan tabungan sesuai target di awal kontrak, tanpa ada pemberian santunan uang pertanggungan.

Skema yang sedikit berbeda ditawarkan produk tabungan asuransi keluaran Bank BNI yang bekerjasama dengan Sunlife Financial, bernama Rencana Pintar. Bagian layanan konsumen Sun Life Financial yang dihubungi KONTAN, Selasa (20/8/2013), membeberkan, produk ini sebenarnya sudah lama ditawarkan.

Namun, mulai tahun 2013 ini, target tabungannya dinaikkan dari semula Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta.
Target tabungan Rp 50 juta itu memiliki masa kontrak 17 tahun. Untuk mencapai nilai itu, nasabah harus menyetor Rp 334.000 per bulan selama 10 tahun. Jadi, total setoran nasabah selama kontrak adalah Rp 40,8 juta. “Setoran memakai sistem autodebet dengan rekening Bank BNI,” jelas customer service Sunlife.

Seperti tabungan berjangka, nasabah tidak bisa mengambilnya sewaktu-waktu. Tabungan baru bisa ditarik bertahap mulai tahun kelima dengan nilai yang ditentukan. Penarikan pertama pada tahun kelima senilai Rp 5 juta, lalu di tahun ke-11 sebesar Rp 7,5 juta, tahun ke-14 senilai Rp 12,5 juta, dan tahun ke-17 sebesar Rp 25 juta. Produk ini memiliki coverage asuransi jiwa bagi si nasabah selama masa kontrak.

Dus, jika di tengah masa kontrak si nasabah meninggal dunia, ahli waris berhak mendapatkan tabungan Rp 50 juta dan uang pertanggungan Rp 50 juta. Namun, jika selama masa kontrak tidak ada risiko jiwa, nasabah cuma berhak mendapatkan tabungan Rp 50 juta.

Jangan buru-buru
Pertanyaannya, seberapa menarik menempatkan dana di produk tabungan dengan fitur asuransi seperti itu? Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Consulting, menilai, produk besutan Sunlife dan Bank BNI itu boleh jadi menarik di mata mereka yang masih awam dengan produk investasi. “Terlebih, antara uang yang disisihkan lebih kecil dibandingkan pengembalian yang nanti diterima,” kata dia.
Namun, jangan terburu menubruk sebuah produk sebelum melihat lebih detail. Ada baiknya memperhatikan saran dari para perencana keuangan lebih dulu, berikut ini:

Lihat kebutuhan
Membeli produk keuangan atau investasi tidak berbeda dengan membeli barang biasa. Anda harus tahu persis produk seperti apa yang Anda butuhkan. Untuk mengetahui produk yang tepat, Anda perlu menentukan terlebih dulu tujuan keuangan dan menyiapkan perencanaan. Dengan mengetahui tujuan keuangan, Anda bisa lebih tepat menentukan instrumen atau produk seperti apa yang bisa membantu Anda mencapai tujuan tersebut.
Misalkan Anda butuh asuransi jiwa dengan nilai uang pertanggungan Rp 1 miliar. Menjadi salah alamat jika Anda malah membeli asuransi jiwa dengan uang pertanggungan Rp 50 juta hanya karena tergiur kemasan produk yang seolah menarik.

Pelajari produk
Sebelum memutuskan membeli sesuatu, pastikan Anda tahu apa yang Anda beli. Tabungan bank unggul dari sisi likuiditas atau kemudahan pencairan dana kendati bunganya kecil. Dus, produk tabungan dengan keterbatasan waktu penarikan jelas kurang menarik dipilih. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, menambahkan, tabungan juga tidak tepat dipilih jika Anda bertujuan mengembangkan dana. Pilihlah produk investasi, seperti reksadana, obligasi, atau saham.
Sebagai contoh, dengan menyisihkan Rp 334.000 per bulan di reksadana saham berimbal hasil rata-rata 20 persen per tahun selama 10 tahun, Anda berpeluang memperoleh dana Rp 127,7 juta! Itu pun tanpa ada pembatasan kapan Anda hendak mencairkannya.
Risiko reksadana saham memang lebih besar dibanding tabungan. Namun, dengan strategi diversifikasi risiko yang tepat, mengembangkan dana di produk investasi adalah langkah terbaik jika Anda ingin mendapatkan hasil sesuai tujuan keuangan.

Jangan malas
Setiap produk keuangan dan investasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak perlu bingung menghadapi tawaran produk nan bejibun. Syaratnya, Anda tidak boleh malas meluangkan waktu untuk belajar dan meriset produk yang ada di pasaran satu per satu.
Manfaatkan informasi yang melimpah di media untuk menambah pengetahuan finansial Anda. Untuk mengetahui kebutuhan asuransi jiwa atau dana investasi, Anda bisa memanfaatkan aplikasi penghitungan di laman institusi perencana keuangan atau perusahaan asuransi.
Dengan melakukan perhitungan seperti itu, Anda bisa lebih mampu melihat kelayakan sebuah produk untuk dipilih, dan perbandingannya dengan produk sejenis di pasar.
Singkat cerita, memilih produk keuangan atau investasi memang membutuhkan usaha khusus. Namun, demi kenyamanan finansial keluarga Anda, tidak ada lagi alasan untuk terus malas belajar, bukan?

http://bisniskeuangan.kompas.com

Friday, October 11, 2013

Tentang Reksadana Syariah


Negara kita adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun sangat disayangkan, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia masih kalah dibanding negara Islam lainnya yang jumlah penduduk muslimnya lebih sedikit daripada negara kita.

Mengapa hal ini terjadi?
Mungkin dikarenakan informasi yang kurang banyak mengenai investasi syariah.
Mungkin produk syariah yang tersedia di pasar kurang beragam.
Mungkin return investasi syariah kurang menarik.
Mungkin banyak orang masih bingung dengan karakteristik produk syariah.
Mungkin memang pada dasarnya memang tidak tertarik saja dengan produk syariah.

Untuk menjawab semua  "mungkin"di atas, saya coba berikan beberapa data dan fakta mengenai investasi di produk syariah khususnya Reksadana Syariah. Berdasarkan data OJK as of Maret 2013, dari total 730 buah reksadana saat ini, reksadana syariah jumlahnya hanya  55 buah.

Reksadana syariah pertama kali muncul pada 1997. Definisi dari reksadana syariah sendiri berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal dengan manajer investasi, pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.

Menurut peraturan no IX.A.I3, reksadana syariah dalam kontrak pengelolaan dan prospektusnya wajib menyajikan informasi sebagai berikut:
1. Dalam anggaran dasar emiten dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha dan cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah di pasar modal.
2. Kebijakan investasi reksadana tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
3. Jenis usaha, jasa yang diberikan, aset yang dikelola, akad, dan cara pengelolaan emiten yang dimaksud tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Memiliki anggota direksi, wakil manajer investasi, dan penanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan kustodian pada bank kustodian yang mengerti kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
5. Mekanisme pembersihan kekayaan emiten dari unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
6. Dana kelolaan emiten syariahnya hanya diinvestasikan pada efek yang tercantum dalam Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Bappepam LK

Pengelolaaan dana di reksadana syariah dilakukan dengan batasan sebagai berikut :

1. Instrumen keuangan yang dibolehkan menurut syariah islam, yaitu instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, deposito di bank umum syariah, surat hutang jangka panjang dan pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.

2. Jenis usaha emitennya tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah, misal usaha judi, lembaga keuangan konvensional, makanan/minuman haram, usaha yang memproduksi, mendistribusikan, atau menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat

3. Suatu emiten dikatakan tidak layak apabila struktur modalnya sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang yang mengandung unsur riba (tingkat hutang terhadap modal lebih dari 82%)

4. Pemilihan dan pelaksanaan transaksi dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, dan tidak melakukan spekulasi

Jadi apabila melihat dari definisi dan batasan pengelolaan dana di reksadana syariah, sangatlah menenangkan karena sangat terpilih.

Berikut adalah perbandingan secara konsisten dari dua reksadana saham syariah dan 2 reksadana saham konvensional dari tahun 2008 – 2013. Angka tertera adalah annualized return di tahun tersebut (dalam persentase) :



Dari data tabel di atas, Anda  bisa memilih mana yang lebih Anda suka. RD saham syariah atau RD saham konvensional. Memang tidak ada satu produk reksadana yang terus menerus konsisten performancenya baik. Pasti ada naik turunnya. Namun bila melihat data tahun 2012, performance RD syariah bisa mengalahkan performance RD non syariah.  Dan di tahun 2013, saat kondisi IHSG kurang baik RD syariah tidak mengalami penurunan yang terlalu dalam. Sementara RD konvensional mengalami minus yang lumayan. 

Namun return jangan dijadikan patokan utama dalam memilih reksadana. Tentukan tujuan finansial Anda, hitung berapa kebutuhannya, buat asumsi rata-rata return dalam 3-5 tahun, dan review angkanya per tahun. 

Semoga dengan sedikit fakta dan informasi mengenai RD saham syariah ini, dapat membuat Anda lebih mengenal dan tertarik untuk mencoba. 

Demi menuju kehidupan yang lebih syariah dan demi kemajuan pasar modal syariah di negara Indonesia. Amin.

Fitri Nuriman, ST, CFP
Independent Financial Planner
PT. Quantum Magna
www.qmfinancial.com


Sumber : http://id.she.yahoo.com

Monday, October 7, 2013

Persiapan Biaya Sekolah Anak


Kini era telah maju dimana tuntutan akan kondisi pendidikan yang tinggi semakin meningkat. Di Indonesia jumlah sarjana tiap tahunnya meningkat ribuan orang sedangkan lapangan pekerjaan tidak senantiasa bertambah. Namun, masalah yang harus dihadapi bukan hanya bagaimana setelah lulus, namun bahkan jauh sebelum memulai pendidikannya.

Kini meskipun biaya pendidikan mulai meroket sebagai orang tua (atau calon orang tua) sebaiknya anda mulai memikirkan rencana keuangan yang akan anda gunakan untuk membiayai pendidikan buah hati anda.

Situs everydayhealth.com memberikan sebuah contoh mengenai memberikan prioritas atas biaya pendidikan yang akan anda keluarkan. Membuat rencana uang sekolah bagi buah hati anda untuk masa kuliah sangatlah penting. Kini pemerintah telah mencanangkan sekolah wajib hingga SMA, sehingga meskipun anda kurang mampu namun anda dapat mulai mencoba menabung demi buah hati anda dan meningkatkan kualitas hidup keluarga anda.

Salah satu hal yang paling sering kita dengar pada masa lalu adalah anak petani menjadi petani, anak pengemis menjadi pengemis. Namun kini hal ini sudah tak lagi dapat dianut karena jika teru menerus seperti itu, negara ini tidak akan pernah maju. Selain itu kualitas kehidupan keluarga anda juga tidak akan meningkat.

Karena itulah, dengan memberikan prioritas uang pendidikan pada rencana tabungan anda, anda akan dapat menghindari penggunaan uang untuk belanja hal-hal tidak penting dan bisa membantu putra dan putri anda mencapai pendidikan yang tinggi.

Penulis: Ratih Kristianasari

Sumber : http://www.vemale.com

Sunday, October 6, 2013

Pensiun Dengan Bahagia


Menyiapkan dana pensiun tergolong unik karena sifatnya yang cukup panjang. Ketika pensiun di usia 55 tahun, artinya dana yang harus dipersiapkan adalah untuk 25 tahun bila kira-kira akan hidup hingga usia 80 tahun.

Menurut perencana keuangan independen, Ligwina Hananto, bila asumsi periode pensiun adalah 25 tahun maka yang harus dilakukan adalah melakukan investasi agar menghasilkan ‘gaji’ selama periode 25 tahun. 

Dana pensiun disiapkan dengan memperhitungkan biaya hidup di masa pensiun. Yang disebut dana pensiun itu sendiri adalah sejumlah uang yang diinvestasikan lalu dapat menghasilkan sebesar biaya hidup di masa pensiun. 

Biaya hidup di masa pensiun ini pun bertambah setiap tahunnya sesuai inflasi. 
Rumus menghitung dana pensiun memang rumit. Untuk dapat menentukan besaran dana pensiun perhitungannya mencakup asumsi biaya hidup saat ini, expense ratio atau rasio perbandingan biaya hidup saat ini dengan di masa pensiun, besar inflasi, net investment atau selisih asumsi dana pensiun yang diinvestasikan dengan besaran inflasi di masa depan, hasil investasi rata-rata, usia saat ini, usia pensiun, dan harapan hidup. Besar dana pensiun kemudian berbeda-beda antara tiap invidu. 

Ligwina pun membagi tips pensiun dengan bahagia. Katanya, jangan biasakan tergantung pada satu pintu penghasilan. Jadi, kalau suami bekerja, istri sebaiknya bekerja juga. Karena, banyak keluarga kebingungan saat sang ayah pensiun dan tidak memiliki penghasilan apa-apa.
(
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, )

Friday, October 4, 2013

Tentang Manajemen Keuangan

manajemen keuangan

Sumber masalah di dunia ini, apakah anda mengakuinya atau tidak, berasal dari uang. Oleh karena itu tidak salah kalau orang mengatakan, “Apakah kita benar-benar materialistis? Apakah kita benar-benar tidak bisa hidup tanpa uang?” Kuncinya terletak pada pola pikir kita atau pola pikir yang kita tanam dalam diri kita. Jika kita tidak menetapkan pola pikir dengan benar, maka uang hanya akan membebani kita. Sebaliknya, jika kita menggunakan uang sebagai alat untuk melakukan banyak perbuatan baik, maka uang akan menjadi sesuatu yang berarti.

Hal yang sama berlaku untuk manajemen atau pengelolaan keuangan. Hal yang benar adalah, kita harus menjadi orang yang membatasi berapa banyak “konsumsi” mempengaruhi hidup kita. Oleh karena itu, tidak peduli seberapa baik atau buruk manajemen keuangan kita – di mana setiap orang memiliki standar yang berbeda – itu semua kembali ke pikiran kita terhadap uang.
Oleh karena itu, berbicara tentang keuangan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari pola pikir kita. Jadi ada beberapa hal yang perlu kita pahami mengenai pola pikir kita terhadap uang. Berikut adalah beberapa hal yang perlu anda perhatikan :

Carilah ke dalam

Kita harus menemukan apa yang sebenarnya kita ketahui tentang uang. Dalam sebuah buku berjudul The Millionaire Instan karangan Mark Fisher, ada karakter dalam buku ini; jutawan tua yang mengajukan pertanyaan sekaligus nasihat, “Kenapa anda belum kaya?” Pertanyaan ini sebenarnya menunjukkan pemahaman kita untuk menjadi kaya itu sendiri. Apakah ‘menjadi kaya’ berarti memiliki banyak uang, pada usia berapa, atau kaya dalam hal-hal lain? Jika pertanyaan yang sama ditunjukkan pada kita, mungkin kita harus mempertimbangkan kembali konsep kaya yang kita sudah mengerti. Dengan demikian, hal itu akan memberikan kita referensi – di mana setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda – sehingga kita dapat mengevaluasi pola manajemen keuangan yang kita miliki sampai sekarang, apakah telah sesuai pemahaman kita atau tidak.

Program ulang pola pikir anda

Setelah kita menemukan jawaban untuk pertanyaan yang kita tanyakan pada diri sendiri diatas, kadang-kadang kita merasa ragu, apakah kita memiliki pemahaman yang benar terhadap uang? Karena kitalah yang sering berkata kepada diri sendiri bahwa uang itu identik dengan korupsi dan kejahatan lainnya. Atau sebaliknya, kita juga bisa mendapatkan pemikiran positif bahwa uang adalah alat untuk membangun hal-hal positif seperti untuk membangun sekolah, jalan, tempat ibadah, dan sebagainya.
Jika setelah sekian lama, kita mempercayai pada pola pikir pertama, kemudian coba untuk memprogram ulang dan merubah pikiran kita tentang uang. Tentunya, hal itu tidak dimaksudkan untuk membuat kita mendapatkan semua hal materialistik. Namun, kita membuka pikiran kita untuk pola pikir baru yang menggunakan uang: dengan peningkatan kemakmuran, kita dapat membantu orang lain. Denganberpikir positif terhadap uang, manajemen keuangan akan lebih terorganisir.

Untuk mendapatkan lebih, kita perlu berbuat lebih banyak

Seorang pengusaha Amerika dan motivator, Jim Rohn, mengatakan, “Jika anda menerima satu juta dolar, maka hal pertama yang harus anda lakukan adalah berpikir menjadi jutawan.” Pernyataan ini sebenarnya digunakan untuk menekankan bahwa pola pikir jutawan benar-benar berbeda daripada orang-orang biasa. Perilaku, sikap, bagaimana kita memperlakukan uang, bagaimana kita mengelola keuangan harus disesuaikan dengan bagaimana seorang jutawan akan bertindak – atau bahkan multi-jutawan – jika kita ingin menjadi orang itu.
Dengan berpikir seperti itu, akan membuat diri kita berpikir kreatif dan menarik banyak hal lain dalam menghasilkan dan mengelola uang seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, berpikir positif, salah satunya adalah dengan mencoba untuk tidak merasa khawatirtentang tidak memiliki uang, akan membuat kita mampu mengatur pola hidup kita dan sikap kita untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Membuat uang mengalir kepada kita

Salah satu kunci dalam manajemen keuangan anda adalah dengan “mengundang” uang. Analoginya adalah bagaimana kita bisa mengelola uang kita jika kita tidak punya cukup uang untuk dikelola? Oleh karena itu, berpikir seperti orang kaya, karena itu akan membuat kita kaya. Tentu saja, kita tidak hanya berpikir, tetapi dengan tindakan dan upaya yang terus menerus. Dengan membuat diri kita berpikir seperti itu, kita akan mampu mendorong diri kita untuk meraih peluang mengelilingi diri kita. Kita semua memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari. Jadi, kenapa ada orang-orang kaya dan miskin? Kuncinya adalah untuk kembali ke pola pemikiran kita. Jadi, apakah anda ingin dapat mengelola keuangan anda? Cobalah untuk mengubah pola pikir anda terlebih dahulu.

Thursday, October 3, 2013

5 Langkah Menyelamatkan Uang Anda


(c) shutterstock.comWanita adalah sosok yang piawai dalam memegang uang. Namun wanita juga lekat dengan banyak aktivitas pembelian seperti shopping pribadi, keperluan rumah tangga, perawatan hingga tanpa sadar lembaran uang Anda sudah banyak berganti dengan lembaran bon belanja. Apalagi bila Anda sudah berkeluarga, banyak sekali tanggung jawab keuangan yang harus Anda atur.

Dilansir dari savvymiss.com, ada lima langkah konkrit yang bisa Anda lakukan untuk 'mengamankan' uang Anda dari pemborosan yang tidak perlu ataupun kekacauan karena Anda bingung yang mana yang harus diprioritaskan untuk dibelanjakan. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, dijamin Anda akan terselamatkan dari bokek di akhir bulan.

1. Tabungan pribadi
Bukan dari orang tua atau suami. Sebagai wanita mandiri, simpanlah uang untuk masa depan Anda. Milikilah satu rekening untuk belajar menabung. Bila Anda sudah terbiasa, pisahkan uang yang ditabung dengan uang untuk keperluan pribadi Anda di rekening yang lain. Sehingga Anda memiliki dua tabungan untuk simpanan dan keperluan harian.

2. Jangan ragu mengatakan tidak
Seringkali kita ditawari suatu barang dan hati kita berkata, "Tidak..tidak..tidak.." walaupun pada akhirnya mulut kita berkata, "Ya..ya..ya.." Well, Anda tidak perlu merasa bersalah untuk menolak beberapa tawaran pembelian atau ajakan nongkrong, Ladies. Bila Anda tidak merasa capable untuk melakukannya, Anda berhak menolak. Bukan menjadi kikir atau tertutup ya, melainkan lebih selektif agar pengeluaran Anda efisien.

3. Tentukan biaya mingguan Anda, bayar dengan uang tunai
Memiliki rincian keuangan memang penting, Ladies. Perkirakan Anda akan habis berapa banyak dalam seminggu, cermati di mana Anda rentan mengeluarkan uang yang tidak perlu, Bayar dengan tunai, ini akan menghindarkan Anda kehilangan rupiah dalam bentuk pajak ini dan itu.

4. Gali informasi seputar investasi
Mengapa wanita tidak banyak menginvestasikan uangnya seperti pria adalah karena kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut. Anda bisa mulai mencari informasi dengan bertanya pada rekan Anda. Mungkin Anda tidak harus berinvestasi dalam bentuk uang, mungkin dalam bentuk barang. Namun tetap belajarlah pada mereka yang sudah ahli, karena selalu ada resiko dalam memutar uang Anda.

5. Usahakan tidak berhutang
Uang adalah perkara yang sensitif, Anda setuju? Selagi Anda mulai mengatur keuangan Anda, lebih baik tidak berhutang. Selain ini menambah beban pada program mengamankan keuangan Anda, bila Anda lengah, hal ini bisa membahayakan situasi Anda.

Menjadi wanita bijak salah satunya adalah tahu bagaimana mengatur dan menggunakan uang Anda. Jangan habiskan hari ini karena masih ada hari esok. Mungkin saat ini Anda tergiur model tas terbaru, tapi percayalah saat Anda sabar sedikit, beberapa bulan lagi Anda akan mendapatkan tas yang lebih update. Tetap hemat ya, Ladies

Sumber : vemale.com

Kunci Kebebasan Finansial


“Kebebasan finansial secara sederhana adalah keadaan dimana penghasilan bisa mencukupi kebutuhan dan keinginan tanpa perlu berutang. Akan lebih menyenangkan jika harta yang dimiliki bisa produktif menghasilkan,” ujar Mike Rini Sutikno, CFP, Perencana Keuangan dari MRE Financial and Business Advisory. 

Kuncinya: cerdas mengelola keuangan. GH Indonesia melakukan investigasi terhadap 50 perempuan (dari berbagai bidang pekerjaan) untuk mengetahui sejauh mana kesadaran menabung, berasuransi dan berinvestasi.


Belum Memahami Dana Darurat


Kesadaran memiliki dana darurat semakin baik. Sebanyak 90% perempuan dalam investigasi yang dilakukan tim GH mengaku memiliki dana darurat. Sayangnya jumlahnya masih banyak yang jauh dari ideal. Lebih dari 50% diantaranya memiliki dana darurat hanya sebesar 1-2 kali penghasilan bulanan saja. 

Bahkan tidak sedikit yang tidak memedulikan jumlahnya. “Saya memiliki simpanan darurat yang jumlahnya dua kali penghasilan,” ujar Sukma Kartini (30), presenter televisi swasta. Sementara Rizka Mulyarini (32), Account Executive, mengaku tidak pernah mematok berapa jumlah nominalnya. “Yang penting uangnya ada saat dibutuhkan,” ungkap Rizka.

Padahal, sebenarnya harus berapa? “Idealnya jumlah dana darurat minimal sebesar 6 kali pengeluaran bulanan,” ujar Mike. Simpanan ini untuk keperluan darurat saat kejadian tak diinginkan terjadi seperti PHK yang menyebabkan kehilangan pendapatan tetap. Dana ini harus ada agar Anda bisa tetap hidup tanpa utang baru (yang akan semakin membelit). Sebab Anda harus tetap membayar biaya rumah tangga, listrik, air, makan dan cicilan kendaraan maupun KPR. Selama penghasilan baru belum datang dana darurat inilah yang jadi penyelamat Anda.

Mengapa harus 6 kali pengeluaran? “Sebab waktu 6 bulan dirasa cukup untuk mendapat pekerjaan baru. Sementara kalau hanya 1-3 bulan masih terlalu riskan. Dana darurat jangan terlalu pas-pasan,” ucap Mike.

Definisi darurat juga perlu diluruskan agar pos-pos pengeluaran tidak bercampur dalam satu amplop. “Biasanya kalau ada pengeluaran dadakan dalam jumlah besar saya ambil dari pos darurat, tapi mungkin nanti kalau sudah terkumpul bisa untuk uang muka membeli rumah,” ujar Sukma. Sementara Ami Lubis (26), ibu rumah tangga sempat menggantungkan biaya kesehatan di dana darurat karena belum memiliki asuransi. 

Menurut Mike untuk uang muka membeli rumah sebaiknya menabung di rekening terpisah. Menggunakan dana darurat untuk kesehatan sah saja, namun Mike menganjurkan sifatnya bukan dana tunggal. Anda sebaiknya juga punya asuransi.
Kesalahan yang juga terjadi adalah menganggap godaan diskon sebagai keadaan darurat. 

Meski dana darurat langsung diganti kembali di bulan berikutnya, bagi Mike tidak bisa jadi pembenaran perilaku tersebut. “Menggunakan dana darurat untuk shopping jelas pelanggaran,” ujar Mike. Perilaku pemborosan ini bisa terjadi karena lemahnya komitmen. Misalnya menyatukan dana darurat dengan rekening tabungan. Putri R Peruchka (35), Legal Counselor mengaku menyimpan dana darurat dalam rekening terpisah. “Jadi ada satu rekening yang tidak pernah diotak-atik,” ujar Putri.

Mike berpendapat meski harus terpisah dari rekening operasional, dana darurat tidak harus selalu tersimpan dalam satu rekening. Anda bisa membagi-bagi dana darurat dalam berbagai macam rekening, mulai deposito, tabungan sampai kartu kredit,” tambahnya. Yang penting dana tersebut mudah dicairkan. Kombinasi ini bisa menolong Anda. 

Misalnya saat terjadi musibah sakit, sebelum asuransi cair Anda bisa menggunakan kartu kredit untuk pertolongan pertama. “Misalnya untuk melakukan deposit atau uang muka. Jangan selalu tergantung pada dana uang tunai. Namun meski darurat, tetaplah bijak saat menggesek kartu kredit. Gunakan kartu kredit untuk pembayaran dengan tagihan paling minimal,” papar Mike.


Hindari Perangkap Asuransi


Rayuan agen asuransi apalagi teman sendiri seringkali jadi bumerang. Di awal memiliki anak, banyak yang tergesa membeli asuransi. Sisca Magdalena (35), model dan ibu rumah tangga salah satunya. “Dulu sewaktu awal punya anak, istilahnya asal ada asuransi. Apalagi karena ada yang nawarin, main beli saja,” ujar Sisca. 

Hal itu diakuinya karena masih dalam euforia baru memiliki anak dan merasa segera butuh perlindungan. Belakangan ia mengetahui asuransi tersebut kurang pas dan memutuskan untuk menutupnya. Awam asuransi juga sempat dialami oleh Putri. “Awal mulanya saat teman menawarkan asuransi saya merasa itu penting tapi kurang paham, akhirnya saya mencari tahu dulu sebelum membeli,” ujar Putri.

“Membeli asuransi asal punya, mumpung ada yang menawarkan, dan teriming-iming rayuan, adalah hal umum yang kebanyakan terjadi. Saat membeli harusnya kita pahami dulu apa yang kita butuhkan,” ujar Mike. Jika tidak terjadilah kesalahan memilih jenis asuransi atau salah menghitung kebutuhan asuransi. 

Misalnya Anda membeli asuransi jiwa sementara sebenarnya tidak ada seorangpun yang hidupnya di bawah tanggungan Anda. Kesalahan kedua adalah membeli asuransi yang tidak memberikan manfaat maksimal. Tidak sedikit perempuan pekerja yang merasa cukup dengan fasilitas asuransi kesehatan dari kantor. “Hingga saat ini saya tidak memiliki asuransi selain dari kantor. Asuransi belum begitu penting rasanya,” ujar Rizka.

“Sebenarnya ada keinginan untuk membeli asuransi jiwa, tapi belum memulai saja. Sampai sekarang saya merasa masih cukup dengan asuransi yang ada dari kantor,” ujar Andina (29) karyawati perbankan. Sementara kesadaran pentingnya memiliki asuransi baru mengusik Ami saat terkena sakit di rahimnya. 

“Ternyata biasa kesehatan itu mahal dan kita tidak pernah tahu kapan kita akan sakit. Selama ini saya hanya menggunakan dana darurat untuk kesehatan, tapi ternyata tidak cukup. Sekarang kami sekeluarga sedang dalam proses untuk ikut asuransi kesehatan,” tambah Ami.

Mike menyarankan untuk mengevaluasi asuransi yang kini Anda miliki. Cek preminya dan manfaatnya, apakah sudah seimbang dan sesuai kebutuhan atau belum. Misalnya apakah asuransi kesehatan Anda sudah meng-cover kebutuhan kamar yang Anda inginkan jika harus rawat inap? Apakah premi yang dibayarkan terlalu tinggi dibanding manfaat yang Anda peroleh? Menurut Mike ada tiga opsi yang bisa Anda pilih setelah evaluasi: meneruskan, membeli asuransi tambahan, atau menutup asuransi tersebut.

Kesadaran akan pentingnya investasi pun mulai meningkat. Jika banyak anggapan beredar perempuan takut mengambil risiko dan enggan berinvestasi, nyatanya hampir 80% responden mengaku sadar harus memiliki investasi. Rata-rata tujuan investasi mereka untuk persiapan pensiun dan dana pendidikan anak. “Untuk pendidikan anak inflasinya lumayan tinggi jadi investasi lebih tepat,” ujar Putri. “Saya juga berinvestasi untuk kepentingan hari tua,” tutur Andina.

Ketakutan akan risiko masih terlihat dengan kenyataan bahwa logam mulia dan reksadana menjadi pilihan favorit untuk berinvestasi. “Saya memilih logam mulia karena cenderung aman dan mudah dimengerti,” ujar Sukma. Sementara untuk mempersiapkan sekolah anak-anaknya, Ardina dan Putri memilih investasi di reksadana. 
“Saya juga mempunyai simpanan emas yang bisa digunakan sewaktu-waktu,” kata Andina.

Namun berinvestasi tanpa target masih ditemukan. “Saya kebetulan ada investasi di 
sebidang tanah, tapi belum tahu mau diapakan,” ungkap Rizka. “Kalau saya membeli emas mumpung ada uangnya, belum ada tujuan spesifik,” ujar Sukma. Mengumpulkan uang untuk membeli emas atau reksadana memang baik, tapi investasi baru bisa terasa manfaatnya kalau dilakukan dengan target dan kebutuhan.

“Metode mengumpulkan saja biasanya cepat habis,” ujar Mike. Atau bahayanya Anda merasa sudah cukup banyak memiliki investasi. Padahal arti banyak dalam nilai uang di hari ini tidaklah sama dengan nilai uang di masa depan. Anda harus tahu tujuan investasi Anda dan perhitungkan dengan seksama seberapa besar jumlah yang Anda butuhkan. 

Hitung jangka waktu yang Anda miliki jangan lupa masukkan asumsi bunga dan inflasi. Karena perhitungan inflasi tinggi inilah untuk dana kuliah anak Putri memberanikan diri untuk menyimpan dalam bentuk saham. “Karena itu cara untuk bisa mencapai target,” kata Putri.


Butuh Kekompakan dengan Pasangan


Hobi belanja identik dengan perempuan. Fashion dan mainan anak jadi barang favorit kebanyakan responden saat berbelanja terlebih saat ada diskon. “Barang-barang seperti baju sepatu, tas sering masuk daftar belanja saya. Karena sekarang sudah punya anak, ya jadi keperluan anak juga ikut di dalamnya mulai baju sampai mainan,” ujar Rizka.

Diskon juga sering membuat orang ‘lupa diri’. Seperti Ami yang sulit menahan diri jika melihat diskon kosmetik. Walaupun sebenarnya jarang digunakan. Sementara Sisca mengakui godaan untuk menggesek kartu kredit biasanya lebih besar jika ada promo atau diskon.

Diskon dan kartu kredit memiliki dua sisi. Bisa menguntungkan atau merugikan. “Tawaran promo lewat kartu kredit boleh saja disambut selama memang sudah direncanakan dan ada jatahnya, jangan karena mumpung promo lalu membabibuta wisata kuliner tanpa rencana,” ucap Mike. 

Kalimat ‘mumpung murah’ bisa jadi boomerang saat barang tak dibutuhkan dan uang sedang tidak tersedia. Saat itulah diskon bisa jadi pemborosan. Mike berpendapat terjadinya pemborosan bisa juga diakibatkan oleh kebiasaan malas mengecek saldo. Sebanyak 60% responden hanya mengecek saldo 1-2 kali sebulan.

Rasa bersalah telah berbelanja berlebihan kerap berujung pada sikap sembunyi-sembunyi terhadap pasangan. “Suami tahu sih, hobi belanja saya, tapi ya kadang-kadang saya suka sedikit menyembunyikan harga dan barang yang saya beli untuk menghindari pertengkaran,” ujar Rizka.

Namun Mike tidak menyetujui hal itu. “Sebenarnya kalau jatah belanjanya ada kenapa harus disembunyikan?” ujar Mike. Keterbukaan dengan pasangan menjadi salah satu kunci mulusnya mencapai tujuan keuangan keluarga. “Cara pandang tentang uang antara suami istri akan memengaruhi pola pendekatan pengelolaan, produk investasi yang dipilih, bahkan tujuan keuangan. Maka pasangan perlu terbuka dan membuat kesepakatan untuk kepentingan bersama,” tambahnya.

Sebanyak 90% responden mengaku saling terbuka dengan pasangan masalah keuangan. “Jika ada yang bertolak belakang kami selalu mencari jalan tengah,” ujar Putri. Sementara Ardina mengaku selalu membicarakan apapun yang ingin dibeli dengan suaminya. “Jika ia tidak setuju saya akan menjelaskan kenapa barang itu perlu dibeli,” ujar Andina. Ia juga mempunyai akses untuk mengetahui jumlah normal rekening suami begitu pula sebaliknya.

Meski tidak mutlak Mike mengemukakan kepemilikan rekening bersama bisa jadi bukti keterbukaan. “Ada pengawasan kolektif terhadap kepemilikan bersama, komunikasi juga terbuka. Kalau soal praktis lebih praktis rekening sendiri-sendiri. Tapi masalah pengelolaan bukan cuma kepraktisan tapi kekompakan,” ujar Mike. 

Source: GoodHouseKeeping, Edisi November 2012, Halaman 96

Related Posts