Tuesday, April 29, 2025

Dolar dan Dominasi : Amerika sebagai Polisi Ekonomi Dunia

Hubungan antara dolar Amerika Serikat dan peran Amerika sebagai "polisi dunia" merupakan salah satu fenomena geopolitik dan ekonomi paling mencolok dalam sejarah modern. 

Istilah "Polisi Dunia" untuk Amerika Serikat mengacu pada peran dan posisi dominan yang dimilikinya di dunia internasional, dengan kemampuan dan pengaruh militer yang besar, serta cenderung terlibat dalam konflik dan intervensi di berbagai negara. Istilah ini mencerminkan kesadaran akan peran Amerika Serikat dalam menjaga perdamaian dan keamanan global, meskipun juga menuai kritik terkait intervensi dan potensi dampak negatifnya. 

Polisi global adalah istilah informal untuk sebuah negara yang berusaha mencari atau mengklaim kekuasaan tertinggi dalam dunia global. Istilah polisi global pertama kali digunakan oleh Kerajaan Inggris, dan digunakan sejak tahun 1945 oleh Amerika Serikat, negara yang paling berpengaruh di antara empat negara yang menjadi pemenang dalam Perang Dunia II.

Dolar Amerika Serikat mulai menggantikan pound sterling sebagai mata uang cadangan internasional dari tahun 1920-an sejak muncul dari Perang Dunia Pertama relatif tanpa kendala dan karena Amerika Serikat termasuk penerima emas ketika masa perang yang signifikan. Setelah Amerika Serikat muncul sebagai negara adikuasa global yang bahkan lebih kuat selama Perang Dunia Kedua, Perjanjian Bretton Woods tahun 1944 menetapkan sistem moneter internasional pascaperang, dengan naiknya dolar Amerika Serikat menjadi mata uang cadangan utama dunia untuk perdagangan internasional, dan satu-satunya mata uang pascaperang dengan jaminan emas dengan harga $35 per troy ounce.

Dalam beberapa tahun terakhir telah ada spekulasi bahwa Tiongkok dapat mengambil alih peran sebagai polisi global, dengan usaha yang telah dilakukannya untuk melindungi jalur pelayaran dan para pekerja luar negeri mereka yang ada di Tiongkok, serta upaya mereka 'menyelinap ke dalam persekutuan negara-negara adidaya'. Pihak Barat, berdasarkan surat kabar Financial Times menyatakan bahwa hal ini harus dilihat sebagai suatu peluang, bukan sebagai suatu ancaman.

Dominasi dolar sebagai mata uang cadangan global tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi Amerika, tetapi juga menjadi instrumen kekuatan politik yang memungkinkan negara tersebut memainkan peran dominan dalam tatanan dunia. Sejak berakhirnya Perang Dunia II dan pembentukan sistem Bretton Woods, dolar secara resmi diakui sebagai mata uang utama dunia yang dipatok terhadap emas. Meskipun sistem itu akhirnya runtuh pada awal 1970-an, status dolar sebagai mata uang internasional tetap bertahan, bahkan semakin menguat, terutama karena pengaruh besar Amerika Serikat dalam ekonomi global, sektor keuangan, dan lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia.

Keunggulan ini memberi Amerika "senjata" yang kuat dalam bentuk apa yang dikenal sebagai “senjata finansial.” Misalnya, dengan kemampuan mengakses sistem keuangan internasional berbasis dolar dan pengaruh besar terhadap sistem SWIFT (jaringan pembayaran internasional), Amerika dapat memberlakukan sanksi ekonomi secara efektif kepada negara-negara yang dianggap mengancam stabilitas atau melanggar kepentingan globalnya. Negara-negara seperti Iran, Rusia, dan Korea Utara pernah menjadi sasaran dari strategi semacam ini, yang menjadi bagian dari diplomasi koersif non-militer yang kian dominan sejak awal abad ke-21. Dalam hal ini, peran dolar tidak hanya sebagai alat transaksi ekonomi, tetapi juga sebagai alat diplomasi dan kontrol.

Dominasi dolar juga memberikan kemampuan bagi Amerika Serikat untuk membiayai kebijakan luar negerinya yang agresif tanpa mengalami tekanan keuangan dalam jangka pendek. Dengan mencetak uang dalam mata uang yang dipercaya dan digunakan di seluruh dunia, Amerika memiliki ruang untuk mendanai operasi militer, bantuan luar negeri, dan berbagai aktivitas intervensi tanpa harus khawatir akan penurunan drastis pada nilai tukar atau tingkat inflasi. Inilah yang menyebabkan banyak pengamat mengaitkan posisi dolar dengan peran "polisi dunia" yang diemban oleh Amerika—bahwa tanpa dominasi dolar, kemungkinan besar kemampuan negara itu untuk mempertahankan pengaruh global secara militer dan ekonomi akan jauh lebih terbatas.

Namun, hubungan ini tidak datang tanpa risiko. Ketergantungan dunia pada dolar juga menimbulkan kritik dan upaya dari berbagai negara untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka atau membentuk sistem keuangan alternatif. Negara-negara seperti China dan Rusia secara aktif membentuk aliansi ekonomi yang tidak sepenuhnya bergantung pada dolar, termasuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral dan mengembangkan sistem pembayaran alternatif. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi dolar yang memperkuat peran global Amerika juga berpotensi memicu resistensi geopolitik yang dapat mengubah lanskap moneter internasional dalam beberapa dekade ke depan.

Resistensi geopolitik mengacu pada perlawanan atau penentangan terhadap kebijakan dan tindakan yang terkait dengan geopolitik, yang seringkali melibatkan kepentingan nasional atau regional yang bertentangan. Dalam konteks ini, geopolitik adalah studi tentang bagaimana faktor geografis memengaruhi hubungan politik dan strategi negara-negara di dunia. Resistensi geopolitik dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari perlawanan fisik hingga perlawanan politik dan ekonomi. 

Singkatnya, hubungan erat antara dominasi dolar dan peran Amerika Serikat sebagai "polisi dunia" merupakan simbiosis yang saling memperkuat. Dolar menyediakan kekuatan ekonomi dan diplomatik, sementara peran global Amerika menjaga kepercayaan terhadap mata uang tersebut. Selama dunia masih menggunakan dolar sebagai alat transaksi dan cadangan devisa utama, peran dominan Amerika di panggung dunia kemungkinan besar akan terus berlanjut. Namun, di tengah ketidakpastian geopolitik dan perubahan struktur kekuatan global, pertanyaan pentingnya adalah: sampai kapan ketergantungan dunia pada dolar akan bertahan?

Fenomena yang kini ramai diperbincangkan adalah de-dollarisasi, yaitu upaya negara-negara di dunia untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat.

Percepatan proses de-dollarisasi tidak terjadi begitu saja, melainkan didorong oleh sejumlah faktor strategis yang mencerminkan ketidakpuasan global terhadap dominasi dolar Amerika Serikat. 

Maka tak heran jika negara aliansi BRICS yakni Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan untuk berencana membentuk sistem pembayaran baru, alias tidak lagi menggunakan dolar Amerika Serikat sebagai mata uang mereka untuk melakukan transaksi.

Sumber :

https://www.zenius.net/blog/amerika-serikat-polisi-dunia-bagian-2/#:~:text=Gak%20heran%20Amerika%20disebut%20sebagai,dunia%20ini%2C%20tanpa%20menyoroti%20sebabnya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi_global

https://rmol.id/politik/read/2025/03/28/661352/agenda-geopolitik-kawasan-tak-ingin-indonesia-kuat

https://www.kompasiana.com/yunitadfjr6999/6809c210ed6415291a3ffb22/de-dollarisasi-global-akankah-dolar-as-kehilangan-dominasi

https://www.cnbcindonesia.com/news/20230418063931-4-430795/kapan-momen-tepat-dedolarisasi-ri-ini-kata-eks-menkeu-ri

https://id.wikipedia.org/wiki/Dedolarisasi

No comments:

Post a Comment

Related Posts