Friday, January 26, 2024

Fenomena Mantab (Makan Tabungan)

Beberapa waktu lalu ramai dan viral bahwa pedagang di Pasar Tanah Abang yang berjualan di pasar tekstil besar, yang mulai kehabisan modal hingga harus menggerus uang tabungan. Akibatnya, mereka menyerah dan pulang kampung.

Hal ini terjadi tidak hanya selama pandemi Covid-19, namun juga setelahnya hingga saat ini.

Kenapa hal ini bisa terjadi?.

Mari kita bahas.

Banyak pedagang yang sudah kehabisan tabungannya, bahkan untuk melanjutkan biaya sewa kontrakan rumahnya sudah tidak ada. Padahal bukan untuk biaya sewa toko atau melanjutkan usaha. Fenomena ini pun sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data, pada tahun 2019, rasio simpanan terhadap pengeluaran masyarakat di Indonesia adalah 19,8%. Namun saat ini rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia turun menjadi 15,7% saja. 

Lalu pengeluaran dan pembayaran cicilan pada tahun 2019 adalah periode itu sebesar 68% dan 12,2%. Tapi sekarang pengeluaran dan pembayaran cicilan naik menjadi 76,3% dan 8,8%. 


Efek jangka panjang pandemi Covid-19 terhadap ekonomi ditengarai ikut berkontribusi dalam munculnya fenomena masyarakat menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari alias makan tabungan. Harga-harga yang naik, sementara masyarakat masih banyak yang setengah menganggur membuat mereka harus menggunakan tabungannya untuk membeli makan.

Banyak ditemui fenomena orang-orang setengah menganggur yang terjadi pada kelompok masyarakat menengah ke bawah. Mereka adalah pegawai yang dipecat akibat pandemi. Para pegawai ini, sudah mendapat pekerjaan baru, namun gajinya tidak sebesar pekerjaan sebelumnya. Setengah menganggur itu artinya mereka masih mencari pekerjaan lain.

Problem ini muncul karena roda ekonomi pasca-pandemi sudah berjalan dan membuat harga barang konsumsi naik. Namun, kenaikan harga itu tidak diiringi dengan pembukaan lapangan pekerjaan yang memadai. Akibatnya, tingkat pengeluaran masyarakat menengah ke bawah sudah kembali seperti sedia kala, namun tidak dibarengi dengan naiknya tingkat pendapatan.


Tren mantab atau makan tabungan ini tidak hanya melanda warga miskin di Indonesia, tetapi juga korporasi. Salah satu penyebab lesunya kredit lantaran korporasi lebih memilih menggunakan dana sendiri.


Tahun 2023 harga beras naik cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan harga pangan lain juga menyebabkan mayarakat kelas menengah menguras beberapa tabungan dan terkena fenomena 'mantap' ini. Yang gawat, mantap akan berujung pada jebakan hutang.

Dalam kondisi ini banyak berdatangan tawaran-tawaran hutang, pinjaman online (pinjol) ilegal, investasi ilegal seperti arisan berantai, kripto ilegal dan sejenisnya. Jangankan untuk menabung, tabungan yang ada saja terpaksa diambil untuk menutup kebutuhan.

Hal ini disebut sebagai lipstic theory, di mana pada saat ekonomi susah, penjualan kosmetik justru laris manis. Fenomena ini terjadi di seluruh dunia. Ketika orang semakin stress, karena tekanan tingginya biaya hidup dan inflasi maka mereka akan melakukan pengeluaran yang membuat bahagia, yaitu melakukan pembelanjaan kosmetik, parfume dan skin care.


Fenomena masyarakat yang makan tabungan alias mantab yang berkelanjangan dikhawatirkan akan menurunkan taraf hidup masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat mengambil inisiatif agar fenomena mantab tak berkelanjutan. 

Masyarakat kelas menengah yang terjebak dalam fenomena makan tabungan berpotensi membuat mereka turun kelas menjadi kelas bawah. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah diharapkan mengambil peran dengan menyediakan lapangan kerja. 

Pemerintah perlu memberikan insentif. Selain itu, penambahan lapangan kerja juga perlu dilakukan lewat sektor industri. Adapun, salah satu hal yang sedang banyak disoroti adalah perihal hilirisasi industri. Penghiliran industri berarti mengelola komoditas dari bidang industri tertentu dengan tujuan mengoptimalkan produk yang bernilai jual lebih tinggi. Singkatnya, dengan hilirisasi, komoditas yang tadinya di ekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi. 


Selain terjadi fenomena makan tabungan, juga terjadi peningkatan kredit macet (non performing loan atau NPL) di perbankan. NPL tertinggi pada Agustus 2023 antara lain disumbangkan sektor perikanan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan minum, industri pengolahan, serta perdagangan besar dan eceran. NPL perbankan tertinggi juga terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan ruko atau rukan, serta kredit pemilikan apartemen (KPA).


Harga bahan makanan pokok (sembako) dan kebutuhan dapur merangsek naik juga memantik risiko kenaikan inflasi. Harga bahan makanan dan kebutuhan dapur seperti beras, telur dan ayam, juga bumbu-bumbu dapur seperti cabai merah, bergerak naik di tengah gejala perlambatan ekonomi Indonesia yang kian kentara. 

Harga rata-rata 10 bahan makanan pokok telah melonjak 1,2%, dengan tingkat inflasi tahunan hingga 14%. Harga beras sudah naik 1,3% bila dibandingkan posisi akhir tahun (year-to-date), sedangkan secara tahunan kenaikannya sudah mencapai 6,1%.

Hal ini tentunya bisa berdampak negatif pada daya beli konsumen.


Meningkatnya harga kebutuhan pokok di pasaran yang tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah tabungan masyarakat menyebabkan terjadinya fenomena “makan tabungan” (atau disingkat dengan mantab).

Oleh karena itu Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yang telah naik menjadi sebesar 11 persen, dan wacana kenaikannya 12 persen perlu dikalibrasi ulang agar tak turut memberatkan daya beli masyarakat. Dari segi insentif pajak juga perlu difokuskan kepada usaha yang padat karya dibandingkan yang padat modal.

Formulasi UMP (Upah Minimum Provinsi)-nya perlu dirombak ulang karena pertumbuhan UMP yang ada saat ini tidak mampu memperbaiki pendapatan masyarakat.

Semoga fenomena mantab, makan tabungan, ini pada tahun 2024 bisa berhenti.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231219133838-4-498560/fenomena-makan-tabungan-menjalar-ke-pedagang-tanah-abang

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231221063146-4-499077/covid-jadi-sebab-orang-ri-makan-tabungan-ini-penjelasannya/amp

https://www.cnbcindonesia.com/market/20231221103059-17-499157/bukan-cuma-warga-miskin-korporasi-di-ri-juga-makan-tabungan/amp

https://www.rri.co.id/daerah/520545/marak-fenomena-makan-tabungan-yang-berujung-hutang

https://money.kompas.com/read/2024/01/26/113900826/menunggu-peran-pemerintah-atasi-fenomena-makan-tabungan-.

https://www.inilah.com/harga-serba-mahal-lps-banyak-nasabah-terpaksa-makan-tabungan

https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/7315/tabungan-rakyat-ri-turun-terus-gara-gara-sembako-makin-mahal/2

https://jabar.antaranews.com/berita/486492/kenaikan-harga-bahan-pokok-turut-sebabkan-fenomena-mantab

No comments:

Post a Comment

Related Posts