Friday, October 3, 2014

Student Financing

Alternatif Pembiayaan Pendidikan dengan Pinjaman Lunak Jangka Panjang


Mahalnya biaya pendidikan tinggi di negara ini menjadi momok buat para calon mahasiswa maupun orangtua. Sudah menjadi rahasia umum bahwa uang pangkal untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pun kini bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Bagi para siswa berbakat dan berprestasi tersedia skema beasiswa dan program bantuan sekolah dari berbagai pihak. Bagi mereka yang kurang mampu bisa ‘kasak-kusuk’ untuk meminta keringanan biaya pendidikan di PTN. Dan bagi mereka yang orangtuanya sudah sempat menyiapkan investasi dana pendidikan sangat beruntunglah, karena tidak perlu putus sekolah.

Namun, bagi mereka yang kecerdasannya ‘biasa-biasa saja’ namun belum menyiapkan dana pendidikan, bagaimana nasibnya? Bagaimana pula dengan mereka yang sudah hidup mandiri dari orangtua tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi? Siapa yang akan membiayai sekolah mereka? Apa orang yang ‘biasa-biasa saja’ tidak boleh menempuh pendidikan tinggi? Bukankah menuntut ilmu itu adalah hak semua orang?

Pertanyaannya, dari mana biaya kuliah ini bisa kita peroleh? Banyak yang akhirnya menyerah dan memilih untuk putus sekolah karena merasa tidak mampu untuk membiayai jenjang pendidikan tinggi dan tidak mampu pula untuk bersaing mendapat beasiswa. Jika mereka tetap memaksakan untuk kuliah maka hanya akan menambah beban keluarga.

Benarkah tidak ada alternatif jalan keluar yang lain?

Mungkin di Indonesia istilah student financing atau student loan masih belum populer, tetapi di negara lain ini menjadi salah satu pilihan utama untuk bisa menempuh pendidikan tinggi. Biasanya skema student loan bervariasi, ada yang dikelola oleh pemerintah, bank, universitas, atau perusahaan-perusahaan dan pihak swasta. Apapun programnya, prinsipnya kurang lebih sama yaitu pinjaman pendidikan yang diberikan untuk dilunasi nanti setelah si peminjam lulus dan mendapat pekerjaan. Ada yang pinjamannya tanpa bunga tetapi ada juga yang memberikan bunga yang rendah, tergantung dari institusi pemberi pinjaman.

Ternyata bukan hanya negara maju di Amerika dan Eropa saja yang menawarkan student loan, di negara tetangga yang dekat seperti Malaysia dan Singapura pun skema student financing ini sudah cukup populer. Salah satu alasan utamanya adalah membantu kalangan muda untuk bisa membiayai pendidikan tinggi mereka sendiri adalah bagian dari kepentingan nasional. Alasan kedua adalah pemberian pinjaman pendidikan adalah bagian dari investasi untuk membentuk kelas menengah yang kuat, dan pada akhirnya kelas menengah yang kuatlah yang akan menopang perekonomian bangsa.

Salah satu contoh skema student financing di Indonesia adalah program Dana Siswa Bangsa bagi mereka yang perlu solusi pembiayaan pendidikan di universitas idaman tanpa perlu membebani keluarga. Dana Siswa Bangsa menggunakan sistem Ganti Bantu berupa pinjaman bergulir tanpa bunga, tanpa agunan dan sesuai syariah sehingga sangat membantu siswa mendapatkan akses pendidikan berkualitas di Indonesia maupun di luar negeri. Proses pengembalian pinjaman dilakukan setelah siswa lulus kuliah dan telah mendapatkan pekerjaan, dan dapat diangsur hingga maksimal 14 tahun.

Walau masih tergolong baru, ternyata di Indonesia sudah mulai ada tawaran skema pembiayaan pendidikan.  Andaikan ada lebih banyak institusi yang bisa menawarkan student financing atau student loan, tentu semakin banyak rakyat Indonesia yang dapat menempuh jenjang pendidikan tinggi dan semakin sedikit yang putus sekolah karena alasan tidak ada biaya. Semakin banyak rakyat Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi maka semakin kuat pula struktur kelas menengah nasional yang akan menyokong dan memimpin roda perekonomian bangsa.

Sumber :
http://mywealth.co.id

No comments:

Post a Comment

Related Posts