Sunday, May 24, 2020

Latte Factor, Kebiasaan Belanja 'Receh'

Siasati Latte Factor, Kebiasaan Belanja 'Receh' yang Bikin Boros

Pernah dengar istilah latte factor? David Bach, penulis buku Finish Rich sekaligus motivator keuangan di Amerika Serikat mencetuskan istilah latte factor, yaitu kebiasaan kecil tetapi rutin menghabiskan penghasilan. Istilah latte itu sebenarnya bermaksud untuk mengkritik kebiasaan masyarakat kota besar utamanya milenial yang kerap menghabiskan waktu dan uang untuk menyeruput kopi di kafe atau restoran.

Istilah latte factor sendiri sebenarnya tidak hanya soal nongkrong di kafe atau minum kopi saja. Istilah ini relevan juga untuk pengeluaran kecil lainnya, seperti beli air mineral kemasan, persediaan camilan, belanja online, dan nonton bioskop.

Jadi, apakah Anda penasaran seberapa banyak uang yang Anda keluarkan untuk latte factor? Untuk itu, simak cara-caranya berikut ini.

1. Ketahui jenis pengeluaran 
Seperti dipaparkan sebelumnya, latte factor identik dengan pengeluaran kecil yang kerap Anda lakukan sehari-hari. Sebelum mengetahui seberapa besar pengeluaran Anda, Anda harus tahu terlebih dahulu jenis pengeluaran yang Anda beli.

"Setiap orang memiliki latte factor dan jenisnya bisa berbeda. Apa saja latte factor-mu? Anda harus mengetahuinya," kata Chief Agency Officer Sequis Franky Nayoan dalam siaran pers, Jumat (18/10/2019).

2. Hitung jumlahnya 
Setelah mengetahui apa saja pengeluaran Anda, kata Franky, selanjutnya Anda mesti menghitung berapa banyak yang Anda keluarkan. Memang biasanya Anda akan lupa dan tidak terpikirkan, mengingat pengeluaran ini hanya hitungan receh. Apalagi, kalau penghasilan cukup besar dan belum punya tanggungan. Tetapi, jika kebiasaan ini dibiarkan, tanpa disadari total pengeluaran bisa sangat besar.

"Mari kita menghitungnya dengan cara sederhana. Anggap saja kopi kekinian yang termurah harganya Rp 18.000. Karena ukuranya kecil rasanya perlu beli lagi untuk minum sore. Berarti, sudah Rp 36.000 keluar dari kocekmu," ucap Franky.

"Belum lagi barista kadang menawarkan extra shot hanya Rp 5.000 saja. Jumlah uang yang dikeluarkan sudah Rp 41.000," imbuhnya.

Rp 41.000 masih Anda anggap kecil, coba Anda tambahkan dengan beli makanan camilan lain di hari itu juga, misalnya camilan sore sebagai teman minum kopi. Kalau kemarin sudah beli donat Rp 10.000, sekarang menu pisang goreng kekinian harganya lebih murah Rp 8.000. Anda biasanya akan membeli lebih dari satu karena ukurannya yang kecil.

"Begitu saja uang yang sudah kita keluarkan Rp 57.000. Untuk membelinya, manfaatkan jasa ojek online, toh hanya Rp 7.000. Jadi total hari ini Rp 64.000," papar Franky. Angka ini mungkin masih kecil bagi milenial yang telah sukses berkarier. Bila ditambah dengan naik taksi atau transportasi lain dan makan sehari-hari, pengeluaran Anda bisa membengkak hingga ratusan ribu dalam sehari. Belum lagi jika Anda mengalikannya dalam sebulan.

"Apalagi angka ini tidak selalu sama setiap harinya. Ditambah lagi bagi yang memiliki cicilan KPR atau KPA, bisa jadi sepuluh juta habis begitu saja," kata Franky.

3. Manfaatkan 
Alih-alih membelanjakan uang untuk latte factor, Anda bisa menyisihkannya untuk berinvestasi, seperti saham, emas, dan sebagainya yang bisa Anda jangkau.  Melengkapi diri dengan asuransi juga termasuk investasi di masa depan. Jika pengeluaran latte factor dikurangi, tentu bisa bantu milenial mendapat hari esok yang lebih baik.

"Apalagi usia terbaik membeli asuransi adalah usia milenial. Karena biaya premi masih terjangkau dan memiliki kemampuan membayar di jangka panjang. Daripada uangmu habis sia-sia hanya untuk latte factor, lebih baik buat asuransi," sebut Franky.


Sumber :
https://money.kompas.com/read/2019/10/18/083800426/siasati-latte-factor-kebiasaan-belanja-receh-yang-bikin-boros?page=all#page2.

No comments:

Post a Comment

Related Posts